Maleman, Tradisi Ramadan Unik Penuh Berkah

06.35.00



Ramadan menjadi bulan menyenangkan dan penuh perayaan akan hal-hal baik. Banyak orang berlomba-lomba meraih kebaikan, menciptakan berbagai kegiatan positif yang bermanfaat dan bermakna bagi sesama, mendulang pahala dengan semata-mata mencari ridha dari Allah.

Ngobrolin tentang tradisi Ramadan, saya hampir tidak menemukan satu yang khas, karena saya pikir seantero Nusantara standarnya ya sama saja. Hingga akhirnya saya teringat bahwasanya ada tradisi Ramadan yang bernama Maleman, yang masih rutin dilakukan saat Ramadan di kampung halaman Bapak saya.


Maleman, Tradisi Berbagi Makanan di Bulan Ramadan


Tradisi Maleman ini baru saya ketahui sejak beberapa tahun lalu, saat saya ada agenda berbuka puasa bersama keluarga Bapak di kampung halaman beliau. Saat itu, saya putuskan untuk salat tarawih sekalian di sana, setelah itu barulah saya pulang ke rumah. Iya, rumah kampung halaman Bapak masih terhitung cukup dekat bila dari rumah, hanya menempuh waktu 20-30 menit motoran ke sana. ~XD

Sebelum salat tarawih, Budhe saya menyiapkan nasi dan lauk pauk yang dijadikan satu dalam wadah yang bernama marangan atau besek, kemudian dibawalah ke musala dekat rumah. Saya yang belum tahu apa pun saat itu hanya mengekor saja. Ikut salah tarawih seperti biasa, lalu doa bersama jemaah yang ada di sana.

Nah, setelah berdoa inilah baru tradisi Maleman ini dilakukan. Jadi, tradisi Maleman ini merupakan tradisi berbagi lauk-pauk dan perbanyak doa di malam-malam ganjil 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Yaps, tradisi Maleman ini dimulai malam ke-21 hingga malam ke-29. Saya yang baru pertama kali tahu tradisi Maleman langsung bertanya ke Budhe, apakah ada alasan khusus di baik tradisi ini?

Merayakan Lailatul Qadar Melalui Tradisi Maleman


Budhe lalu bercerita bila tradisi Maleman ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Beliau bercerita tradisi berbagi makanan bersama jemaah ini dilakukan untuk merayakan malam Lailatul Qadar yang hadir di malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan.

Seperti yang diketahui bersama, bahwa malam Lailatul Qadar ini malam yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan. Di mana di malam-malam tersebut banyak orang berlomba-lomba menjalani banyak kebaikan demi mendulang banyak pahala untuk meraih ridhaNya. Meski hanya Allah yang mengetahui kapan tepatnya malam Lailatul Qadar, sebagai hamba yang berproses untuk taat, tetap melakukan banyak hal baik di malam-malam ganjil 10 hari terakhir.

Tradisi Maleman menjadi salah satu sarana untuk merayakan Lailatul Qadar. Sebagai wujud rasa bahagia dan rasa syukur, masih diberi umur untuk bertemu Ramadan dan kembali menjalani puasa di tahun ini hingga 10 hari terakhir. Merayakan bersama dengan jemaah yang juga sama-sama belajar untuk istiqomah dan taat di 10 hari terakhir Ramadan, dengan godaan duniawi yang begitu banyak.

Saya telisik lebih jauh lagi, ternyata makanan memang jadi perekat dan salah satu wujud kebahagiaan, ya? Makanya saya suka makan, wkwkwkw ~XD (enggak ada hubungannya, Dhir. Elaah~)

Tradisi Maleman Sebagai Sarana Mempererat Silaturahmi dan Keakraban


Tradisi Maleman ini juga jadi sarana silaturahmi antarwarga, lo! Saya jadi ikut mengenal warga di lingkungan kampung halaman Bapak, yang mana beliau semua hanya tahu bila Bapak saya punya 3 orang anak namun belum tahu wujud anaknya saat sudah dewasa seperti apa AHAHAHAHA. Balada saya sudah jarang main ke kampung halaman Bapak karena kesibukan, huhuhu.

Berbagi seperti ini juga melatih empati diri sendiri. Belajar untuk bersyukur atas karunia dariNya, masih bisa makan tanpa kesusahan beli beras dan lauk. Semoga rasa syukurnya masih tetap terjaga baik! ✨

------------------------------------------------------------------------------------

Kalau di tempatmu, tradisi apa yang ada saat Ramadan tiba? Sila bercerita di kolom komentar, yaaa! 🙌

Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.

Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^

Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)