06: Tentang Masker

07.20.00



Mewabahnya virus COVID-19 membuat satu benda yang dulunya tidak terlalu banyak dibutuhkan (kecuali beberapa orang yang memang berkepentingan), kini mendadak bak artis yang keberadaannya dicari-cari. Bahkan, menimbulkan kelangkaan di mana-mana.

Ya, benda sederhana itu bernama masker.

Masker yang fungsinya sebagai proteksi hidung dan mulut untuk mencegah droplets masuk, kini menjadi langka. Terutama surgery mask atau masker medis. Karena banyaknya orang yang mencari, tapi produk tidak ada di pasaran.

Tak sedikit oknum-oknum nakal yang menimbun dan memperjualbelikan masker dengan harga yang tidak wajar. Pernah saya temui harga satu kardus masker yang berisi beberapa boks masker medis ini dijual dengan harga setara motor. Benar-benar kelewatan (untungnya, banyak e-commerce yang bertindak tegas akan hal ini untuk memblokir online shop yang menjual barang diambang batas kewajaran dan tidak masuk akal).

Dulu, saya sangat mudah menemukan masker medis ini di apotek, bahkan di minimarket dengan harga yang murah. Tapi akhir-akhir ini setelah merebaknya wabah COVID-19, masker menjadi barang yang super langka. Banyak apotek yang saya kunjungi menjawab kosong ketika saya menanyakan tentang ketersediaan masker.

Kelangkaan masker ini membuat petugas medis yang menjadi garda terdepan COVID-19 kelimpungan. Pasalnya, masker medis –yang memang hanya sekali pakai itu, menjadi barang yang penting bagi petugas medis untuk menjadi alat pelindung diri (APD). Teman-teman saya yang rata-rata bekerja sebagai petugas medis di rumah sakit pun juga mengeluh kelangkaan APD yang satu ini, hingga yang harusnya memakai masker sekali pakai, terpaksa beralih menggunakan masker kain karena langkanya masker medis di pasaran.

Tetapi kini, kelangkaan masker medis sudah berkurang drastis dikarenakan mulai banyak donasi yang digalakkan. Banyak orang saling bantu mensuplai kebutuhan masker medis, utamanya bagi yang benar-benar membutuhkan seperti tenaga medis. Harga masker medis masih tinggi, tapi harganya masih masuk akal dibanding beberapa waktu lalu.

Mengingat masker medis langka dan harganya sekarang cukup mahal (ada yang jual 50000 per 10 lembar masker, padahal dulu hanya dijual 1000 rupiah saja, huhuhu), saya memilih untuk menggunakan masker kain yang bisa dicuci setelah dipakai. Meskipun tingkat perlindungannya memang tidak seperti masker medis, tetapi sudah cukup membantu melindungi mulut dan hidung, untuk mencegah droplets masuk ke dalam tubuh.

Foto pakai masker gegara dapet masker dari Smartfren yang unyu-unyuuu~

Saya stok beberapa masker kain di rumah. Mengingat masker kain harus sering-sering dicuci, jadi harus siap-siap stok lebih dari satu agar bisa digunakan secara bergantian. Istilahnya, cuci-kering-pakai. Eheheu.

Tips memilih masker kain adalah, pilih kain berbahan katun yang nyaman dan tidak panas maupun bikin engap. Kalau saya (berhubung saya berkerudung), otomatis memilih masker bertali atau masker khusus hijab. Karena kalau pakai masker yang earloop, ribet. Wkwkwk.

Berhubung menerapkan prinsip minimalis, jadinya punya masker juga disesuaikan dengan kebutuhan hehe. Itu warna putih dapet masker gretongan dari Smartfren.

Warna-warna masker kain yang saya pilih cenderung warna netral dan gelap, sih. Tapi ini preferensi pribadi saja, soalnya saya tidak terlalu suka warna yang ngejreng hihihi. Intinya, senyamannya saja. Oh iya, jangan lupa untuk dicuci setiap hari, ya!

Ada juga tips sederhana yang saya temukan di YouTube cara membuat masker kain dengan sederhana tanpa harus menjahit. Dan ini sempat dipraktikkan oleh Ibu saya, yang alhamdulillahnya, berhasil. Ehe.


Jangan lupa memakai masker ketika keluar rumah, ya. Semoga upaya memakai masker ini bisa mencegah penularan virus COVID-19.  Sehat sehat untuk kita semua! 

----------------------------------------------------------------

Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,



Love,



Andhira A. Mudzalifa

You Might Also Like

2 comments

  1. Memang harus banyak stok masker kain biar bisa ganti2 yaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benaaaarr! Tapi jadi PR juga nih buat yang lagi nerapin hidup minimalis wkwkwk. Jadinya hanya stok masker kain secukupnya saja :D

      Hapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.

Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^

Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)