facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco


    Lebaran menjadi salah satu momen terbaik setiap tahunnya, di mana intensitas berjumpa dengan orang lain akan lebih banyak karena saling silaturahmi dan bermaafan satu sama lain. Begitu pula dengan saya pribadi, momen Idulfitri adalah salah satu hal yang saya tunggu kehadirannya. Sebab saya dapat berkunjung dan bersua dengan banyak sanak saudara dan handai tolan yang sering kali bertemu hanya di momen-momen tertentu saja, seperti Lebaran ini.

    Tentu banyak hal yang dipersiapkan untuk menyambut Lebaran, salah satunya adalah kudapan alias kue-kue suguhan untuk para tamu yang berkunjung. Namanya saja juga silaturahmi, sebagai tuan rumah harus menyiapkan yang terbaik untuk para tamu. Entah itu habis atau tidak, yang penting suguhan itu ada untuk menjamu  tamu yang ada. :D

    Sewaktu saya kecil, Ibu cukup rajin membuat kue-kue kering untuk suguhan tamu. Mulai dari kue kering biasa dengan bentuk yang bermacam-macam, Kastengel, hingga Kue Semprit Dahlia yang lucu. Kemudian beberapa toples yang telah dibuat Ibu berikan ke nenek dari Bapak. Masa kecil yang sungguh menyenangkan bila diingat. ~XD

    Semakin tambah usia, keinginan untuk membuat kue Lebaran sendiri sungguhlah menurun. Bahan baku yang makin hari makin naik, waktu yang semakin terbatas, hingga tingkat magernya luar biasa ahaha. Ibu saya sudah tidak terlalu telaten lagi untuk membuat kue, ditambah bakat rajin membuat kue ini tidak menurun pada saya ahahaha. Memilih yang lebih praktis, alias membeli saja. ~XD

    Ngobrolin tentang kue Lebaran, ada beberapa kue Lebaran yang jadi favorit saya dari dulu hingga sekarang. Meski tak selalu wajib ada di rumah, namun bila saya menemukan saat berkunjung ke rumah teman atau saudara, saya selalu mencobanya. Herannya, saya tak pernah bosan karena rasa gurihnya yang selalu bikin nagih. ~XD

    Beberapa kue Lebaran favorit saya di antaranya:

    1. Kastengel

    Kaasstengels atau biasa dikenal dengan nama Kastengel alias kue keju, merupakan salah satu kue kering yang berasal dari Belanda dan banyak ditemukan di Indonesia.

    Kue Kastengel ini adalah kue favorit dengan tahta tertinggi di lidah saya, yang mana gurih kejunya tak pernah membuat saya bosan. Kalau bukan karena suguhan dan rasa sungkan, mungkin saja kue ini akan habis di tangan saya sendirian, AHAHAHA. 

    2. Putri Salju

    Kue kering kedua yang cukup saya suka, namun saya sedikit pemilih akan kue ini. Pasalnya, tak semua kue Putri Salju cocok di lidah saya, apalagi bila gula halus yang jadi pembungkus luar kue ini terlalu banyak. Yang ada malah bikin eneg dan tak selera makan lagi, heuheu.

    Khusus Putri Salju ini saya makan hanya beberapa keping saja, tak berani makan banyak-banyak seperti yang lain. ~XD

    3. Janda Genit

    Saya baru tahu ada nama kue Janda Genit ini beberapa tahun belakangan. Bila tak salah ingat, pertama kali sadar makan kue ini dan suka adalah saat dapat parsel kue dari seorang teman. Saya yang cukup pemilih dengan perkuean duniawi ini mencoba satu potong sebagai syarat. Lha kok jebule malah doyan, AHAHAHAHA. :"))

    Setelah menyadari bahwa kue Janda Genit ini cocok dengan lidah saya, kini saya tak lagi melewatkan kue Janda Genit bila dapat dari suvenir atau saat disuguhkan. Tak pikir panjang, langsung saya serbu saat itu juga. EHEHEHEHEUUU. ~

    4. Kue Kacang

    Kue yang satu ini tentu tak pernah luput saya makan bila ada suguhan. Sebagai manusia pecinta gurih, kacang jadi favorit saya, kendati sekarang lebih menjaga diri untuk tak makan banyak demi kesehatan diri hihihi.

    Bila ada suguhan Kue Kacang, tentu tak akan ragu lagi untuk saya cicipi. Hihihii~~

    ----------------------------------------------------------------

    Itulah cerita seputar kue kering favorit saat Lebaran. Kalau kamu, apa kue favoritmu saat Lebaran tiba? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!


    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.
    Continue Reading


    Ngabuburit menjadi hal yang dinantikan saat Ramadan, karena sudah mendekati jam berbuka setelah sekian jam lamanya berpuasa. Namun di sisi lain juga menjadi waktu gabut yang terbuang sia-sia, karena justru saking banyaknya hal yang ingin dilakukan, jadi tak melakukan apa-apa gegara bingung mau melakukan hal yang mana dulu. ~XD

    Saya sendiri cukup senang bila masuk waktu ngabuburit tanpa acara padat, karena waktu inilah saya bisa menikmati waktu saya sendiri, hahaha. Akhir-akhir ini kerjaan cukup padat merayap dari pagi hingga malam, sampai harus punya jadwal dan disiplin dengan jadwal yang telah dibuat agar semua tanggung jawab tetap terselesaikan satu per satu. Senang karena tak banyak waktu terbuang, namun di satu waktu ada sedihnya juga melihat tak banyak waktu luang untuk diri sendiri. Tapi enggak papa, tetap disyukuri atas apa yang telah ada. :D

    Lho, kok jadi curcol.... awoakwoakwo. Enggak papa, ya? Namanya saja blog pribadi. Banyak curcolnya ya wajar dong ya. Apalagi sudah mulai jarang nulis di sini, jadi sambil ngelemesin tangan yang sedikit kaku. Awoakowk (muke lu alesan aja, Dhir!) ~XD

    Seperti yang saya tulis di atas, ngabuburit jadi waktu yang menyenangkan, juga bisa jadi waktu yang membingungkan. Menyenangkan bila sudah punya rencana pasti kegiatan yang akan dilakukan. Akan terasa membingungkan, bila belum tahu atau malah terlalu banyak rencana yang berakhir wacana.

    Di bawah ini akan saya tuliskan beberapa ide kegiatan yang bisa dilakukan saat ngabuburit. Meminimalisir scroll scroll medsos dan dijamin kegiatannya berfaedah, hahahaha. Tentu saja ini berangkat dari pengalaman pribadi, meski saya hanya melakukannya saat ada waktu, huhuhu :"")))) (balada sepanjang hari isinya kerja-kerja-kerja terussssss).

    1. Tadarus


    Bukan jadi sok alim atau apa. Tadarus jadi kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan saat ngabuburit, apalagi waktu Ramadan tiba. Selain menambah pahala, tadarus jadi sarana untuk kembali berinteraksi dengan Al Quran dan belajar untuk mengenalnya lebih dalam.

    Saya masih belajar untuk mengenal Al Quran, karena semakin dewasa dan semakin paham, ternyata saya masih belum mengenal-mengenal banget. Padahal interaksi dengan Al Quran sejak SD, namun nyatanya harus rutin memelajari karena banyak sekali yang harus dipahami ulang agar tak salah tafsir.

    Kuy, adakan waktu untuk tadarus, agar diri dan hati semakin dilembutkan! (Saya pun masih belajar akan ini :")))

    2. Baca Buku


    Dewasa ini attention span semakin memendek, hingga rasanya membaca buku mulai tak senikmat dulu. Saat duduk di bangku sekolah, rasanya saya bisa menghabiskan waktu seharian penuh dengan buku-buku alias membacanya hingga habis. Namun sekarang, untuk mengadakan waktu baca buku 5 lembar saja sulitnya minta ampun, huhuhu.

    Saya telusuri kembali apa penyebab fenomena attention span dapat memendek. Ternyata salah satunya adalah pengaruh gawai dan media sosial yang makin beragam jenisnya. Tampilan video pendek padat informasi (yang entah benar atau salah) semakin memperparah attention span yang dimiliki.

    Saya sedang proses mengembalikan attention span yang memendek ini, salah satunya belajar kembali bersandingan dengan buku-buku. Mencoba kembali berkenalan dan interaksi dengan buku lama maupun buku yang belum pernah dibaca sama sekali.

    Memang tak bisa secepat itu perpindahan kebiasaannya, karena sudah bercokol selama bertahun-tahun. Sulit tidak berarti tak bisa, 'kan?

    3. Menulis di Media Sosial dan Blog


    Ide kegiatan lain yang bisa dilakukan saat mengisi waktu ngebuburit adalah menulis. Entah menulis di media sosial, blog, maupun platform lain. Menulis jurnal pun dapat dilakukan untuk mengisi waktu agar tak terbuang sia-sia dan menjadi hamba yang merugi. ~XD

    Menulis jadi salah satu kegiatan yang kembali saya rutinkan untuk mengembalikan attention span saya yang mulai banyak terdistraksi dengan media sosial. Meski menulisnya lewat ponsel (bahkan menulis tulisan ini pun), saya berusaha untuk tidak tergoda membuka media sosial. Yah, meski ini rasanya sulit sekali, WAKAKAKA. NANGIS. T---------T

    Banyak hal yang bisa ditulis saat Ramadan. Justru biasanya Ramadan jadi momentum menulis banyak pengalaman dan refleksi diri selama sebulan ke depan. Sering kali saya menemukan penulis yang menuliskan untaian hikmah di bulan Ramadan dan merangkainya dengan apik di media sosial maupun blog. Saya pun menulis kembali di sini juga karena adanya tantangan dari Blogger Perempuan yang rutin diadakan saat Ramadan. Dua tahun saya membolos, tahun ini sedang belajar menulis lagi. Semoga bisa menyelesaikan tantangan yang diberikan. ~XD

    4. Menonton Film, Menonton Video Kajian Bermanfaat dan Inspiratif


    Menonton jadi kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu mengabuburit, namun saya sendiri cukup berat dalam menjalaninya. 

    Entah mengapa, dari dulu saya paling lemah bila diminta menonton dengan jangka waktu yang lama, namun sangat betah bila diminta untuk membaca. Sebab itulah media sosial yang saya punya kebanyakan berbasis tulisan daripada gambar maupun video, seperti X (Twitter), Tumblr, dan blog. Instagram pun saya cari akun dengan basis storytelling, jadi akun tersebut lebih banyak cerita yang bisa saya baca. :D

    Tontonan yang bisa dilihat tentu saja tontonan positif yang banyak memberi sudut pandang dan inspirasi baru dalam menjalani hidup. Sesekali bisa menonton film sebagai selingan juga. Bebas, yang penting tak membuang waktu sia-sia dan percuma. ~XD

    5. Berkunjung ke Bazar Takjil Ramadan


    Bila empat kegiatan di atas tak berkenan dilakukan, bisa juga mengisi waktu ngabuburit ini untuk keluar rumah alias jalan-jalan sore.

    Hampir setiap kota di Indonesia saat Ramadan tiba sering kali diramaikan dengan Bazar Takjil Ramadan. Pedagang kaki lima penjual makanan dan minuman berkumpul di satu tempat untuk menjajakan produknya pada masyarakat selama bulan Ramadan berlangsung.

    Di kota saya sendiri, Bazar Ramadan selalu ramai saat waktu ngabuburit tiba. Masyarakat keluar rumah mencari camilan maupun lauk untuk berbuka. Saya sendiri kebetulan dapat amanah bersama teman-teman karang taruna dalam mengoperasikan bazar takjil di salah satu titik bazar takjil di kota saya. Setiap sore cukup ramai bila cuaca mendukung. ~XD

    Silakan kunjungi bazar takjil Ramadan yang ada di kotamu! Eits, hati-hati, jangan sampai kalap, yaaa! ~XD

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Itulah lima kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu ngabuburit saat Ramadan. Semoga bermanfaat, ya!

    Kalau kamu, apa kegiatan yang biasa kamu lakukan saat ngabuburit? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.

    Continue Reading


    Entah mengapa, acapkali memasuki bulan Ramadan keinginan beli jajan justru meroket di hari-hari biasa. Saya kira hanya saya saja yang merasakan, namun ternyata teman-teman saya pun. Scroll aplikasi antar makanan, atau sekadar jalan-jalan sore sembari ngabuburit. Tahu-tahu sudah dapat 1 kresek penuh, ahahaha.

    Beberapa tahun belakangan ini saya tak terlalu tertarik dengan belanja banyak jajan di rumah saat Ramadan. Cenderung memilih untuk berbuka dengan apa saja yang sudah disediakan. Berawal dari rasa bersalah saat telanjur beli jajan banyak-banyak karena lapar mata yang berujung tak habis dan jadi mubazir, akhirnya sekarang jadi cukup pemilih. Bila ada kesempatan mengabuburit saat beli jajan pun, saya sering kali hanya jalan-jalan saja cuci mata tanpa beli apa pun, heuheuheu.

    Berikut adalah jajan khas Ramadan yang cukup sering saya temui tatkala menghabiskan waktu jalan-jalan di pasar Ramadan:


    1. Kolak


    Kalau kolak ini sepertinya memang wajib dihadirkan saat Ramadan, karena kuahnya yang gurih manis dapat melegakan perut dan tenggorokan. Apalagi disajikan selagi hangat, wuih, makin mantap jiwa untuk dikonsumsi. ~XD

    2. Gorengan, Makanan Bakaran, dan Kudapan Kukus


    Gorengan, makanan bakaran, dan kudapan kukus jadi jajan khas Ramadan yang juga sering saya temui saat jalan-jalan di bazar Ramadan. Mungkin karena kepraktisan saat menyajikannya, murah meriah, ditambah rasa gurih yang menggoda, mampu menyelamatkan dari rasa lapar setelah seharian berpuasa.

    Gorengan sekarang pun bermacam-macam, tak hanya tahu, tempe, dan pisang goreng saja. Sekarang ada menu olahan ayam yang sedang viral, yakni Gohyong, yang kini mulai ramai orang berjualan. Menu bakaran seperti sosis, sate tahu, juga masih jadi primadona. Kudapan kukus seperti siomay dan yang sedang banyak diperbincangkan (alias sering lewat di beranda media sosial saya ahahaha), juga menu wonton.

    Duh, nulis ini jadi ngiler pingin beli HAHAHAHA.

    3. Es Buah


    Es Buah ini jadi menu andalan saat Ramadan. Apalagi sekarang ada es buah yang bermacam-macam isian, yang dibandrol dengan harga 5ribuan saja per cupnya. Murah meriah, sehat, namun tetap segar dan mengenyangkan.

    Menu es buah favorit saya tentunya adalah es blewah dan es melon, dengan sirup homemade yang aroma frambozennya sangat khas merebak. Aroma frambozen selalu mengembalikan ingatan saya ke memori masa kecil saat Ramadan, yang mana kala itu selalu semangat menunggu jam buka puasa hahahaha.

    Buah blewah dan buah melon adalah buah yang segar dan menurut saya yang paling cocok bila dipadukan dengan sirup aroma frambozen. Tekstur buahnya juga tak terlalu banyak kandungan air, sehingga tak gampang hancur bila dicampur dengan sirup ini.

    4. Sayur Terancam


    Sayur yang satu ini sering kali saya temui hanya saat Ramadan. Saya tak tahu pasti penyebabnya, namun dari analisis saya, ini karena sayur terancam merupakan sayur yang segar dengan bahan-bahan yang menyehatkan. Sayur terancam ini juga mudah dibuat dan praktis, bisa jadi pengganti sayur lain saat berbuka puasa.

    5. Es Teh


    Menu yang satu ini tentu tak luput dari daftar jajanan khas Ramadan, hahaha. Menu sederhana, mudah ditemui di mana-mana, namun kesegaran dan rasa khasnya mampu membuat mbasuh tenggorokan setelah berpuasa seharian.

    Racikan teh favorit saya adalah teh dengan kadar gula yang tak terlalu banyak, dengan aroma melati dan rasa sepat yang imbang. Dijamin, saya pasti akan kalap untuk menambah. ~XD

    ------------------------------------

    Tidak ada jajanan khas yang hanya hadir saat Ramadan, namun kelima jajanan di atas adalah kumpulan kudapan dan jajanan yang sering kali saya temui. Di kota saya pun tak ada kuliner khusus Ramadan, semuanya bisa ditemui sepanjang waktu. Heuheu.

    Kalau kamu, apa jajan khas Ramadan andalanmu? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!

    -------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.
    Continue Reading

    Sahur di bulan Ramadan sering kali menjadi momok bagi orang yang tak terbiasa bangun dini hari. Harus bangun pukul 3 pagi untuk makan agar kuat berpuasa seharian. Belum lagi anggota keluarga yang harus menyiapkan masakan (biasanya sih Ibu), selalu bangun sebelum anggota keluarga lain bangun untuk mempersiapkan makanan sahur.

    Tak jarang, banyak juga yang memilih untuk tak sahur karena tak terbiasa untuk melek sedari pagi. Padahal banyak sekali keberkahan yang diperoleh sewaktu sahur, karena salah satu waktu mustajab doa ada saat sahur. Momentum sahur pun tak dialami sepanjang tahun, hanya selama sebulan saja dalam setahun. Sedikit disayangkan bila harus terlewati. ~~

    Berbicara tentang makanan sahur, keluarga saya tak terlalu njelimet terkait makanan, apalagi makan sahur. Yang penting ada nasi dan lauk pauk yang bisa dimakan. Namun, sejak Ramadan tahun lalu, Ibu dan saya memiliki komitmen untuk perbanyak asupan sayur dan gizi seimbang, alias dalam piring harus ada nasi - sayur - lauk pauk. Meski masih ada gorengan dalam bentuk tahu, tempe, ayam, dan telur goreng, namun kandungan di dalamnya yang dibutuhkan alias protein. ~XD

    Beberapa menu sahur yang praktis dan pastinya sehat untuk dikonsumsi, bisa cek di bawah ini! Tentu ini berdasarkan dengan pengalaman saya pribadi, yang sedang berusaha membiasakan diri untuk konsumsi realfood di keseharian. :D

    1. Sayur Sop, menu sederhana kaya akan serat dan vitamin


    Sayur sop cukup sering menjadi menu utama keluarga saya, baik saat Ramadan maupun hari biasa. Ibu saya cukup telaten untuk membuat sayur sop, di saat banyak yang menjunjung tinggi makanan 'kering' karena lebih praktis. Ini juga karena permintaan saya pribadi yang harus tetap ada sayur WKWKWKW.

    Di bulan Ramadan ini, Ibu tetap mengusahakan ada sayur sop. Praktis, bahan-bahannya mudah ditemui, kaya akan serat dan vitamin yang baik untuk tubuh. Sebuah tip dari Ibu bila ingin lebih praktis, menyiapkan potongan sayur malam sebelum tidur. Agar saat bangun sahur, tinggal menumis bumbu dan masukkan sayur saja. Bumbu pun bila ingin disiapkan malamnya juga bisa banget, justru malah tambah praktis lagi. ~xD

    Estimasi waktu pembuatan: 15-20 menit.

    2. Tumis Kangkung, Tumis Tauge Tahu, Tumis Sawi: sayur andalan praktis yang menyehatkan


    Hampir sama dengan sayur sop, ketiga menu tumisan ini kerap hadir di meja makan saya di hari-hari biasa, sebagai selingan dengan sayur sop. Sahur untuk Ramadan hari kelima ini Tumis Tauge Tahu mulai menampakkan diri di meja makan. Menu yang menurut saya juga mudah dibuat, karena bahan-bahan yang diperlukan juga hampir sama dengan sayur sop. Hanya saja, kuah yang diperlukan tak sebanyak kuah yang ada di sayur sop.

    Tumis-tumisan ini jadi favorit saya, karena kebutuhan sayur saya tetap bisa terpenuhi. Belakangan, saya memang tak ingin ribet tentang olahan makanan. Bahkan rebusan sayur biasa tanpa bumbu pun sebenarnya tetap saya makan, asal kebutuhan serat saya dapat terpenuhi. Upaya untuk menjaga badan di bulan Ramadan agar berat badan tidak naik secara drastis dan tetap bugar, wkwk. Semoga seterusnya bisa tetap suka sayur!

    Jangan lupa untuk persiapkan bahan-bahan malam sebelumnya agar sat-set wat-wet, yaaa!

    Estimasi waktu pembuatan: 15-20 menit.

    3. Tahu, Tempe, Telur, Ayam: aneka lauk pauk kaya akan protein


    Lauk pauk menjadi hal wajib yang ada di piring saya. Mengikuti aturan Kemenkes yang menerapkan pola makan gizi seimbang dalam program "Isi Piringku", di mana dalam satu piring terdapat makanan pokok (karbohidrat), sayuran (memenuhi kebutuhan serat dan vitamin), lauk pauk (usahakan kandungan proteinnya cukup), dan buah. Khusus buah ini masih belum saya terapkan sepenuhnya, karena sering lupa buat belanja, HUHUHU. Sebab itulah saya perbanyak asupan sayur di piring saya. ~XD

    Lauk pauk yang biasa jadi andalan menu sahur praktis saya adalah lauk pauk yang memiliki kandungan protein. Tahu, tempe, telur, dan ayam, adalah 4 lauk yang silih berganti mewarnai hari-hari saya. Tak pernah bosan dengan keemoat menu ini, apalagi bila paham manfaatnya yang cukup baik untuk tubuh. Makin-makin kalap dalam konsumsi sumber protein ini. ~XD

    Saya masih belum begitu menerapkan clean eating dalam pola makan saya. Untuk lauk pauk ini masih saya goreng dengan minyak, hahaha. Masih belum bisa meninggalkan makanan gurih dan gorengan. Meski begitu, saya usahakan gorengan yang saya konsumsi ada kandungan protein di dalamnya, enggak hanya tepung-tepungan saja. Hihihi. ~

    Estimasi waktu pembuatan: 10-15 menit

    Untuk ayam goreng, jangan lupa marinasi terlebih dahulu sebelum tidur malam, agar bumbu lebih meresap.

    -------------------------------------------------

    Itulah ketiga masakan sahur yang bisa diadaptasi di rumah. Praktis, namun tetap menyehatkan, demi menjaga tubuh agar timbangan tak banyak bergeser ke arah kanan. Hihihi.

    Kalau kamu, menu sahur praktis apa yang kamu buat? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!

    ----------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.

    Continue Reading


    Ramadan sering kali dikaitkan dengan badan dan tenaga yang lemah, karena waktu mengisi energi hanya terbatas di dini hari dan setelah berbuka puasa saja. Padahal bila ditelisik lebih jauh, justru puasa ini menjadi ajang detoksifikasi diri terhadap apa yang dikonsumsi, baik bagi asupan tubuh, pikiran, maupun hati. Memilah dan memilih apa yang terbaik bagi diri. Sebuah investasi jangka panjang yang akan dirasakan manfaatnya sepanjang hidup.

    Tentang menjaga kesehatan diri, saya baru benar-benar sadar betapa pentingnya jaga tubuh sejak pandemi melanda. Di saat kawan-kawan lain di sekitar saya merasa timbangan bergeser ke arah kanan, saya justru sebaliknya. Yah, ini ada efek dari patah hati juga di akhir tahun 2019 yang membuat berat badan menyusut, kemudian puncaknya ada di pertengahan 2020. Benar badan saya ada di bawah 50 kg, namun itu tak membuat badan saya terlihat segar. Ibu saya bahkan mengatakan bahwa badan saya terlalu kurus yang terlihat seperti orang penyakitan kurang gizi. Mak jleb, namun saya lihat-lihat lagi kok benar adanya, awoakwoakow.

    Di tahun 2021 mencoba untuk perbaiki tubuh kembali. Apalagi saat itu saya mulai belajar nge-gym, jadi titik balik saya untuk mengulik tubuh yang saya tempati seumur hidup ini. Menyadari bahwa hanya punya satu tubuh tanpa cadangan, membuat saya tertampar untuk terus memperbaiki diri melalui pola makan, olahraga, dan pola hidup. Tentu saja tidak selalu konsisten di setiap harinya, hahaha. Namanya aja juga manusia. ~XD

    Hal yang harus disadari penuh sebelum memulai ubah pola hidup adalah memperbaiki pemikiran bahwa jaga kesehatan ini tak hanya untuk setahun dua tahun, namun sepanjang usia. Badan yang hanya satu-satunya, diupayakan untuk terus bugar agar mudah dalam beraktivitas, berdaya, berkegiatan ini itu tanpa banyak mengeluh jompo di usia muda. Yaps, di usia saya yang mendekati kepala 3 ini sudah banyak keluhan masuk dari teman-teman saya yang banyak bersahabat dengan obat-obatan, koyo, dan minyak karena badan lebih mudah lelah. :"))

    Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh saat berpuasa (dan sedang saya upayakan setiap harinya) di antaranya:

    1. Menjaga asupan air putih yang masuk ke tubuh


    Hal penting pertama yang selalu saya jaga saat Ramadan adalah asupan air putih yang masuk ke dalam tubuh. Semua orang tahu bagaimana pentingnya air putih untuk badan. Hal inilah yang sedang saya upayakan untuk tak lupa mengutamakan air putih saat sahur dan berbuka puasa, alih-alih menggantinya dengan minuman manis yang berkafein.

    Iya, sejak tahun lalu saya mulai mengurangi kebiasaan konsumsi minuman manis berkafein saat sahur dan berbuka puasa. Saya kira ini akan sulit, mengingat saya begitu rutin konsumsi minuman tersebut, utamanya saat sahur. Namun ternyata, ada perbedaan signifikan saat saya menggantinya dengan air putih saat sahur. Saya tak gampang 'beser' setelah subuh, juga lebih bugar saat menjalani puasa. ~XD

    2. Membatasi minuman manis dan gorengan, perbanyak sayur dan gizi seimbang


    Meski sulitnya setengah hidup, tapi saya coba upayakan untuk mengurangi minuman manis dan gorengan saat berbuka, dan menggantinya dengan air putih atau buah segar yang manisnya lebih alami. Balada mulai sadar bahwa badan sudah tidak seperti dulu yang gampang masuk makanan ini - itu, saya mulai dengan membatasi asupan gorengan dan minuman manis.

    Sejak beberapa tahun terakhir memang sudah mengurangi makanan dan minuman manis, jadi tak terlalu sulit bagi saya pribadi. Sesekali masih minum bila sedang nongkrong bersama kawan maupun dapat suguhan, itu pun bila nobgkrong saya minta takaran yang seminimal mungkin, hihihi. Yang paling sulit justru ada di gorengan ini sih, karena saya pecinta makanan dan masakan berumami. Benar-benar jadi tantangan tersendiri. :"))

    Mengupayakan untuk banyak makan makanan bergizi seimbang (karbo - protein - sayur) dibandingkan jajan/camilan yang minim gizi, baik saat sahur maupun berbuka puasa. Semoga dimudahkan demi badan sehat bugar sepanjang Ramadan (dan sepanjang hidup!).

    3. Beri kesempatan badan untuk istirahat cukup


    Perkara istirahat ini memang jadi tantangan cukup berat, apalagi bagi saya yang kini aktivitasnya tidak selonggar beberapa tahun lalu. Dulu masih mudah mengadakan waktu istirahat, bahkan siang masih bisa tertidur haha. Sekarang hanya sekali-kali, bila siang tak ada jadwal keluar rumah.

    Apalagi di bulan Ramadan ini, aktivitas saya cukup padat sedari pagi. Bekerja, berkarya, tentunya juga memperbanyak cari pahala dengan aktivitas yang mendekatkan diri padaNya. Mengusahakan untuk tidak tidur lebih dari pukul 11 malam, agar tubuh mendapatkan haknya untuk istirahat (karena pukul setengah 4 pagi sudah bangun sahur, heheu). Yah, meski sesekali masih melanggar karena sulit merem, hahaha.

    4. Olahraga tipis-tipis, minimal peregangan tubuh


    Nah, ini yang paling jadi tantangan. Olahraga di bulan Ramadan! Duh, kalau dengar kata olahraga di bulan Ramadan, entah mengapa, bawaannya selalu lemas, hahahaha. Padahal justru olahraga tetap dianjurkan untuk dilakukan, asal waktu yang dipilih benar-benar tepat dan tidak mengganggu ibadah.

    Olahraga yang dilakukan bisa peregangan tipis-tipis pagi hari. Saat mengabuburit sebelum buka juga bisa melakukan angkat beban, atau jalan kaki keliling lingkungan rumah. Saya sendiri memilih untuk peregangan tipis pagi hari, karena sore hari hingga malam sudah ada rutinitas lain huhuhu. Namun untuk Ramadan kali ini, mencoba untuk olahraga sore, meskipun sekadar jalan kaki cari takjil muahahahaha. ~XD

    Itulah keempat cara yang bisa dilakukan untuk menjaga tubuh agar tetap bugar saat menjalani puasa di bulan Ramadan. Kalau kamu, apa upaya yang kamu lakukan untuk membuat njaga badan agar tetap sehat dan bugar? Tulis ceritamu di kolom komentar, ya!

    ---------------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.
    Continue Reading

    Rasanya baru seperti kemarin melewati 30 hari Ramadan yang cukup mengkis-mengkis karena punya rutinitas baru. Mengisi jurnal Ramadan seperti anak SD (iya, tahun kemarin saya nekat beli jurnal Ramadan ala anak SD dan minta tanda tangan imam di musala saya, AHAHA), nulis refleksi Ramadan dengan segmen #NgabubuWrite di Instagram Story dan ternyata ada teman yang ikutan, ahahaha. Jebul ternyata sudah bersua kembali dengan Ramadan 1445 H.

    Tak mudah menahan diri untuk tidak menangis memasuki waktu magrib di tanggal 11 Maret kemarin. Untungnya saat itu posisi salat enggak di rumah, jadi malu kalau terlihat menangis di depan umum wkwk. Tangis haru, sebab Allah begitu baiknya masih mempertemukan saya kembali dengan RamadanNya tahun ini. Terima kasih, Allah Ya Rahim!

    Setelah dua tahun vakum, akhirnya coba memberanikan diri untuk ikutan BPN Ramadan Blog Challenge kembali! Rasanya seperti menemukan rumah untuk pulang setelah berpetualang. Menulis masih menjadi kegiatan menyenangkan bagi saya, kendati sekarang sudah jarang menuangkan pemikiran di blog ini. Padahal blog jadi salah satu 'rumah' utama akan tulisan-tulisan yang saya tak berani tuangkan di media sosial mana pun yang saya miliki. Semoga tulisan ini menjadi awalan baik untuk memulai kembali menulis di rumah kesayangan saya sejak 2010! (utamanya agar enggak sia-sia untuk perpanjang domain setiap tahunnya, WKWKWK. Udah bayar domain tapi tulisannya enggak banyak, kan ya eman banget. Huhuhu~)

    Tulisan pertama di 2024 ini (telat banget mengawali di bulan Maret, WAKAKAK) saya buka dengan tips menjalani puasa di bulan Ramadan. Tentu setiap orang memiliki cara dan tujuan masing-masing dalam menjalani Ramadan setiap tahunnya. Menyesuaikan dengan kebutuhan akan diri yang tak sama setiap individu. Ramadan saya tahun ini masih sama seperti tahun lalu, mengupayakan diri menjalani Ramadan dengan badan bugar, produktif, berdaya, dan penuh makna sesuai kemampuan diri.

    Beberapa hal yang coba saya lakukan demi mencapai Ramadan Sehat dan Penuh Makna di antaranya:

    1. Sahur dan Berbuka dengan Makanan Bergizi Seimbang


    Menjaga makan di bulan Ramadan adalah tantangan tersendiri. Kuliner manis dan gorengan terlihat menggugah selera dua kali lipat seperti biasanya. Hampa rasanya bila tak berbuka puasa dengan itu semua.

    Pandemi Covid-19 lah yang mengubah sudut pandang saya akan kesehatan. Beberapa tahun belakangan mencoba menerapkan prinsip "You What You Eat" di setiap makanan yang saya konsumsi. Masih tetap konsumsi gorengan dan kuliner manis, namun lebih membatasi diri. Ternyata cukup berdampak di badan saya. Timbangan tak mudak bergeser ke kanan, tetap ethes alias lincah tanpa banyak mengeluh lelah (kecuali saat masuk masa PMS dan menstruasi), juga terasa lebih bugar. ~~

    Ramadan kali ini masih sama seperti Ramadan tahun sebelumnya. Membatasi asupan kafein (teh manis) saat sahur dan berbuka, perbanyak air putih daripada minuman yang gulanya tumpah-tumpah, memastikan ada sayur dan protein dalam makanan yang dikonsumsi. Hal yang paling sulit memang membatasi gorengan sih, hahahaha. Untung Ibu masih mau bekerja sama dengan saya untuk tidak adakan gorengan di meja makan saat buka, kecuali kalau dapat takjil wkwk. Kalau itu di luar kontrol dan kuasa diri, hihihi.

    2. Menyeimbangkan Waktu Kerja, Istirahat, dan Ibadah.


    Bulan Ramadan adalah ladang pahala. Sangat disayangkan apabila waktu yang dipunya saat Ramadan ini tak diadakan untuk panen pahala.

    Saya masih belajar untuk ini. Sering kali belum dapat menyeimbangkan waktu kerja, ibadah, dan istirahat. Seringnya ibadahnya yang masih kurang, huhuhu. Kebanyakan kerja dan berkegiatan lain yang minim faedah, bahkan terkesan buang-buang waktu. Allah, ampuni. :'))

    Tahun ini mengupayakan diri untuk membagi waktu dan mencoba disiplin dengan pembagian tersebut. Pagi setelah tadarus subuh untuk menulis blog dan jurnaling, setelah dhuha mulai produktif bekerja hingga sore hari sebelum berbuka. Malam diisi dengan berbuka puasa, salat tarawih, dan lanjut membereskan kerjaan yang masih belum kelar dan bahas kerjaan untuk besok, sambil sesekali ngopi yang tak lebih dari pukul 10 malam (agak berat sih ini harus kelar ngopi pukul 10 malam, tapi dicoba dulu lah ya~).

    Semoga dimampukan prosesnya untuk tak sia-siakan waktu!

    3. Pasang Target Sesuai Kemampuan Diri


    Di awal Ramadan memang tergoda untuk pasang target setinggi mungkin. Ibadah A, B, C, melakukan hal ini dan itu.

    Tak ada masalah, sebenarnya. Hanya saja akan lebih baik bila diimbangi dengan kesadaran dan kemampuan diri agar tak berakhir wacana. Tak pasang banyak target atau tinggi pun pada akhirnya tak jadi masalah. Yang paling penting adalah konsistensi dan kuantitasnya secara bertahap, agar diri tak kepayahan dan api semangat untuk melakukan target tersebut tak padam alias TERUS MENYALA ABANGKUU! ~~

    Ingat, kualitas di atas kuantitas. ✨

    Semoga tiga tips (yang juga saya upayakan sekarang) di atas dapat membantumu untuk meraih Ramadan Sehat Penuh Makna, ya! Selamat berpuasa, semuanya! ✨

    ------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,
    BPN Ramadan Blog Challenge 2024.

    Continue Reading

     

    Terinspirasi dari beberapa tulisan pengalaman teman-teman yang melakukan postcrossing alias bertukar kirim kartu pos, saya akhirnya membuat rencana untuk mengirim kartu pos kepada teman-teman yang saya kenal di media sosial maupun di dunia nyata. Ingin merasakan kembali bagaimana rasanya berkirim kartu pos, karena terakhir saya berkirim kartu pos di usia 5/6 tahun, sekitar 20 tahun lalu, HAHAHA. Itu saja yang mengirim adalah ibu saya, bukan saya pribadi, jadi bisa dibilang saya tidak merasakan langsung bagaimana sensasinya mengirim kartu pos di masa itu. Hahaha. :D

    Tentu saja saya awalnya bingung ingin mengirim ke siapa saja karena takut jika nantinya tidak ada yang berminat. Akhirnya saya menawarkan ke media sosial dan menawarkan ke teman-teman dekat saya, barangkali jika berminat, haha. Eh, ternyata respons dari teman-teman saya banyak yang positif! Alhamdulillaah. Terhitung ada 25 kartu pos yang saya kirimkan ke teman-teman yang menyebar di 7 provinsi yang ada di Indonesia, alias ada 25 orang yang saya kirimkan kartu pos. D

    Jujur, saya tidak ada niatan untuk dikirimkan kartu pos balik oleh teman-teman yang saya kirimkan kartu pos, karena saya memang murni ingin merasakan pengalaman rasanya berkirim kartu pos di masa sekarang, di mana teknologi komunikasi terasa lebih gampang dan praktis daripada harus berkirim surat lewat kantor pos.


    Membuat Kartu Pos Sendiri dan Menulis Ucapan

    Langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat kartu pos sesuai keinginan saya sendiri. Sebenarnya dari pihak Kantor Pos menyediakan kartu pos yang siap kirim (hanya tinggal menulis pesan dan nama penerima saja) dengan harga Rp500,- per lembarnya, namun saya lebih memilih membuat kartu pos sendiri, yang ternyata memang diperbolehkan. Untuk ukuran kartu pos sendiri sebesar kertas ukuran A6, yang merupakan standar ukuran kartu pos.

    Kartu pos yang saya buat untuk dikirimkan ke teman-teman. :D

    Yap! Saya menulis semua ucapan kartu pos yang saya kirim secara manual alias menulis satu per satu :D rasanya senang sekali bisa menulis sendiri semua kartu yang akan saya kirimkan, karena bisa menyampaikan pesan personal kepada teman saya sesuai keinginan saya. Berhubung mengirim kartu pos kemarin di masa-masa Ramadan mendekati Lebaran, jadi saya menulis seputar ucapan Lebaran beserta menyampaikan kabar.

    Tip dari saya, jangan menulis pesan yang terlalu personal dan memuat hal yang rahasia (kecuali nama pengirim dan alamat, karena itu wajib dicantumkan untuk keperluan pengiriman), karena nantinya pengiriman kartu pos tanpa disertai dengan amplop, jadi pesan yang disampaikan akan terpampang nyata. Lebih baik menulis yang standar saja, demi keamanan. Hehehe.


    Proses Pengiriman Kartu Pos Melalui Kantor Pos

    Setelah kartu pos siap kirim, saya langsung ke kantor pos yang ada di kota saya untuk melakukan pengiriman. Tentu saja di awal saya sedikit kebingungan apa yang harus saya lakukan, namun setelah baca-baca tulisan dari teman-teman tentang pengalaman mengirim kartu pos, saya jadi sedikit tercerahkan.

    Langkah pertama yang saya lakukan ketika sampai di Kantor Pos adalah menuju loket untuk mengambil nomor antrean, dan menunggu untuk dipanggil giliran. Saya menunggu tidak terlalu lama karena pada saat saya ke sana tidak terlalu banyak orang yang mengirim, jadi saya bisa segera mengirim.

    Barulah sampai loket ini saya menyampaikan keperluan untuk mengirim kartu pos. Untung saja petugas posnya tidak bingung dan kaget mengapa di zaman sekarang masih ada yang minat berkirim kartu pos, hahaha. Kemudian saya diarahkan ke loket informasi untuk proses pengiriman lebih lanjut.

    Kartu pos siap kirim. :D

    Biaya Pengiriman Hanya Rp3000,- Ke Seluruh Indonesia

    Salah satu alasan saya berkenan mengirim kartu pos ke banyak orang adalah karena biaya pengirimannya yang super murah! Hanya dibandrol Rp3000,- untuk pengiriman ke seluruh Indonesia, yang mana biaya itu diwakilkan dengan menggunakan perangko yang ditempel di kartu pos. Jadi begitulah fungsi dari perangko, teman-teman. Bukan untuk hiasan, melainkan sebagai alat pembayaran pengiriman surat-surat, termasuk juga perangko.

    Kemarin saya langsung memilih perangko bernilai Rp3000,-, yang saya beli di kantor pos langsung. Jadi sebelum saya melakukan pengiriman, saya menempel perangko terlebih dahulu di semua kartu pos yang saya kirim. Satu perangko untuk satu kartu pos ya, dan tentu saja untuk sekali pakai. :D


    Setelah penempelan perangko selesai, saya langsung setor di loket tanpa harus mengeluarkan biaya lagi. Cukup hanya lewat perangko saja. :D


    Pengiriman Tidak Bisa Dilacak Oleh Sistem

    Dengan harga pengiriman yang super murah, kartu pos ini tidak masuk dalam sistem, dalam artian pengiriman kartu pos ini tidak bisa dilacak sampai mana pengirimannya, tidak bisa ditebak kapan datangnya, hahaha. Jadi benar-benar harus sabar menunggu, dan itulah sensasinya! Makanya kemarin ketika saya mengirim berpuluh kartu itu saya banyak-banyak berdoa semoga bisa sampai di tangan penerima dalam keadaan baik dan tepat waktu.

    Berhubung saya melakukan pengiriman menjelang Lebaran, jadi saya melakukan pengiriman kartu pos di awal-awal Ramadan hingga pertengahan Ramadan, yang mana saya berharap kartu pos saya bisa sampai tepat di Hari Lebaran. Perkiraan sampainya tidak tentu, soalnya. Bisa satu minggu, dua minggu, bahkan berbulan-bulan. Bahkan ada teman saya yang melakukan pengiriman kartu pos di tahun 2018 akhir, sampainya di tahun 2019 atau tahun 2020 awal gitu, huhuhu. Padahal alamat pengiriman hanya berbeda kota saja. Makanya saya mengirim kartu pos kemarin di awal-awal Ramadan, jaga-jaga apabila nantinya telat sampainya, wkwkw. Bahkan harus melapangkan hati apabila kartu saya tidak sampai. :’))))


    Pengalaman Mengirim Kartu Pos: Menyenangkan!

    Menjadi pengalaman baru bagi saya pribadi. Setidaknya saya pernah merasakan bagaimana rasanya mengirim kartu pos, yang ternyata tidak ribet dan menyenangkan. Harus telaten dan sabar menunggu, hahaha.

    Setelah beberapa minggu, ada beberapa kartu saya yang sudah sampai ke penerima, meski terpantau masih separuh yang menerima, hahaha. Bahkan ini kartu yang saya kirim ke teman saya yang satu kota saja ada yang belum sampai, wkwkw. Malah ini yang kotanya jauh dari kota saya sudah pada sampai. ~XD memang tidak bisa diduga dan dilacak, wkwkw. Sabar, sabar, dan bersabar terus deh intinya. :D

    Banyak penerima kartu pos dari saya ini bercerita bahwa baru kali pertama ini mendapatkan kartu pos, hahaha. Bahkan ada yang tidak sabar untuk menerima, pula. Senang bisa membuat Lebaran orang lain menjadi berwarna dan ada sesuatu yang ditunggu. :D

    Semoga senang dengan kartu pos yang saya kirimkan, ya! Maaf sementara ini hanya bisa berkirim kartu pos, wkwk. Doakan saya ada rezeki untuk kirim-kirim hampers ~XD

    ------------------------------------------------------

    Teman-teman sendiri ada pengalaman berkirim kartu pos, nggak? Atau cerita bagaimana mendapat kartu pos dari teman-teman? Yuk, yuk, kita cerita-cerita di kolom komentar! :D

    ------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,

    BPN 30 Day Ramadan Challenge 2021.

    Continue Reading

     

    Kartu pos pernah eksis pada zamannya saat alat komunikasi masih terbatas. Rasanya sangat senang ketika mendapat kartu pos atau mengirim kartu pos. Sensasi menunggu sampai kepada penerima itu membuat deg-degan, karena tidak bisa dilacak, hahaha. Pun sensasi menunggu mendapat kiriman dari kartu pos juga membuat penasaran, kira-kira sampai atau tidak, sampai tepat waktu apa tidak, haha.

    Eksistensi kartu pos mulai meredup ketika alat komunikasi mulai berkembang. Kini, komunikasi sudah tidak sesulit dulu, bahkan kirim pesan sekarang juga lebih mudah dan lebih cepat sampai melalui e-mail atau pesan chat. Namun tak sedikit juga yang masih melanggengkan budaya berkirim kartu pos ini, hingga ada komunitasnya tersendiri yang tersebar di penjuru dunia. Kalau tidak salah di Indonesia sendiri namanya Postcrossing Indonesia.

    Di Ramadan tahun ini saya mencoba untuk membuat kartu pos dengan desain yang saya inginkan, yang mana saya buat dalam edisi Lebaran. Pembuatannya super mudah dan bisa juga nantinya dikirim ke teman-teman. Nah, postingan kali ini akan saya tuliskan tutorial membuat kartu pos Lebaran, yang mana saya akan jelaskan dengan detail. :D


    Tutorial Membuat Kartu Pos Lebaran


    Alat dan Bahan

    1. Kertas tebal (Art Paper 260-300 gram)

    2. Kertas HVS ukuran A4

    3. Spidol hitam dan bolpoin

    4. Penggaris

    5. Cutter/gunting

    6. Double tape

     

    Cara Membuat

    1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu

    2. Potong kertas tebal Art Paper menjadi ukuran A6 (10,5 cm x 14,8 cm)


    3. Desain gambar sesuka hati, sesuai selera. Bisa menggunakan aplikasi atau gambar doodle seperti yang saya gambar ini. Teknik yang saya gunakan ini adalah menggambar manual di kertas HVS ukuran A6 (untuk mendapatkan ukuran A6, caranya adalah membagi kertas A4 menjadi 4 bagian, kemudian pilih satu lembar di antaranya), kemudian saya tebalkan menggunakan spidol. Lalu gambar tersebut saya scan menggunakan scanner hingga saya mendapat file gambar berbentuk JPEG. Selanjutnya saya cetak gambar tersebut di percetakan kertas dengan memilih kertas yang tebal (biasanya saya menggunakan kertas Art Paper 260 gram).

    Gambar asli saya sebelum saya scan dan saya cetak

    Kartu pos setelah melalui proses scan dan cetak. :D

    4. Setelah desain kartu pos jadi, tulis ucapan di balik lembar yang kosong. Saya sendiri biasanya tidak langsung menulis. Sebelum saya menulis, saya tempel kertas HVS ukuran A6 terlebih dahulu menggunakan double tape, agar tulisan saya tidak mblobor ketika saya menulis ucapan di kartu pos menggunakan tinta bolpoin di kertas Art Paper. Isi tulisan pun juga bebas, asal jangan hal-hal yang sifatnya terlalu pribadi. Cukup menyampaikan ucapan selamat dan memberi kabar saja. Jangan lupa beri nama penerima dan alamatnya, ya! Pun nama pengirim juga. :D


    Kartu pos siap ditulis ucapan. :D

    5. Kartu pos siap dikirim. Jangan lupa membeli perangko terlebih dahulu di kantor pos sebelum mengirim. Oh iya, mengirim kartu posnya di kantor pos, ya!

    ------------------------------------------------------------

    Bagaimana, mudah bukan cara membuatnya? *memakai nada Bu Sisca Kohl, eh Bu Sisca Soewitomo ~XD*

    Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang ingin membuat kartu pos sendiri. :D

    ------------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,

    BPN 30 Day Ramadan Challenge 2021.

    Continue Reading

    Lebaran adalah bulan yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya, karena di momen itulah saya bisa bertemu dan berkumpul dengan keluarga maupun bisa berkomunikasi kembali dengan orang-orang yang jarang saya temui tapi bisa kontak kembali.

    Momen Lebaran setiap tahunnya tentunya banyak meninggalkan kesan bagi saya pribadi, namun ada beberapa momen yang sampai sekarang masih saya ingat karena saking berkesan dan 'berkesan' (dalam artian ada kejadian kocak di dalamnya, wkwk).

    Beberapa momen Lebaran yang berkesan yang saya ingat sampai sekarang di antaranya:

    1. Menjalani Lebaran di Tengah Pandemi


    Tentu saja meski ini bukan sesuatu yang menyenangkan, namun meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Memberi saya hikmah dan pembelajaran baru untuk tidak menyia-nyiakan waktu berkumpul bersama keluarga. Menemui keluarga selagi sempat sebelum dilarang seperti sekarang ini, huhu.

    Sejauh ini masih bisa berkomunikasi melalui media sosial sih, namun rasanya ada yang kurang bila tidak bersua langsung, huhu. Semoga pandemi segera berakhir tahun ini agar tahun depan bisa bertemu kembali dan bersilaturahmi lagi dengan keluarga besar. Aamiin. :")


    2. Menumpahkan Jajan di Rumah Tetangga


    Kejadian ini sudah berlalu sangat lama, saat saya masih SD belasan tahun lalu. Namun saya selalu ingat momen ini saat Lebaran tiba, apalagi bila bertemu dengan si pemilik rumah atau lewat di depan rumah beliau, hahaha. Rasanya masih malu sekali, mana itu jajan tumpah hampir separuh, pula. Ditambah, pemilik rumah itu merupakan teman SD saya, hahahaha. Malunya berkali-kali lipat.

    Pesan saya, hati-hati dan waspada akan toples-toples yang berada di pinggir meja. Lebih baik segera amankan. Bisa-bisa kesenggol sedikit langsung ambyar. ~XD


    3. Abses di Awal Lebaran


    Saya tidak menyangka melalui Lebaran tahun 2018 dengan muncul abses di kaki, yang membuat saya tidak bisa beraktivitas dengan tenang. Bahkan saat Lebaran hari pertama saya harus rebahan di rumah saudara yang ada di Tulungagung, karena posisi saat itu saya sedang ikut silaturahmi ke Tulungagung, namun kaki saya keadaan saat itu sudah sakit sekali dan badan saya terasa menggigil. Mau tidak mau harus istirahat dan tidak bisa ikut ngobrol banyak dengan keluarga yang ada di Tulungagung.

    Pada akhirnya saya memeriksakan diri di rumah sakit yang ada di kota saya di hari kedua Lebaran, yang mana ternyata saya memiliki abses. Dokter dan perawat yang memeriksa saya langsung melakukan tindakan insisi untuk mengeluarkan cairan nanah yang ada di kaki saya. Rasanya mantap sekali, wkwkwk.

    Menjadi pelajaran bagi saya pribadi untuk tidak menggaruk kulit dengan kencang saat digigit nyamuk agar tidak membekas dan timbul luka. Sudah tidak mau lagi merasakan abses. Sudah kapok. ~XD

    ---------------------------------------------------------------

    Tak ada momen Lebaran yang tak berkesan, namun ketiga cerita di atas yang membuat Lebaran saya memiliki cerita yang lucu ketika dikenang, hahaha.

    Teman-teman sendiri memiliki momen Lebaran yang mengesankan apa tidak? Jika punya, yuk cerita-cerita di kolom komentar. :D

    ---------------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,

    BPN 30 Day Ramadan Challenge 2021.


    Continue Reading

    Lebaran sudah menginjak hari kesepuluh (eh, ini masih disebut Lebaran juga nggak sih? Kan masih masuk bulan Syawal? Wkwkw) dan jajan Lebaran di rumah saya belum pada habis, hahahaha. Masih ada stok di rumah, bahkan ada sebagian jajan yang belum dibuka segelnya, HAHAHAHAH. Mungkin karena efek pandemi dan tidak banyak orang yang bertamu ke rumah kali ya, jadi jajan-jajan di rumah juga pada awet, yang mana awetnya melebihi hubungan saya dengan mantan-mantan terdahulu..... *eh, curhat*

    Membicarakan tentang kue Lebaran, beberapa tahun terakhir ini keluarga saya jarang sekali membeli makanan Lebaran. Semua kue Lebaran di rumah saya rata-rata didapat dari banyak orang-orang baik, yang mana dengan sukarela memberi jajan yang hampir semuanya cocok di lidah. Bahkan di Lebaran tahun ini pun keluarga saya tak membeli jajan satu pun selain air mineral dan juga permen (ini aja permen juga stok bulan lalu yang masih ada, hahahaha. Hingga pada akhirnya jadi tidak membuat kue Lebaran, karena takut bila kebanyakan stok jajan atau kue di rumah).

    Ada beberapa kue Lebaran yang hampir setiap tahunnya dipastikan ada di rumah saya, namun dengan rasa yang berbeda-beda (karena dibuat dengan rangan yang berbeda pula, haha). Beberapa di antaranya adalah:

    1. Kue Putri Salju

    Meski saya tidak hobi makan makanan manis, namun berbeda dengan makanan yang satu ini. Seakan-akan kudapan ini wajib di rumah saya, apalagi kue putri salju buatan dari Budhe saya. Entah mengapa saya paling cocok dengan kue putri salju buat Budhe saya, yang mana terasa gurih dan tidak eneg di lidah saya. Lebaran tahun ini hampir setengah toples saya habiskan sendiri, hahahaha. Nggak kerasa cemal cemilnya, soalnya. ~XD


    2. Kue Monde/Khong Guan

    Sebenarnya kedua kue ini tak pernah direncanakan kehadirannya, karena lebih sering dikasih hampir setiap tahun, hahaha. Jadinya kue Lebaran yang satu ini hampir selalu ada, meski habisnya juga cukup lama.


    3. Keripik

    Lebaran terasa hampa jika tidak ada kudapan yang kruik-kriuk, begitu pula dengan rumah saya. Maka dipilihlah keripik untuk jajan Lebaran, yang mana membuat rumah semakin meriah (dengan suaranya, hahahaha).

    Beberapa tahun terakhir di rumah saya sering ada keripik gadung, yang mana sering dapat dari keluarga, tetiba dapat kiriman gitu. Hihi. Alhamdulillaah.

    ----------------------------------------------------------

    Memang tidak banyak kue Lebaran yang wajib di rumah saya, karena lebih sering random atau hanya tergantung mood saja. Sedapatnya saja, tidak memaksakan diri harus dapat ini itu. Ada jajan Lebaran di rumah saja sudah bersyukur sekali. :D

    Kalau teman-teman sendiri, jajan Lebaran apa yang wajib ada di rumah? Yuk, cerita di kolom komentar! :D

    ----------------------------------------------------------

    Ditulis guna memenuhi tantangan dari Blogger Perempuan Network,

    BPN 30 Day Ramadan Challenge 2021.

    Continue Reading
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ▼  2024 (17)
      • ▼  November 2024 (1)
        • Kenal Lebih Dekat dengan SoFresh: Sabun Cuci Pirin...
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ►  2023 (3)
      • ►  Juni 2023 (1)
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ►  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ►  Mei 2020 (22)
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top