facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco


    Ini adalah hari ketiga perayaan Idulfitri, dan masih sama seperti hari-hari yang lalu untuk tetap di rumah saja. Sejak Lebaran pertama kemarin tidak ada acara silaturahmi ke sanak saudara, bahkan ke tetangga dekat rumah pun juga tidak. Semuanya menutup pintu rumah melarang tamu datang ke rumah, kendati pintu maaf tetap terbuka.

    Iya, benar. Perayaan Idulfitri yang biasanya meriah dan selalu dinanti setiap tahunnya, kini sangat terasa sepi. Bahkan ini adalah Lebaran tersedih yang pernah saya rasakan selama merayakan Lebaran. Tidak ada tamu yang datang, tidak beli jajan, tidak ada yang mudik, tidak ada salat Idulfitri di Aloon-aloon, tidak ada ajang silaturahmi, tidak ada pertanyaan “Kapan nikah?”, bahkan THR pun juga tidak dapat. Huhu.

    Pandemi ini memang mengacaukan semua rencana dan agenda yang disusun tahun ini. Membuat semua orang terpukul, termasuk juga saya pribadi. Sempat saya menangisi teman-teman saya yang tidak bisa mudik dan harus stay di perantauan dikarenakan tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah pada malam takbir. Ikut merasakan sedihnya tidak bisa berkumpul dengan keluarga di rumah, sampai-sampai saya pun tidak tega untuk upload foto keluarga di media sosial demi menghormati dan berempati pada teman-teman yang tidak bisa mudik :’)

    Kendati harus merayakan Idulfitri di tengah pandemi, tapi saya tetap merasa bersyukur. Salat Idulfitri tetap dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal saya, meski tidak di Aloon-aloon seperti biasanya. Ini baru pertama kalinya dilaksanakan salat Idulfitri di lingkungan sendiri, sih. Dilaksanakan di sepanjang jalan depan rumah saya, membentang dari barat ke timur. Salat Idulfitri di lingkungan saya tetap sesuai dengan protokol COVID-19, wajib memakai masker dan menjaga jarak. Ehe.

     Baru pertama kalinya diadakan salat Idulfitri di lingkungan sekitar saya


    Langitnya terlihat ceraaaah sekali :')

    Saya hanya bermaaf-maafan bertatap muka langsung dengan keluarga yang rumahnya kebetulan bersebelahan dengan saya. Sedangkan yang lain hanya bisa bertemu lewat video call dan jaringan pribadi saja. Untuk tetangga sendiri sudah memaklumi jika situasi seperti ini hanya bisa bermaafan lewat jauh dan tidak diperbolehkan untuk berkeliling seperti biasanya. Bahkan lingkungan rumah saya di-lockdown selama 3 hari, kendaraan roda empat tidak diperkenankan masuk di lingkungan saya.

    Foto keluarga yang.... meh banget huahahaha. Itu Si Bapak malah udah pake kolor biasa, makanya cuma kelihatan kepala doang wkwkwk. Minus adek bontot nggak tau ke mana, heu.



    Video Call bersama sobat jaman SD hingga sekarang yang pada nggak bisa pulang. Sedih banget. Malam takbiran kemarin sempet nangisin mereka :')

    Rasanya memang berbeda, seperti bukan suasana Lebaran. Kenyataan pahit ini membelenggu gerak kita yang membuat semuanya menjadi berjarak. Lebaran yang biasanya haru bercampur senang, kini terasa pilu bercampur rindu. Menelepon keluarga pun rasanya tak sanggup, karena sekali telepon diangkat dan terdengar “Halo” dari seberang sana, air mata langsung luruh. Mencoba untuk menahan air mata, meskipun membik-membiknya masih terasa.

    Barangkali, Idulfitri kali ini mengajarkan untuk menghargai segala pertemuan. Mengajarkan untuk nantinya lebih menikmati detik demi detik bersua dengan Bapak, Ibu, dan keluarga besar (meski terkadang terlontar pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan ehe). Lebih menghargai masakan Ibu yang terkadang bosan jika masak yang itu-itu saja. Bermain bersama adik-adik dan keponakan. Hal-hal kecil yang kita abaikan dulu, kini terasa membuat rindu.

    Ah, ya. Lebaran kali ini saya cukup terhibur dengan salah satu postingan foto salat Idulfitri di lingkungan rumah saya, yang beberapa warganya salat di atas loteng kemarin. Ternyata mendadak viral di mana-mana! Dimulai diposting di akun Jelajah Blitar, hingga diposting di akun-akun receh yang berskala nasional. Astaga. Saya ngakak nggak berhenti-berhenti tatkala foto ini nyebar ke mana-mana. Teman-teman nggak berhenti buat tag. Hahaha. Saya merasa bangga menjadi warga setempat wakakaka.



    View this post on Instagram

    Jajal sopo kuwi sing sholat neng nduwur. Jajal tag en bocae Sholat Id tetep physical distancing maeng isuk neng Jl. Tengger, Kota Blitar Foto: Esti #Blitar #JelajahBlitar #InfoBlitar #Dagelan
    A post shared by Jelajah Blitar (@jelajahblitar) on May 24, 2020 at 5:14am PDT



    View this post on Instagram

    Kelakuan warga +62
    A post shared by Meme Comic Indonesia (@meme.comik.indonesia) on May 24, 2020 at 8:10am PDT



    View this post on Instagram

    Orang yg pertama kali mendapat Rahmat dari langit
    A post shared by KEGOBLOGAN YANG UNFAEDAH (@kegoblogan.unfaedah) on May 24, 2020 at 8:31am PDT

    Selamat merayakan Idulfitri di manapun teman-teman berada! Maaf atas segala postingan dan komentar yang menyakitkan hati, tingkah laku selama berkomunikasi yang tidak mengerti adab maupun tidak mengenakkan hati. Semoga bisa saling memaafkan.

    Semoga pandemi ini segera berakhir. Saya ingin teman-teman saya dan orang-orang kesayangan saya bisa segera pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta tanpa ada rasa takut menularkan virus maupun tertular virus yang membayangi. Semoga segera, ya!

    Selamat Lebaran dan liburan!



    Love,




    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading


    Tidak terasa ini adalah postingan terakhir untuk tantangan menulis selama 30 hari di bulan Ramadan dari Blogger Perempuan Network. Berencana menuliskan ini tepat di hari terakhir Ramadan, tetapi molor hingga baru menuliskan ini saat hari ke-2 Lebaran heheheu. Tidak apa, toh batas menulis tantangan ini hingga tanggal 31 Mei 2020. Jadi bisa dikebut sat set wat wet. Oke, mari lanjut menulis!

    Ini adalah tahun kedua saya mengikuti tantangan menulis dari Blogger Perempuan Network saat Ramadan tiba. Tahun lalu yang merupakan tahun pertama, saya gagal totaaaaal setotal-totalnya. Dikarenakan banyak tema yang membuat saya bingung dan tidak cocok dengan diri saya pribadi. Hanya beberapa tema tertentu yang saya tulis, tidak sampai 10 postingan dari 30 postingan yang wajib disetorkan huahahah (dan pada akhirnya cukup menyesal kenapa nggak nyelesaiin tantangannya).

    Untuk menebus kegagalan tantangan menulis Ramadan tahun kemarin, akhirnya saya bertekad untuk mengikuti tantangan BPN Ramadan tahun ini, yang ternyata, tema per harinya lebih menyenangkan dari tahun kemarin. Lebih ke semacam thoughts daripada berbagi resep, tips, hingga makeup-makeup-an, yang, sebenarnya, saya sendiri tidak terlalu menguasai.

    Iya, saya pribadi lebih menyukai tantangan menulis dengan tema bebas. Seperti tantangan tantangan menulis di instagram 30haribercerita yang saya ikuti, yang hanya ada tema di saat-saat tertentu. Dan kok ya ternyata temanya masih bisa saya ikuti, haha. Yap, saya juga mengikuti tantangan menulis yang hanya ada di awal tahun itu sejak tahun 2019 kemarin (dan tuntas semua meski terkadang ada yang rapel dan telat posting! Hahahaha).

    Saya menikmati mengerjakan tantangan menulis BPN Ramadan untuk yang tahun ini. Dengan tema-tema yang cukup saya kuasai, saya bahkan sempat rajin nge-draft hampir sepuluh postingan di awal tantangan ini berjalan, saking enjoynya untuk menulis hehehe (Tapi akhirnya mengendur juga di pertengahan hingga akhir, gegara kesibukan mengerjakan orderan eheheu).
    Tantangan ini berguna bagi saya pribadi untuk melatih konsistensi saya dalam dunia tulis-menulis (meski di akhir-akhir sering ngerapel), meskipun saya merasa kualitas tulisan saya masih jauh dari kata bagus. Pokoknya, nulis terus! Hahaha. Apalagi di masa pandemi ini yang lebih banyak berdiam diri di rumah. Daripada tidak produktif (selain mengerjakan orderan), mending energinya disalurkan untuk menulis agar tidak sia-sia.
    Mengikuti tantangan BPN Ramadan membuat semangat menulis saya bangkit lagi setelah sempat meredup beberapa bulan terakhir (bisa dilihat postingan awal tahun lalu yang sedikit itu HAHAHA). Sempat merasa apa yang ditulis tidak begitu penting karena hanya kisah yang sepele dan merasa apa banget jika diposting, membuat saya ragu dan akhirnya malah nggak jadi posting sama sekali. 

    Padahal, saya menulis pun sebenarnya untuk membekukan semua memori yang lewat dalam hidup saya, baik peristiwa penting atau hal-hal yang menurut orang sepele. Toh blog ini kan, milik saya pribadi? Ehehehe. Akhirnya dengan pertimbangan itulah saya memutuskan untuk menulis kembali dan berani mengikuti tantangan menulis di blog yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network saat Ramadan.
    Selesai sudah tantangan menulis Ramadan untuk tahun ini! Terima kasih kepada Blogger Perempuan Network (tentunya!) yang sudah memfasilitasi saya dan teman-teman Blogger lainnya untuk mengaktifkan blog kembali dan melatih konsistensi dalam menulis. Membuat saya lebih produktif di tengah pandemi seperti ini.
    Semoga tantangan ini terus berlanjut di tahun-tahun selanjutnya. Tentunya semakin banyak yang mengikuti tantangan menulis dari Blogger Perempuan Network ini. Yang pasti, semoga tahun depan saya semakin konsisten untuk mengikuti tantangan menulis lagi tanpa harus ngerapel! AHAHAHAH.
    Sampai jumpa di tantangan menulis selanjutnya! (Tenang, meskipun tantangan ini berakhir, saya tetap akan menulis, kok :D)

    Ah, iya. Selamat merayakan Idulfitri untuk teman-teman! Mohon maaf lahir dan batin yaa. Maaf bila ada postingan atau komentar dari saya yang menyakitkan hati hehe. Semoga Allah menerima segala amal kita di bulan Ramadan ini dan memperkenankan kita kembali untuk bertemu dengan Ramadan tahun depan. Aamiin.

    Selamat Lebaran dan liburan!

    -----------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network
    30 Day Ramadan Challenge BPN




    Love,



    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading

    Entah sejak kapan, parsel (atau yang sekarang lebih dikenal sebagai hampers? HAHA) selalu identik sebagai pelengkap hari raya. Pemberian parsel ketika sebelum hari raya tiba ini bertujuan untuk memberikan bingkisan kepada orang-orang tersayang, sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Ini menurut saya pribadi, ehe. Tapi sepertinya kebanyakan tujuan orang mengirimkan parsel atau hampers memang itu, sih.
    Sempat ramai di media sosial mengenai nama parsel atau hampers, yang katanya artinya nggak sama. Tapi menurut saya sendiri, parsel maupun hampers ya sama saja. Hanya mungkin terlihat lebih keren dan instagramable jika menyebutnya hampers. Wqwqwq. Saya sih terserah saja. Lha wong saya nggak pernah dapat hampers~ (eh, atau parsel, ya? Alah. Embuh, wes~)
    Meskipun saya tidak pernah mendapatkan parsel atau hampers, tapi saya sudah beberapa kali ini menerima pemesanan parsel dari beberapa teman. Sebagai buah tangan kepada orang-orang tersayang. Menjadi salam tempel, perwakilan ketika tidak bisa bertatap muka dan bersilaturahmi secara langsung, apalagi di masa pandemi yang tidak diperbolehkan untuk anjangsana seperti ini.
    Membuat dan menata parsel ini menjadi salah satu kesukaan saya. Iya, bisnis saya memang tidak jauh-jauh dari sesuatu yang berbau handmade. Jadinya ketika mendapat pesanan parsel atau hampers ini, rasanya senang sekali. Seperti mendapat mainan baru HAHAHA.
    Tidak susah sih menyusun parsel agar menjadi cantik (nggak pakai mundur). Yang membuat sedikit nganu adalah ketelatenan dalam menyusun parsel dan ide-ide untuk membuat parsel agar terlihat menarik dan antimainstream.
    Pemilihan isi parsel sendiri sangat bebas. Bisa berisi makanan, minuman, sembako, atau apa saja. Kebanyakan memilih untuk mengirim parsel makanan (karena siapa sih hari gini yang nggak suka makan? Makanan enak, pula. Eheu). Tapi juga ada yang mengirim parsel berdasarkan barang favorit penerima seperti buku, barang pecah belah, jilbab, bahkan toples makanan. Bebas~

    Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang saya gunakan antara lain gunting, lem tembak, selotip, pita kain, kardus bekas, koran bekas, plastik pembungkus, aneka jajanan dan sembako, keranjang, dan kartu ucapan.


    Cara Membuat

    1. Siapkan alat dan bahan.
    2. Tata aneka jajanan atau sembako atau isian parsel dalam wadah serapi dan semenarik mungkin. Gunakan kardus dan koran bekas untuk membuat isian parsel terliat munjung. Manfaatkan lem tembak untuk menempel isian-isian parsel jika dirasa kurang kuat menempel.
    3. Beri pita pada keranjang (opsional, agar terlihat manis seperti pembuat) dan selipkan kartu ucapan di sela-sela isian parsel.
    4. Tutup parsel yang sudah jadi dengan plastik pembungkus, rekatkan dengan selotip agar rapi.Parsel siap dikirimkan!


    Dua Buah Tips

    Sebenarnya ini hanya tips berdasarkan pengalaman pribadi saja ketika membuat parsel beberapa kali, bisa diterapkan maupun tidak. Bebaskaan~
    Pertama, cari isian parsel yang warnanya senada dan juga wadah yang senada warnanya. Misal nuansa pastel, cari isian parsel dan wadah dengan warna-warna yang kalem juga. Ini bertujuan agar terlihat cantik saja sih sebenarnya HAHAHAH. Tapi kembali lagi, ini masalah preferensi. Jika tidak masalah dengan warna yang tidak senada, lanjutkan saja. Toh wong ya bukan saya yang dapet parselnya muehehe.

    Warna dominan cokelat - kuning. Terlihat cantik seperti yang bikin, kan?
    Kedua, cari wadah parsel yang tidak sekali pakai alias bisa dipakai kembali. Lagi-lagi, ini juga preferensi pribadi, karena saya merasa eman-eman jika wadah yang digunakan untuk parsel ini hanya dipakai sekali, kemudian berakhir diklumbrukkan begitu saja. Saya menyarankan memilih tempat plastik atau rotan, yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk wadah lainnya seperti bumbu dapur dan wadah skincare dan makeup.

    Wadah yang digunakan bisa dipakai kembali. Warnanya tidak senada karena isiannya sesuai permintaan, ehe~
    -----------------------------------------------------
    Semoga cara membuat parsel sederhana ini bisa dipraktikkan untuk mengirim parsel kepada orang-orang tersayang, ya. Apalagi Lebaran ini juga berada di tengah pandemi, yang tidak bisa bertemu bertatap muka langsung. Parsel menjadi ‘perwakilan’ untuk sementara waktu hingga berakhirnya pandemi ini. Eheu.
    Oh iya, yang mau mengirimkan parsel untuk saya, saya nggak bakal nolak, loh...
    -----------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network
    30 Day Ramadan Challenge BPN



    Love,




    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading


    Ramadan tinggal dua hari lagi.

    Ya, saya pertegas sekali lagi. Ramadan tinggal dua hari lagi.
    Ada perasaan menyesal tatkala mengetahui Ramadan akan meninggalkan saya (dan kita semua, tentu saja). Betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia, yang saya gunakan tidak semestinya untuk beribadah padaNya. Tapi waktu terus berjalan. Saya hanya bisa memanfaatkan waktu-waktu terakhir ini dengan sebaik-baiknya, semampu yang saya bisa. Semoga dimudahkan.
    Tentu, di detik-detik terakhir penghabisan Ramadan setiap tahunnya selalu ada doa yang diucapkan, doa-doa yang hampir selalu sama saya lantunkan di setiap penghujung Ramadan (semoga Allah tidak bosan-bosan mendengar doa yang selalu sama. HAHA).

    Dipertemukan Kembali dengan Bulan Ramadan Tahun Depan

    Ya. Tentu saja ini adalah doa utama (dan pertama) yang saya ucapkan setiap tahunnya. Semoga selalu dipermudah dan dimampukan untuk bertemu kembali dengan Ramadan-ramadan selanjutnya. Beribadah dan mengharap ampunanNya yang begitu berlimpah di bulan suci ini.

    Istiqamah Menjaga Hal-hal Baik Saat Ramadan

    “Memulai itu memang mudah. Menjaga untuk tetap istiqamah itu yang sulit...” Sebuah kalimat yang pernah saya baca di suatu postingan yang saya setujui penuh.
    Memang sulit untuk menjaga keistiqomahan diri, terutama hal-hal baik. Banyak hal-hal baik yang saya dapat saat Ramadan setiap tahunnya, tapi sangat sulit untuk menjaga tetap istiqamah hingga bertemu dengan Ramadan selanjutnya, huhu. Semoga untuk kali ini, Allah mampukan untuk menjaganya.

    Tidak Lagi Melewati Ramadan dan Lebaran di Tengah Pandemi

    Ramadan yang berlangsung di tengah pandemi kali ini memang sedikit (atau banyak? HAHAHA) merepotkan. Yang harusnya bisa salat tarawih dan itikaf di masjid, tidak diperbolehkan. Bagi-bagi takjil hingga buka bersama, juga ditiadakan. Bahkan salat Idulfitri dan anjangsana ke sanak saudara dan tetangga ini juga ditiadakan. Jadi terasa agak gimana gitu yah.
    Semoga tahun depan pandemi ini sudah bisa teratasi. Bisa beribadah secara leluasa, bisa berbagi takjil, buka bersama dengan teman-teman tanpa takut dan was-was karena pandemi. Mari aamiin-kan bersama-sama.

    Diberi Kesehatan, Dicukupkan Rezeki, Dimudahkan Hati untuk Menerima Segala KetetapanNya, dan...

    Dan masih banyak lagi. Tapi sepertinya ketiga doa dan harapan saya sudah mencakup semua perintilan doa-doa saya yang lain. Ehehehehehehehe.
    Semoga doa-doa yang sudah dilangitkan bisa dikabulkan olehNya, ya. Semangat untuk kita semua!

    -----------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network
    30 Day Ramadan Challenge BPN



    Love,



    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading

    Menjalani kehidupan di tengah pandemi yang sedang berlangsung ternyata tidak mudah. Sektor ekonomi yang terasa langsung dampaknya juga membuat hidup ‘dipaksa’ menjalani ritme yang baru. Yang dulunya mungkin sedikit berfoya-foya (kadang tanpa pikir panjang) menghabiskan uang, sekarang jadi mikir-mikir jika mengeluarkan uang. Memilih membelanjakan ke dalam hal-hal yang sifatnya lebih penting.

    Pandemi ini juga berdampak kepada saya dan bisnis yang saya geluti. Pemasukan yang berkurang cukup signifikan, membuat saya lumayan berpikir keras untuk mengatur agar keuangan tetap cukup meski di tengah pandemi. Alhamdulillah, memang rejekinya anak (belum) solehah. Tuhan selalu menitipkan rezekiNya lewat jalan yang tak disangka-sangka. Sebuah hal yang (harus-selalu-wajib) disyukuri.

    Sudah, sudah. Mari kembali ke laptop.

    Berbicara tentang penghematan, pandemi ini mengajarkan saya cukup banyak hal akan pentingnya menjaga uang dan mengeluarkan uang seperlunya. Apalagi menjelang Lebaran ini, yang biasanya hasrat ingin belanja meningkat drastis (dan diskon bertebaran di mana-mana hah!). Harus pintar-pintarnya memilih dan memilah mana yang benar-benar dibeli dan diperlukan.

    Beberapa cara untuk berhemat yang saya lakukan ketika Lebaran di tengah pandemi ini antara lain:

    Membuat Skala Prioritas

    Membuat skala prioritas adalah hal pertama yang tentunya banyak dilakukan sebagian besar orang (termasuk saya sendiri hahaha). Prinsip skala prioritas yang saya pakai mengacu pada pendapat orang-orang yang lebih ahli dalam bidang ekonomi, diantaranya penting, mendesak, pokok. Ketiga hal ini yang menjadi pedoman saya ketika mengelola keuangan saya sejak sebelum pandemi, hingga sampai saat ini ketika pandemi berlangsung (meskipun terkadang saya juga khilaf sedikit menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang tidak penting wqwq~).

    Kebutuhan atau Keinginan?

    Pertanyaan ini selalu saya lontarkan kepada diri saya sendiri ketika membeli sesuatu, entah itu pakaian, makeup dan skincare, hingga alas kaki. Sebisa mungkin saya membeli apapun berdasarkan apa yang saya butuhkan, tidak membeli hanya perkara diskon maupun lapar mata saja.

    Alhasil, kebiasaan ini cukup membantu saya untuk berhemat, terutama saat-saat menjelang Lebaran seperti ini. Saya berhasil untuk tidak membeli pakaian (justru malah dibelikan! Haha), hanya membeli sepasang sandal baru, yang tentunya saya pilih yang nyaman (dan tidak mahal! Wqwq~) untuk kaki saya yang serampangan ini.

    Sandal baru, yang dibeli gegara saya lupa kalau nggak punya sandal wqwqwq~

    Membeli sandal baru ini pun dengan pertimbangan saya tidak memiliki sandal selama beberapa tahun terakhir hahahaha (karena biasanya Cuma pinjam kepada adik cowok wqwqwq), dan kebetulan momennya juga sekalian saya membelikan sandal baru untuk Ibuk.

    Sekali lagi jangan lupa untuk bertanya kepada diri sendiri ketika membeli sesuatu, ‘keinginan, atau kebutuhan?’

    Membeli Jajan Lebaran Secukupnya, Alihkan pada Kebutuhan Pokok

    Dikarenakan adanya pandemi yang membuat Lebaran tetap #DiRumahAja, keluarga saya yang biasanya bersemangat untuk berbelanja jajanan Lebaran pun untuk tahun ini sedikit mengendurkan semangatnya (bahkan terasa kendor banget, malah. HAHA). Terhitung hingga H-2 Lebaran, saya dan keluarga saya tidak menyetok jajan apapun untuk Lebaran nanti. Hanya mengandalkan pemberian parsel-parsel dari orang-orang yang baik hatinya mueheheu.

    “Wong ya Lebaran semuane pintu ditutup, tamu ndak boleh masuk. Gek yo nyapo podo sibuk golek jajan ki. Wes, maem sing enek ae. Bakale yo dimaem-maem dewe.” (Orang ya Lebaran semua pintu ditutup, tamu nggak diperbolehkan masuk. Kok ya kenapa pada sibuk nyari jajan. Udah, makan yang ada aja. Ini semua bakal dimakan sendiri-sendiri), Ibu saya, yang nggak mau (dan nggak bakalan) berpusing-pusing ria perkara camilan Lebaran.

    Uang jajan pun dialihkan kepada kebutuhan pokok yang lebih penting, yang tentunya lebih diperlukan dimasa-masa pandemi seperti ini. Saya rasa, ini adalah langkah yang tepat untuk keluarga saya, dibandingkan dengan membeli jajan-jajan banyak yang berlebihan.

    Tapi perkara berlebihan atau tidak, ini sebenarnya tetap berdasarkan sudut pandang pribadi, sih. Jika memang ada budget khusus untuk membeli jajan Lebaran, silakan dieksekusi. Jika memang uang hanya cukup untuk kebutuhan pokok, silakan pilih mana yang terbaik. Bhebas. Wong ya itu uang milik sendiri. Siapalah saya ini, kok ikutan ngatur. Kecuali kalau diri saya yang memang membiayai~

    Semoga rezeki kita semua selalu dicukupkan. Semoga diri kita selalu merasa cukup.

    -----------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network
    30 Day Ramadan Challenge BPN




    Love,



    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading


    Jauh sebelum Lebaran tiba, di tengah pandemi yang tengah berlangsung beberapa bulan belakangan (bahkan sebelum Ramadan tiba), saya pernah mengucapkan doa semoga pandemi COVID-19 ini berakhir sebelum Ramadan tiba (karena pemerintah juga memperkirakan bahwa pandemi ini bisa berakhir sebelum Ramadan. Maksimal Ramadan akan berakhir, lah). Jebul ndilalah malah lebih parah. Kurva pasien COVID-19 terus merangkak naik, meski angka kematian sekarang nilainya lebih kecil daripada angka sembuh yang terus bertambah.

    Tentu saja hal ini membuat saya merasa cukup sedih. Terlebih dengan kebijakan-kebijakan pusat yang sering membuat pusing kepala hingga berpikir, “Halah mbuh sakarepmu.” Merasa doa-doa saya selama ini tidak didengarkan olehNya. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah jalan takdirnya 2020 harus berjalan seperti ini. Heu.

    Apa kabar saya saat menjalani Ramadan di tengah pandemi?

    Kabar baik. Meski terkadang cukup parno jika sudah batul-batuk kecil dan wahing atau bersin, padahal bersinnya gegara alergi udara pagi. Masih juga bisa bersantai menikmati waktu di rumah, meski sesekali juga merindukan ngopi nongkrong di luar bersama teman-teman. Masih juga dengan kabar mencintai si dia secara diam-diam.

    Ya, intinya, meski pandemi ini cukup mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-hari, tapi tetap ada hal yang disyukuri seperti intensitas berkumpul dengan keluarga yang makin banyak, tidak kelayapan ke mana-mana, dan tentunya lebih irit makeup maupun skincare, terutama gincu alias lipstik. Sebuah hal yang sepatutnya disyukuri di tengah pandemi.

    Menjalani Ramadan kali ini sebenarnya hampir sama seperti Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Tetap diisi dengan berpuasa penuh sampai magrib. Hanya saja tidak lagi terdengar bisik-bisik wacana buka bersama yang selalu ramai hingga terjadi gontok-gontokan di grup WhatsApp. Tidak lagi iseng jalan-jalan cari takjil di Pasar Ramadan seperti yang selalu saya lakukan hampir setiap tahun (dan menjadi ajang pencarian jodoh).

    Lebaran Tetap di Rumah Aja? Siapa Takut!

    Menjelang hari raya Idulfitri di tengah berlangsungnya pandemi, sudah terdengar desas-desus bahwa Lebaran tahun ini akan ditunda, berbeda dari Lebaran-lebaran sebelumnya. Kemungkinan besar tidak ada salat Idulfitri, tidak ada ajang silaturahmi, tidak ada icip-icip jajan tetangga, tidak ada kegiatan bagi-bagi THR yang selalu dinanti, dan tidak ada ajang tebar pesona juga.

    “Riyoyo ra nggoreng kopi, madep mejo ora ono jajane.” Sepertinya parikan jawa yang biasa Bapak nyanyikan di setiap Idulfitri akan menjadi kenyataan di tahun ini. Hanya saja, selain tidak ada jajan yang disuguhkan, juga tidak akan ada tamu berkunjung ke rumah dikarenakan adanya imbauan untuk tidak berkeliling silaturahmi mengunjungi tetangga, teman, maupun sanak saudara. Mas Calon juga sepertinya gagal bertamu ke rumah untuk tahun ini.

    Sedih tentunya harus tetap stay di rumah saat hari yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Mengingat seringnya hanya bisa berkunjung ke rumah sanak saudara hanya waktu Lebaran saja. Tapi keputusan sudah menjadi keputusan, dan semoga ini menjadi keputusan yang terbaik guna memutus rantai penyebaran COVID-19.

    Semoga penjagaan diri kita semua ini tidak sia-sia (meskipun ada masyarakat yang bebal tetap ke luar rumah dan berjubelan untuk membeli pakaian dan belanja baju). Semoga pandemi ini segera berakhir, diberi kemudahan untuk melaluinya, dan tetap diberi sehat dan bahagia. Semangat hingga menggapai kemenangan!

    Lebaran tetap di rumah aja? Siapa takut!

    Ah, ya. Meski Lebaran kali ini di rumah saja, tapi kalau ada yang memberi saya sangu, monggo kerso loh. Nggak bakal nolak~

    -----------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network
    30 Day Ramadan Challenge BPN




    Love,



    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ►  2024 (17)
      • ►  November 2024 (1)
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ►  2023 (3)
      • ►  Juni 2023 (1)
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ▼  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ▼  Mei 2020 (22)
        • Merayakan Idulfitri di Tengah Pandemi
        • 30: Dibalik Blogger Perempuan Network 30 Day Ramad...
        • 29: Membuat Parsel Cantik, Bingkisan Lebaran untuk...
        • 28: Doa-doa Sebelum Ramadan Berakhir
        • 27: Tips Hemat Lebaran Saat Pandemi
        • 26: Lebaran Tetap di Rumah Aja
        • 25: Mudik, Yes or No?
        • 24: Hal yang Dirindukan Saat Lebaran Tiba
        • 23: Menu Lebaran Favorit
        • 22: Baju Baru vs Baju Lama, Pilih yang Mana?
        • 21: Harapan Ramadan Tahun Depan
        • 20: Hal-hal yang Disyukuri Saat Berpuasa di Tengah...
        • 19: Tempe Mendoan, Camilan Praktis Saat Berbuka
        • 18: Ide Kegiatan yang Bisa Dilakukan Saat Ramadan
        • 17: Channel Islam Favorit Saat Ramadan
        • 16: Menu Buka Puasa Praktis Tanpa Ribet
        • Merayakan Patah Hati, Tak Harus Ditangisi: Sebuah ...
        • 15: Suasana Ramadan di Tengah Pandemi
        • 14: Tempat yang Akan Dikunjungi Saat Sudah Bisa Ke...
        • 13: Channel dan Akun Favorit untuk Menambah Ilmu d...
        • 12: Barang-barang yang Dibutuhkan Saat Berkegiatan...
        • 11: Keterampilan yang Dipelajari Saat di Rumah
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top