Ini adalah hari ketiga perayaan
Idulfitri, dan masih sama seperti hari-hari yang lalu untuk tetap di rumah
saja. Sejak Lebaran pertama kemarin tidak ada acara silaturahmi ke sanak
saudara, bahkan ke tetangga dekat rumah pun juga tidak. Semuanya menutup pintu
rumah melarang tamu datang ke rumah, kendati pintu maaf tetap terbuka.
Iya, benar. Perayaan Idulfitri
yang biasanya meriah dan selalu dinanti setiap tahunnya, kini sangat terasa
sepi. Bahkan ini adalah Lebaran tersedih yang pernah saya rasakan selama merayakan
Lebaran. Tidak ada tamu yang datang, tidak beli jajan, tidak ada yang mudik,
tidak ada salat Idulfitri di Aloon-aloon, tidak ada ajang silaturahmi, tidak
ada pertanyaan “Kapan nikah?”, bahkan THR pun juga tidak dapat. Huhu.
Pandemi ini memang mengacaukan
semua rencana dan agenda yang disusun tahun ini. Membuat semua orang terpukul,
termasuk juga saya pribadi. Sempat saya menangisi teman-teman saya yang tidak
bisa mudik dan harus stay di
perantauan dikarenakan tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah pada malam
takbir. Ikut merasakan sedihnya tidak bisa berkumpul dengan keluarga di rumah,
sampai-sampai saya pun tidak tega untuk upload
foto keluarga di media sosial demi menghormati dan berempati pada teman-teman
yang tidak bisa mudik :’)
Kendati harus merayakan Idulfitri
di tengah pandemi, tapi saya tetap merasa bersyukur. Salat Idulfitri tetap
dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal saya, meski tidak di Aloon-aloon
seperti biasanya. Ini baru pertama kalinya dilaksanakan salat Idulfitri di
lingkungan sendiri, sih. Dilaksanakan
di sepanjang jalan depan rumah saya, membentang dari barat ke timur. Salat
Idulfitri di lingkungan saya tetap sesuai dengan protokol COVID-19, wajib
memakai masker dan menjaga jarak. Ehe.
Baru pertama kalinya diadakan salat Idulfitri di lingkungan sekitar saya
Langitnya terlihat ceraaaah sekali :')
Saya hanya bermaaf-maafan
bertatap muka langsung dengan keluarga yang rumahnya kebetulan bersebelahan
dengan saya. Sedangkan yang lain hanya bisa bertemu lewat video call dan jaringan pribadi saja. Untuk tetangga sendiri sudah
memaklumi jika situasi seperti ini hanya bisa bermaafan lewat jauh dan tidak
diperbolehkan untuk berkeliling seperti biasanya. Bahkan lingkungan rumah saya
di-lockdown selama 3 hari, kendaraan
roda empat tidak diperkenankan masuk di lingkungan saya.
Foto keluarga yang.... meh banget huahahaha. Itu Si Bapak malah udah pake kolor biasa, makanya cuma kelihatan kepala doang wkwkwk. Minus adek bontot nggak tau ke mana, heu.
Video Call bersama sobat jaman SD hingga sekarang yang pada nggak bisa pulang. Sedih banget. Malam takbiran kemarin sempet nangisin mereka :')
Video Call bersama sobat jaman SD hingga sekarang yang pada nggak bisa pulang. Sedih banget. Malam takbiran kemarin sempet nangisin mereka :')
Rasanya memang berbeda, seperti bukan
suasana Lebaran. Kenyataan pahit ini membelenggu gerak kita yang membuat
semuanya menjadi berjarak. Lebaran yang biasanya haru bercampur senang, kini
terasa pilu bercampur rindu. Menelepon keluarga pun rasanya tak sanggup, karena
sekali telepon diangkat dan terdengar “Halo” dari seberang sana, air mata
langsung luruh. Mencoba untuk menahan air mata, meskipun membik-membiknya masih terasa.
Barangkali, Idulfitri kali ini
mengajarkan untuk menghargai segala pertemuan. Mengajarkan untuk nantinya lebih
menikmati detik demi detik bersua dengan Bapak, Ibu, dan keluarga besar (meski terkadang terlontar
pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan ehe). Lebih menghargai masakan
Ibu yang terkadang bosan jika masak yang itu-itu saja. Bermain bersama
adik-adik dan keponakan. Hal-hal kecil yang kita abaikan dulu, kini terasa
membuat rindu.
Ah, ya. Lebaran kali ini saya
cukup terhibur dengan salah satu postingan foto salat Idulfitri di lingkungan
rumah saya, yang beberapa warganya salat di atas loteng kemarin. Ternyata mendadak
viral di mana-mana! Dimulai diposting di akun Jelajah Blitar, hingga diposting di akun-akun receh yang berskala
nasional. Astaga. Saya ngakak nggak berhenti-berhenti
tatkala foto ini nyebar ke mana-mana.
Teman-teman nggak berhenti buat tag. Hahaha. Saya merasa bangga menjadi
warga setempat wakakaka.
Selamat merayakan Idulfitri di
manapun teman-teman berada! Maaf atas segala postingan dan komentar yang
menyakitkan hati, tingkah laku selama berkomunikasi yang tidak mengerti adab
maupun tidak mengenakkan hati. Semoga bisa saling memaafkan.
Semoga pandemi ini segera
berakhir. Saya ingin teman-teman saya dan orang-orang kesayangan saya bisa
segera pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta tanpa ada rasa
takut menularkan virus maupun tertular virus yang membayangi. Semoga segera,
ya!
Selamat Lebaran dan liburan!
Love,
Andhira A. Mudzalifa