facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco


    Masih beberapa bulan menjadi seorang istri dan adaptasi dengan berbagai hal baru, membuat saya menjadi semakin familiar dengan tugas-tugas dalam rumah tangga. Oh iya, saya belum cerita banyak terkait fase baru saya ini, ahahahaha. Banyak hal yang tak terduga terjadi tahun ini sebenarnya, salah satunya menapaki fase menikah. Sama sekali tidak terbesit dalam pikiran untuk melangsungkan pernikahan di pertengahan tahun ini, namun ternyata Tuhan menggariskan takdir saya untuk menikah di usia menjelang 29 tahun. 

    Loh, he, kok jadi ke mana-mana bahasannya ahahahaha. Maklum, lama enggak nulis panjang di blog ternyata bikin rindu juga. Bahasan tentang proses yang satu itu bisa jadi cerita di postingan selanjutnya, sekaligus membekukan memori yang telah lalu, hihihi.


    Kembali ke topik rumah tangga. Saya baru menyadari bahwa menjadi seorang istri, waktu 24 jam tuh rasanya kurang banget. Ada saja kesibukan yang harus dilakukan, mulai dari menyiapkan makanan untuk suami (Ya Allah, masih aneh banget manggil partner dengan suami, huahauahauhau), setrika, mencuci baju, merapikan tempat tidur, bereskan ini itu. Meski masih tinggal dengan orangtua, ada beberapa hal yang harus dilakukan sendiri. Salah satunya adalah urusan setrika dan cuci-mencuci.


    Dibanding setrika, saya lebih menikmati proses mencuci, mulai dari mencuci pakaian, mencuci piring, hingga mencuci kendaraan. Oh, ya, garis bawahi, ini tentu saja kalau enggak numpuk, ya. Kalau numpuk, ya, sama saja seperti manusia pada umumnya, wkwkwkwk. Tapi jarang banget kalau menumpuk, masih rata-rata sih. Karena ya itu tadi, saya menikmati proses dalam mencuci. Jadi kalau ada yang numpuk sedikit tuh tangan rasanya gatal untuk segera mencuci hahahaha.


    Saking gampang gatal ini, saya akhirnya buat jadwal khusus untuk mencuci. Bila pakaian, minimal seminggu dua kali agar terlihat ‘banyak’. Kalau piring makan, sendok, juga teman-temannya, sebisa mungkin setelah makan segera dicuci. Masih terasa aneh bagi saya menumpuk piring kotor, walau kadang-kadang juga masih numpuk, huahaha. Biasanya kalau ada yang numpuk ini sengaja, sebab lagi terburu-buru. 😀


    Berbicara tentang mencuci piring, ternyata mencuci piring ini bisa jadi salah satu sarana healing yang cukup murah meriah, lo! Dilansir dari kompas.com, aktivitas mencuci piring ini menggunakan konsep mindfulness, yakni praktik yang penuh dengan kesadaran. Hal ini terlihat saat merasakan bagaimana tekstur sabun yang licin, beraroma, hingga merasakan piring yang kesat setelah dicuci.


    Saya sendiri juga merasakan bagaimana nikmatnya mencuci piring. Merasa tenang dan senang sekali saat sabun cuci piring bergesekan dengan tangan saya. Apalagi setelah terbentuk gelembung-gelembung sabun dan busa, yang terkadang masih saya buat mainan layaknya anak kecil yang menyukai gelembung sabun, ahahaha. Lalu, ada kepuasan tersendiri bila peralatan yang saya cuci menjadi bersih dan kesat tanpa ada sisa noda yang menempel. Serta yang paling utama ialah aroma dari sabun cuci piring yang begitu menenangkan dan menyenangkan. 😀


    Terkait kegiatan mencuci piring ini, saya jadi teringat salah satu judul buku yang sudah lama ingin saya baca, yakni Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Telah banyak ulasan yang mengatakan bahwa buku ini sangat layak untuk dibaca, utamanya untuk orang-orang yang sedang berduka ditinggal orang tercinta mereka. Ditulis oleh seorang psikiater tersohor yang merupakan idola saya dan saya ikuti akun media sosial yang beliau miliki di Instagram maupun Twitter, dr. Andreas Kurniawan, Sp. KJ. Sementara ini masih baca cuplikan singkatnya di Google Books, semoga ada waktu dan kesempatan untuk baca keseluruhan! 😀


    Yupsi, kembali lagi ke laptop. Eh, kembali ke pembahasan cuci piring. 😂


    Dalam melakukan aktivitas favorit, tentu ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar melakukannya dapat menimbulkan perasaan lega dan bahagia, juga selesai dengan hasil yang baik. Salah satunya adalah perihal cuci-mencuci ini. Beberapa hal di antaranya:


    • Pilih sabun cuci piring yang mudah dibilas, mampu menghilangkan noda, serta bau makanan yang menempel

    Meski aktivitas mencuci piring jadi salah satu aktivitas yang menyenangkan untuk dilakukan, namun pemilihan sabun cuci piring yang mudah dibilas dan mampu menghilang noda tetap penting dan utama. Apalagi bila sedang terburu-buru dalam mencuci, aktivitas yang harusnya jadi menyenangkan malah bikin jengkel, sebab noda pada piring tidak bisa hilang. 😣

    • Pilih sabun cuci dengan aroma yang segar dan nyaman di indra penciuman

    Sebagai orang yang cukup sensitif perihal bau-bauan, pemilihan aroma ini bagi saya juga termasuk komponen yang penting. Aroma yang segar seperti lemon dan jeruk selalu jadi pilihan aroma utama saya, sebab membuat saya tenang dan nyaman, membuat mood mencuci piring jadi naik, hahaha.

    • Pilih sabun yang aman digunakan untuk tangan, tidak menimbulkan iritasi dan alergi

    Pemilik tangan yang cukup sensitif coba angkat tangan? Oh, saya sendiri, wakakaka. Pernah timbul rasa panas di tangan setelah pakai sabun cuci, membuat saya cukup selektif dalam memilih sabun-sabunan. Selain mudah dibilas, keamanan pada tangan juga menjadi pilihan utama agar mencuci jadi aktivitas favorit yang menyenangkan.

    • Pilih sabun cuci yang mudah didapat di pasaran, dengan harga yang terjangkau

    Sebagai menteri keuangan dalam rumah tangga, mencari kebutuhan rumah tangga dengan harga terjangkau dan mudah didapat tentu jadi pertimbangan tersendiri. Yah, namanya juga berhemat yha bundd, jadi harus cermat dalam memilih produk dengan harga murah, namun kualitas tentunya tidak murahan. 😆

    • Pilih sabun yang ramah lingkungan

    Meski belum sepenuhnya menjadi aktivis lingkungan, tapi sedikit demi sedikit mulai belajar demi menjaga lingkungan. Salah satunya mempertimbangkan untuk pilih sabun cuci yang kemasannya curah ataupun kemasan daur ulang.

    Dengan pertimbangan hal di atas, ada satu sabun cuci piring yang akhir-akhir ini saya coba pakai. Adalah SoFresh, yang merupakan sabun cuci lokal buatan Blitar yang mengusung konsep ramah lingkungan! 😀



    Selayang Pandang Produk SoFresh, Sabun Cuci Lokal Ramah Lingkungan Asli Blitar




    SoFresh merupakan produk sabun cuci piring dari Goedang Kimia, yang beralamat di Jl. Soedanco Supriadi 201 A, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Berawal dari industri skala kecil di dapur rumah kemudian tumbuh mengembangkan usaha, yang dirintis oleh sepasang suami istri bernama Choirul Umam dan Nurhasanah. Saat ini, jaringan distribusi Sabun SoFresh tersebar di lima kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Di antaranya Malang, Gresik, Surabaya, Tuban, Pacitan, serta telah memiliki lebih dari 300 reseller.




    Mengusung slogan Go Green dalam pembuatannya, kehadiran SoFresh tak hanya sekadar bermanfaat saja, namun juga harus memiliki dampak terhadap pelestarian lingkungan. Oleh sebab itulah tercipta SoFresh, produk sabun ramah lingkungan yang dikemas 450 ml. Selain itu, Goedang Kimia juga menyediakan produk sabun dengan kemasan curah yang dapat diisi ulang, yang menjadi solusi bagi masyarakat dan pemerintah mengurangi limbah kemasan plastik.



    Kemasan Produk, Tekstur Produk, dan Aroma Produk


    Produk sabun cuci SoFresh dikemas menggunakan botol plastik khas sabun cuci, dengan tutup botol berjenis ulir. Ini memudahkan saya untuk mengisi ulang botol ini dengan sabun cuci kemasan curah. Benar-benar produk lokal yang menjunjung tinggi pelestarian lingkungan, sesuai dengan nilai perusahaannya. 😀



    Pertama kali memakai produk ini, tekstur yang saya rasakan adalah kental, namun tidak begitu. Tidak menimbulkan lengket sehingga masih nyaman digunakan. Ketika digosokkan di tangan, mudah sekali dibilas sehingga tidak harus membilas tangan beberapa kali (karena saya pernah menemukan sabun cuci piring yang cukup ‘ngoyo’ sekali dalam pembilasannya). 😀



    Aroma adalah salah satu alasan saya memilih sebuah produk. Terkait produk SoFresh, aroma yang saya rasakan adalah campuran dari lemon dan beberapa aroma rempah lain yang tak terlalu menyengat. Untuk orang penyuka aroma unik, produk SoFresh bisa jadi pilihan! 😀



    Cara Pemakaian Produk


    Seperti pada umumnya, penggunaan sabun cuci piring SoFresh ini dituang pada spons pembersih piring, lalu aplikasikan pada piring dan peralatan lain yang dicuci. Ratakan hingga piring dan peralatan yang dicuci terlihat bersih, lalu bilas hingga busa dan cairan sabun tersapu oleh air.





    Ulasan Penggunaan Produk


    Sebagai ibu rumah tangga yang erat hubungannya dengan cuci-mencuci, kehadiran SoFresh menjadi solusi untuk mendapatkan sabun cuci piring dengan harga yang sangat terjangkau. Bagaimana tidak? Dengan dibandrol Rp7.000,00 saja sudah mendapatkan satu botol dengan isian 450 ml. Lebih mudahnya lagi, ada kemasan khusus curah, jadi enggak perlu gonta-ganti botol yang membuat sampah plastik makin banyak dan merasa bersalah dengan alam. 😣


    Sabun cuci piring SoFresh mudah sekali dalam membukanya. Saya pikir dengan tutup botol ulir akan menyulitkan, namun ternyata masih cenderung mudah. Dalam proses menuang sabun ke spons sabun juga tak mengalami “kebablasan” alias pas dan masih mudah untuk dikendalikan.






    Ketika digunakan, sabun cuci piring SoFresh cukup cepat dalam membersihkan noda yang membandel. Terbukti dengan saya tidak perlu menggosok berkali-kali untuk menghilangkan noda yang ada di piring. Pada tangan pun tidak meninggalkan rasa lengket dan licin. Ketika dibilas dengan air, mudah sekali luruh.





    Hal penting yang menjadi catatan tentang sabun SoFresh adalah, sabun ini tidak menimbulkan iritasi pada tangan. Kulit tangan saya aman sekali, bahkan tidak timbul rasa panas setelah penggunaannya. Senang sekali! 😀


    Untuk kamu pecinta produk lokal (serta murah, ahaha) dan sedang belajar memakai produk yang mencintai lingkungan, sabun cuci SoFresh bisa jadi pilihan untukmu! 😉



    Info Ketersediaan Produk


    Tertarik untuk menggunakan sabun cuci SoFresh? Kamu bisa dapatkan produk lokal asli Blitar ini di:


    • Instagram : @goedangkimiablitar (klik!)

    • E-mail: goedangkimia@gmail.com

    • No WhatsApp: 081-252-249-398 (klik!)


    Continue Reading


    Mudik Lebaran adalah masa yang sering kali saya nantikan, karena di waktu inilah beberapa keluarga besar yang terpisah di luar kota kembali ke kampung halaman masing-masing. Saya sendiri bukan tim mudik semenjak beberapa tahun terakhir, karena saya kembali pulang ke tempat di mana saya tumbuh dan berkembang. Yaps, kota tempat saya tumbuh dan besar ini menjadi "jujugan" dari keluarga saya yang ada di tanah rantauan.

    Meski bukan tim mudik, namun saya suka sekali memantau arus mudik yang menjadi tradisi menjelang Lebaran. Dulu sewaktu saya kecil, ada salah satu saudara dari Ibu yang mengagendakan mudik ke Blitar setiap tahunnya, yang mana sewaktu itu sering kali saya nantikan kedatangan beliau sekeluarga. Saya semangat untuk menyambut, kendati waktu kecil masih malu-malu bila bersua keluarga besar (sekarang jadi malu-maluin dan enggak tahu malu), ahahaha.

    Tradisi mudik saat Idulfitri ini menjadi momen yang saya ingat betapa saya suka membuka atlas dan mencari peta Pulau Jawa untuk melihat jalan antarkota yang kira-kira dilalui para pemudik. Iya, seniat itu memang, ahahaha. Selain itu, saya suka sekali memantau arus mudik melalui televisi, bagaimana perkembangan mudik dari hari ke hari. Mulai dari arus masih lancar hingga sudah terpantau padat merayap di beberapa titik.

    Bertambahnya usia saya, rasa sukacita saya akan mudik tak jua luntur. Melihat banyaknya teman-teman saya yang perantau lalu mengunggah fase mudik mereka, rasanya ikut gembira. Apalagi setelah masa pandemi mereda, yang mana sejak tahun lalu mulai diperbolehkan kembali untuk mudik tanpa pembatasan wilayah.

    Ah, jadi ingat masa-masa pandemi di tahun 2020. Rasanya sepi sekali, bak kota tanpa penghuni. Pembatasan wilayah di mana-mana, orang-orang tak boleh keluar rumah untuk saling silaturahmi, bahkan sekadar jabat tangan pun tak diperbolehkan. Salat Idulfitri di rumah masing-masing, yang mana memberikan sensasi hampa dan pedih di hati. Biasanya Lebaran kumpul dengan keluarga besar, saat pandemi melanda aktivitas tersebut terpaksa harus berhenti.

    Sebab itulah saya bersyukur di 2024 ini tak lagi ada pembatasan. Mudik telah dibebaskan kembali, berkumpul dengan keluarga, silaturahmi tanpa ada rasa khawatir akan pandemi. Menyenangkan sekali!

    Untuk para pemudik, di bawah ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan saat kembali pulang ke kampung halaman, agar mudik tahun 2024 ini terasa penuh makna dan banyak cerita.

    1. Bersua dengan keluarga inti (orangtua dan saudara kandung)

    Tentu yang pertama kali dilakukan adalah bertemu dengan keluarga inti di kampung halaman, seperti orangtua dan saudara kandung. Sepertinya ini adalah tujuan mudik hampir semua orang, ya? Heuheu.

    Melepas rindu pada keluarga di rumah jadi kebahagiaan tersendiri. Bercerita tentang perkembangan yang terjadi selama ini saat terpisah jarak, nostalgia saat kecil yang masih kumpul dalam satu rumah, bersenda gurau antarkeluarga yang menciptakan kehangatan.

    2. Berkunjung ke sanak saudara yang tak sering ditemui

    Selain keluarga inti, hal selanjutnya yang dapat dilakukan saat mudik ialah berkunjung ke sanak saudara lain yang tak sering ditemui. Selain merekatkan kembali silaturahmi, berkunjung ke rumah keluarga besar juga sebagai sarana mengenal kembali anggota keluarga yang lain.

    Sejak kecil, saya senang sekali ketika diajak silaturahmi ke keluarga besar oleh orangtua, meski saya sering kali tertidur ahahahaha. Kebiasaan berkunjung untuk silaturahmi ini terbawa hingga saya dewasa, yang kini meneruskan tradisi orangtua untuk silaturahmi memgunjungi saudara-saudara.

    Umur tak ada yang tahu. Semoga diberi usia yang cukup untuk silaturahmi ke sana-sini agar tak 'kepaten obor'.

    3. Kuliner makanan khas kampung halaman yang tak ditemui di tanah rantau


    Bagi pemudik yang suka sekali kulineran, makan makanan khas kampung halaman adalah salah satu 'ibadah' wajib yang dilakukan. Ibaratnya, belum terasa pulang kampung bila belum merasakan kembali berkuliner ria.

    Beberapa kerabat saya yang mudik ke Blitar sering kali mengagendakan untuk kuliner makanan legendaris yang tak ditemui di rantauan. Sebenarnya untuk beberapa menu legendaris yang sudah tersohor sih tersedia dan mudah ditemui. Namun kata orang-orang perantau, kuliner yang ada di perantauan tuh rasanya jauh dengan kuliner khas asli kota tersebut. ~XD

    Jangan lupa agendakan untuk kulineran di kampung halaman, ya?

    4. Wisata bersama keluarga di kampung halaman


    Ditinggal merantau, banyak sekali perubahan yang terjadi di kampung halaman. Ini adalah penuturan dari banyak teman-teman saya dan beberapa saudara yang merantau. Sebagai akamsi alias anak kampung sini yang ngendon tak beranjak dari kampung halaman, saya mengakui itu. Banyak perkembangan yang terjadi di sini, mulai dari dunia kuliner, pariwisata, dan juga tata letak kota.

    Bila kunjungan ke rumah keluarga besar selesai dilakukan, ada baiknya mengagendakan berwisata ke tempat wisata yang ramah keluarga untuk menyegarkan pikiran (modus membuang pertanyaan-pertanyaan tak masuk akal yang diterima, heuheu). Selain untuk melepas penat, wisata juga dapat membangun ikatan keluarga yang lebih kuat dan kompak lagi.

    Untuk pemudik yang sedang pulang ke Blitar, bisa dicoba beberapa wisata yang saya tuliskan di postingan ini: Ini Dia 3 Tempat Wisata Favorit di Blitar (klik klik klik).

    ----------------------------------------------------------------

    Itulah cerita seputar mudik tahun 2024. Semoga yang sedang mudik diberikan kelancaran dari pergi hingga kembali merantau, juga rezeki yang terus mengalir, ya! 

    Bagaimana cerita mudikmu tahun ini? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.






    Continue Reading


    Entah dari mana budaya Lebaran harus mengenakan pakaian baru ini berasal. Namun yang jelas bukan dari lirik "Baju baru alhamdulillah, 'tuk dipakai di Hari Raya", karena kelanjutan liriknya pun berbunyi, "Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju tetangga yang lama". Jadi sebenarnya tak punya pakaian baru pun tak masalah, asal masih punya baju yang pantas dipakai untuk bertemu sanak saudara dan handai tolan.

    Saya pun sebenarnya bukan tim harus beli baju baru saat Lebaran tiba. Memang pada dasarnya sedang meminimalisir jumlah pakaian yang dimiliki, jadi ketika menjelang Lebaran seperti ini tak panik lagi tentang baju yang sedang tren saat Idulfitri ahahaha. Tidak FOMO gitulah istilahnya. Selama masih pantas digunakan dan nyaman, saya pasti pakai. Tidak peduli dengan sindiran, "Kok bajunya itu-itu aja?" ~XD

    Trik demi trik saya lakukan untuk menjaga baju agar tidak menumpuk. Membeli baju sekarang pun cukup banyak pertimbangan yang saya lakukan, yang tak sekadar berkutat di desain saja. Tips ini juga bisa kamu gunakan untuk kamu yang sedang berusaha hidup minimalis namun masih tetap ingin punya baju Lebaran. :D

    1. Temukan " Strong Why" terlebih dulu agar makin yakin dan tak menyesal beli baju


    Menemukan "Strong Why" alias mengapa atau alasan harus beli baju saat Lebaran tiba perlu dilakukan untuk kamu yang minimalis. Atas dasar apa belanja baju, apakah sedang tren ataukah memang dibutuhkan. Apakah hanya lapar mata saja atau "pumpung" ada diskon. Apakah baju lama sudah terlihat usang, sobek di bagian yang sulit dijahit, atau tak pantas lagi dikenakan.

    Memang sedikit ribet di awal. Namun bila alasan kuatnya sudah jelas, akan lebih mudah untuk memilih dan memilah.

    Sedikit cerita, Ramadan ini saya sempat punya keinginan beli tunik. Mempertimbangkan beberapa pakaian saya yang sudah jarang digunakan dan saya pilih 'pensiun'kan, akhirnya ada ruang untuk saya punya baju baru (penjelasan ini akan saya ceritakan di tips berikutnya, heuheu). Namun setelah beberapa hari mempertimbangkan, ternyata keinginan saya belum sekuat itu. Ditambah, budget yang harusnya untuk pakaian saya alihkan ke hal yang lebih mendesak, AHAHAHA.

    Itulah pentingnya untuk menemukan "Strong Why". Pastikan diri jangan sampai goyah, ya!

    2. Pilih baju yang warna, desain, dan modelnya tak lekang oleh waktu


    Ketika ada kesempatan memilih baju Lebaran, sebisa mungkin pilihlah warna-warna netral yang tak habis dimakan usia. Untuk memperpanjang masa pakaian yang dikenakan agar tak mudah bosan. Biasanya warna-warna mencolok yang hanya tren saat itu saja lebih mudah bosan. ~

    Penting juga untuk memilih desain dan model yang dari waktu ke watu tetap nyaman digunakan. Saya sendiri cukup mempertimbangkan hal ini, yang menyebabkan banyak pakaian harian saya jatuh di warna netral yang cenderung gelap, dengan desain-desain polosan tanpa manik maupun motif.

    Kulot warna gelap dan tunik warna netral dengan desain polos adalah dua pasangan pakaian favorit saya, yang mana baru saya aplikasikan ke diri saya sendiri mulai tahun 2021an. Tunik dan kulot jadi tren yang tak lekang oleh waktu, dikenakan di zaman bagaimanapun tak akan bosan. Ada juga tunik yang saya miliki sejak 2016 dan masih awet saya kenakan hingga sekarang. ~XD

    3. Pilih baju dengan bahan yang nyaman digunakan, menyerap keringat, dan tak bikin gerah


    Saya cukup menyesal baru menyadari betapa pemilihan bahan terhadap pakaian itu di atas segalanya daripada hanya sekadar kalap pada model dan desain. Apalagi dengan pertimbangan harga yang murah meriah. Duh, sekarang menyesal banget rasanya. T-----T

    Ternyata ada beberapa bahan pakaian yang tidak membuat nyaman di kulit. Tidak menyerap keringat, membuat panas, hingga menimbulkan bau badan yang mengganggu, yang berujung jadi tak nyaman. Saya baru sadar akan hal ini di tahun 2022, huhuhu. Cukup terlambat T---T

    4. Pilih pakaian yang membuat nyaman beraktivitas dan leluasa untuk bergerak


    Lebaran identik dengan berkeliling ke sana-sini. Pemilihan baju yang memudahkan diri untuk leluasa bergerak menjadi cukup penting untuk dilakukan. Saya pribadi lebih suka tunik - kulot, dengan pertimbangan mobilisasi saya cukup banyak, namun tetap sopan dan rapi.

    Sesuaikan dengan diri sendiri, ya! 🙌

    5. Tetap sesuaikan budget dan jangan kalap!


    Yang paling penting adalah tetap memilih pakaian yang sesuai budget dan kebutuhan. Jangan hanya karena lapar mata, tetiba langsung kalap, wkwkkw. Pengingat untuk saya juga. ~XD

    --------------------------------------------------------------------------

    Itulah beberapa tips memilih baju Lebaran untuk Si Minimalis. Semoga dapat terbantu, ya!

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.
    Continue Reading


    Ramadan menjadi bulan menyenangkan dan penuh perayaan akan hal-hal baik. Banyak orang berlomba-lomba meraih kebaikan, menciptakan berbagai kegiatan positif yang bermanfaat dan bermakna bagi sesama, mendulang pahala dengan semata-mata mencari ridha dari Allah.

    Ngobrolin tentang tradisi Ramadan, saya hampir tidak menemukan satu yang khas, karena saya pikir seantero Nusantara standarnya ya sama saja. Hingga akhirnya saya teringat bahwasanya ada tradisi Ramadan yang bernama Maleman, yang masih rutin dilakukan saat Ramadan di kampung halaman Bapak saya.


    Maleman, Tradisi Berbagi Makanan di Bulan Ramadan


    Tradisi Maleman ini baru saya ketahui sejak beberapa tahun lalu, saat saya ada agenda berbuka puasa bersama keluarga Bapak di kampung halaman beliau. Saat itu, saya putuskan untuk salat tarawih sekalian di sana, setelah itu barulah saya pulang ke rumah. Iya, rumah kampung halaman Bapak masih terhitung cukup dekat bila dari rumah, hanya menempuh waktu 20-30 menit motoran ke sana. ~XD

    Sebelum salat tarawih, Budhe saya menyiapkan nasi dan lauk pauk yang dijadikan satu dalam wadah yang bernama marangan atau besek, kemudian dibawalah ke musala dekat rumah. Saya yang belum tahu apa pun saat itu hanya mengekor saja. Ikut salah tarawih seperti biasa, lalu doa bersama jemaah yang ada di sana.

    Nah, setelah berdoa inilah baru tradisi Maleman ini dilakukan. Jadi, tradisi Maleman ini merupakan tradisi berbagi lauk-pauk dan perbanyak doa di malam-malam ganjil 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Yaps, tradisi Maleman ini dimulai malam ke-21 hingga malam ke-29. Saya yang baru pertama kali tahu tradisi Maleman langsung bertanya ke Budhe, apakah ada alasan khusus di baik tradisi ini?

    Merayakan Lailatul Qadar Melalui Tradisi Maleman


    Budhe lalu bercerita bila tradisi Maleman ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Beliau bercerita tradisi berbagi makanan bersama jemaah ini dilakukan untuk merayakan malam Lailatul Qadar yang hadir di malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan.

    Seperti yang diketahui bersama, bahwa malam Lailatul Qadar ini malam yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan. Di mana di malam-malam tersebut banyak orang berlomba-lomba menjalani banyak kebaikan demi mendulang banyak pahala untuk meraih ridhaNya. Meski hanya Allah yang mengetahui kapan tepatnya malam Lailatul Qadar, sebagai hamba yang berproses untuk taat, tetap melakukan banyak hal baik di malam-malam ganjil 10 hari terakhir.

    Tradisi Maleman menjadi salah satu sarana untuk merayakan Lailatul Qadar. Sebagai wujud rasa bahagia dan rasa syukur, masih diberi umur untuk bertemu Ramadan dan kembali menjalani puasa di tahun ini hingga 10 hari terakhir. Merayakan bersama dengan jemaah yang juga sama-sama belajar untuk istiqomah dan taat di 10 hari terakhir Ramadan, dengan godaan duniawi yang begitu banyak.

    Saya telisik lebih jauh lagi, ternyata makanan memang jadi perekat dan salah satu wujud kebahagiaan, ya? Makanya saya suka makan, wkwkwkw ~XD (enggak ada hubungannya, Dhir. Elaah~)

    Tradisi Maleman Sebagai Sarana Mempererat Silaturahmi dan Keakraban


    Tradisi Maleman ini juga jadi sarana silaturahmi antarwarga, lo! Saya jadi ikut mengenal warga di lingkungan kampung halaman Bapak, yang mana beliau semua hanya tahu bila Bapak saya punya 3 orang anak namun belum tahu wujud anaknya saat sudah dewasa seperti apa AHAHAHAHA. Balada saya sudah jarang main ke kampung halaman Bapak karena kesibukan, huhuhu.

    Berbagi seperti ini juga melatih empati diri sendiri. Belajar untuk bersyukur atas karunia dariNya, masih bisa makan tanpa kesusahan beli beras dan lauk. Semoga rasa syukurnya masih tetap terjaga baik! ✨

    ------------------------------------------------------------------------------------

    Kalau di tempatmu, tradisi apa yang ada saat Ramadan tiba? Sila bercerita di kolom komentar, yaaa! 🙌

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.
    Continue Reading


    Ramadan menjadi salah satu bulan favorit yang saya nantikan sepanjang tahun, karena jadi salah satu momentum baru untuk berbuat banyak kebaikan dan berbenah diri ke arah yang lebih baik. Sebab di bulan inilah pahala banyak dilipatgandakan. Yah, meski sebenarnya tak harus menunggu Ramadan dulu untuk berubah sih ya ahahahaha. Dasar Andhira! ~XD

    Berbicara tentang momen Ramadan tak terlupakan, memori saya selalu kembali ke masa kanak-kanak saat menjalani Ramadan untuk pertama kali. Saya ingat bagaimana euforia Ramadan itu meletup-letup di hati saya tatkala memasuki waktu tarawih hari pertama. Kala itu saya bersemangat sekali pergi ke musala dekat rumah, mengikuti salat tarawih sebanyak 23 rakaat. Lalu malam harinya memasang jam beker untuk bangun pukul 3 pagi menjalani sahur.

    Menonton Acara-acara Sahur di Televisi: Stasiun Ramadan, Opera Van Java Sahur, Yuk Kita Sahur


    Saya masih ingat betul sahur menjadi salah satu waktu favorit saya kala SD, karena banyak acara televisi yang menarik untuk ditonton. Beberapa di antaranya adalah Stasiun Ramadan, Opera Van Java Sahur, dan Yuk kita Sahur

    Acara televisi yang berada di RCTI ini jadi alasan saya untuk semangat bangun sahur, meski di satu waktu ada masa susah melek wakakakaka. Saya masih ingat bagaimana nada pembuka Stasiun Ramadhan ini, yang selalu terngiang di telinga saya. Banyolan khas Eko Patrio dan Ulfa Dwiyanti yang sukses mengocok perut saya kala itu. Ada pula Parto, Tukul Arwana, juga bintang tamu yang setiap harinya berbeda, menambah kelucuan dari acara Ramadan ini. ~XD

    Paling ingat ada lirik lagu terkenal pada masa itu, lagu dari Matta Band, Ketahuan, yang diubah oleh Tessy,
    "Aku tahuu, kamu ketahuaann~~~"
     Lirik lagu itu diubah pula oleh Eko Patrio yang dibumbui rasa humor, "O o, kamu ketuaan!" ~XD
    Jadi inspirasi saya untuk nyanyi dengan lirik yang diplesetkan, hahahaha.

    Masuk sekolah menengah pertama, tontonan saya bertambah di Opera Van Java Sahur. Acara sahur bawaan Trans 7 ini juga jadi salah satu tontonan selain Stasiun Ramadhan, jadi berselang-seling menontonnya. Parto, Sule, Andre Taulany yang humornya juga membuat saya tertawa terbahak-bahak di usia itu. 

    Di tahun 2013 saya masih menonton televisi. Sahur di tahun ini saya masih ingat betul dengan salah satu acara sahur yang berada di saluran televisi Trans TV, Yuk Kita Sahur. Acara yang dipopulerkan oleh Raffi Ahmad dan alm. Olga Syahputra ini juga turut mewarnai sahur Ramadan kala itu. 

    Duh, jadi nostalgia. Sahur saya jadi makin semangat dan berwarna! :"))

    Tadarus Al Quran Bersama Kawan di Musala: Makin Rajin, Makin Banyak Dapat THR


    Momen tak terlupakan lainnya saat Ramadan tiba ialah tadarus yang selalu diadakan sore hari di musala dekat rumah. Saya sering kali datang telat, karena mentang-mentang musala dekat rumah ahahahaha. Jadi datangnya ketika semua sudah hampir baca Quran, baru setelah itu giliran saya. Sebenarnya lebih ke malas antre saja sih, wkwkwkw. Sudah malas antre sejak dini. ~XD

    Tadarus di musala/langgar ini jadi kenangan tersendiri, karena saat itulah untuk pertama kalinya saya belajar percaya diri untuk mengaji dengan pengeras suara. Awalnya tentu deg-degan, apalagi suara akan didengar seantero RT, yang bila bacaannya terbata-bata, keliru, atau tidak pas tajwidnya akan terasa malu ahahaha. Namun pada akhirnya dari sana jadi sarana belajar saya untuk terus memperbaiki diri. :D

    Ada tahun di mana pada waktu itu ada donatur yang baik hati, di mana beliau mengatakan bahwasanya akan memberi THR pada kami semua yang mengaji, sesuai dengan banyaknya hari kedatangan. Pada saat itu per harinya kami akan dapat 1000rupiah, yang akan diambil saat hari raya. Sejak itulah saya rajin mengaji, agar dapat sangu yang banyak, ahahaha. Lumayan, 'kan, kalau 30 hari dapat 30ribu? Apalagi saat itu saya masih SD, yang mana uang tersebut sudah terbilang cukup banyak. :"D

    Sekarang sudah tidak tadarus di musala lagi, melainkan di rumah sendiri. Masanya sudah berbeda, hahaha. Namun kenangannya masih terus melekat di hati, sampai nanti.

    Mengisi Jurnal Ramadan dari Sekolah: Makin Banyak yang Diisi, Ada Rasa Kebanggaan Tersendiri


    Bulan Ramadan identik dengan mengisi jurnal Ramadan yang dibagikan oleh sekolah. Saya lupa tepatnya kapan dapat jurnal Ramadan ini, mungkin saat duduk di kelas 3 SD. Masih belum tahu apa saja yang harus diisi, masih belum paham betul.

    Seiring berjalannya waktu, semakin memahami apa saja yang harus dikerjakan di jurnal Ramadan itu. Setiap harinya bersemangat untuk mencentang semua kegiatan yang harus dilakukan, mulai dari salat fardu, tadarus, tarawih, juga mengisi ceramah. Semakin banyak terisi, rasanya semakin bangga, ahahahaha. ~XD

    Ngomong-ngomong tentang jurnal Ramadan, saya jadi teringat tahun 2023 kemarin sempat iseng beli jurnal Ramadan ala anak SD yang jadul pakai kertas HVS buram dan sampulnya yang khas gambar masjid, sebagai sarana nostalgia plus ingin Ramadan tahun itu sedikit berwarna. Saya isi jurnal tersebut dan minta tanda tangan ke imam tarawih musala saya (yang masih sama sejak saya SD) setelah salat. Beliau langsung tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan 'ajaib' saya yang satu ini. Lha gimana, usia udah 25++ kok ya masih minta tanda tangan kayak anak SD. ~XD


    Iseng banget minta tanda tangan imam tahun kemarin, ahahaha XD


    -----------------------------------------------------------------

    Sebenarnya masih cukup banyak momen Ramadan yang tak bisa saya lupakan, apalagi di masa SD. Masih jadi anak polos, rajin beribadah (meski harus ada
    iming-imingnya
    wkwkwk), takut bila 'bolong' puasa, tadarus, dan tarawih, juga masih banyak hal lain. Semoga rasa semangat itu terus membara (hufftttt, tumbuh dewasa kenapa semangatnya enggak kayak dulu, sih?)! :"))

    -----------------------------------------------------------------

    Kalau kamu, apa momen Ramadan tak terlupakan versimu? Ceritakan di kolom komentar, yaa!


    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.

    Continue Reading
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ▼  2024 (17)
      • ▼  November 2024 (1)
        • Kenal Lebih Dekat dengan SoFresh: Sabun Cuci Pirin...
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ►  2023 (3)
      • ►  Juni 2023 (1)
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ►  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ►  Mei 2020 (22)
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top