facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco


    Dunia musisi Indonesia sedang berduka (lagi). Belum juga airmata kering ditinggal oleh Glenn Fredly di bulan April lalu, kini Indonesia harus kehilangan sosok maestro legendaris, salah satu musisi terbaik yang dipunya bangsa ini. Adalah Dionisius Prasetyo, atau lebih akrab disapa dengan Didi Kempot.

    Saya yang ketika mendengar berita itu sedang mengurus pekerjaan, serasa tidak percaya. Langsung saya cek linimasa twitter yang ternyata sudah penuh dengan ucapan dukacita dari berbagai kalangan. Seketika saya menangis saat itu juga, hingga butuh waktu seharian untuk menenangkan diri. Saya patah hati, yang kali ini patah hatinya tak bisa dijogeti maupun dikendhangi.

    Katakanlah saya terlalu berlebihan. Tapi siapa yang tidak sedih hatinya tatkala ditinggal oleh seorang idola sedari kecil, dimana karya-karyanya menemani diri ini bertumbuh dan memeluk diri di segala fase dan situasi?

    Ya. Jauh sebelum Pakdhe Didi menjadi tenar kembali seperti sekarang ini (bahkan sebelum ada istilah sadboys/sadgirls/sobat ambyar), telinga saya sudah cukup akrab dengan lagu-lagu dari Pakdhe Didi. Entah tepatnya kapan dan siapa yang memperkenalkan lagu-lagunya Pakdhe pada saya, lagu yang saya kenal pertamakali kalau tidak salah adalah Cucak Rowo. Meski saat kecil dulu saya tidak terlalu mengerti artinya, tapi semangat sekali kalau nyanyi lagu ini hahaha. Apalagi jika ada orang-orang di radio maupun penjual VCD di pinggir jalan yang sedang menyetel lagunya. Saya diam-diam ikutan menyanyi juga hihihi.

    Tumbuh menjadi remaja tanggung di tengah gempuran lagu-lagu yang lebih modern, tak juga menghilangkan kecintaan saya terhadap lagu-lagu campursari dari Pakdhe Didi. Sewu Kutho, menjadi lagu favorit saya kala remaja (bahkan hingga sekarang menjadi salah satu lagu wajib saya). Bahkan, lagu ini menjadi salah satu lagu yang membantu saya belajar gitar kala itu. Pernah sampai nyaris mbrebes gegara teringat seseorang hahaha. Sedih banget ternyata kalau liriknya dihayati mah.

    Tak ada rasa malu atau canggung pada diri saya untuk mengakui bahwa saya menyukai lagu-lagu campursari, dangdut, maupun koplo jawa sejak saya mengenalnya untuk yang pertamakali. Entah mengapa liriknya terasa jujur, lebih menyentuh, dekat dengan keseharian, dan nyeseknya lebih terasa, meski dengan lirik dan diksi yang sederhana. Hebatnya, Pakdhe Didi pun termasuk satu dari pencipta lagu campursari dengan lirik-lirik lagu yang sederhana tapi nampol banget-bangetan nyeseknya ini.


    Saya sungguh mengagumi bagaimana cara Pakdhe Didi mengemas tempat-tempat menjadi inspirasi lagu yang apik dan memberikan kenangan. Mulai dari Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Pelabuhan Tanjung Mas, Pantai Klayar, Parangtritis, Terminal Kertonegoro, dan berbagai tempat lainnya. Saya yang sebagian besar belum pernah ke tempat-tempat yang menjadi latar lagu Pakdhe, serasa dibawa ke sana. Merasakan bagaimana rasanya menunggu cinta, melepas kepergian orang yang disayang, mengikat janji, hingga patah hati di tempat tersebut. Perasaan itu terasa nyata.

    Lagu-lagu dengan lirik yang sederhana ini pun digandrungi oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang tua. Mulai dari para pejabat hingga kuli bangunan, pedagang asongan, dan tukang becak pangkalan. Lagu yang begitu merangkul, menjadi pelipur lara dan tombo kangen. Benar-benar musisi yang... hebat.

    Tak terkecuali pada diri saya sendiri. Lagu-lagu dari Pakdhe Didi hampir setiap hari menjadi teman saya. Menjadi obat di kala patah hati, menjadi penguat dikala merindukan seseorang, menjadi pengingat untuk tetap mencintai budaya dan bahasa jawa. Gegara lagu-lagu dari Pakdhe inilah saya jadi sangat mensyukuri bisa berbahasa jawa hingga bisa menikmati dan menghayati lagu-lagu dari Pakdhe.

    Lewat lagu-lagu dari Pakdhe, saya jadi belajar bahwa tak selamanya patah hari harus dilewati dengan tangis. “Patah hati wi ra perlu ditangisi. Yen iso yo dijogeti.” Kata-kata dari Pakdhe yang membuat saya lebih menikmati fase-fase patah hati sambil mendengarkan lagu-lagu andalan saya dari Pakdhe seperti Banyu Langit, Pantai Klayar, Suket Teki, Pamer Bojo, dan masih banyak lagu dari Pakdhe yang menjadi soundtrack di setiap fase patah hati saya. Bahkan sesekali saya berjoget, berdansa menikmati irama sambil tetap mbrabak mili. Ehe. Menikmati patah hati dengan cara yang elegan~

    Terlepas dari lagu-lagunya yang memang enak-enak semua dan worth it untuk didengarkan, pribadinya yang sungguh sederhana dan njowo banget ini yang membuat kekaguman saya bertambah. Tak pernah ambil pusing dengan orang-orang yang mencoba mendaur ulang lagu-lagunya demi kepentingan komersil, bahkan ada beberapa yang dibantu oleh beliau seperti Arda (penyanyi cilik yang menyanyikan salah satu lagu beliau, Tatu).

    Hal lainnya yang membuat saya kagum yaitu beliau tetap konsisten memilih menggandrungi aliran campursari disaat banyak aliran-aliran musik yang jauh lebih modern. Benar-benar mencerminkan seniman sejati.

    Menonton konsernya secara langsung adalah satu dari mimpi besar saya yang ingin saya realisasikan, meski hanya sekali saja seumur hidup. Namun sayangnya, belum saja mimpi itu saya wujudkan, Pakdhe sudah dipundhut oleh Sang Maha Pemberi Hidup. Disaat beliau ada di puncak popularitasnya, disaat banyak orang yang mencintai karya-karya dan pribadinya. Disaat para pemuda-pemudi tak lagi malu-malu untuk menunjukkan kepatah-hatiannya.

    Sugeng tindak, Pakdhe Didi. Terima kasih atas segala karya-karya yang telah tercipta dan menjadi teman dalam suka maupun duka. Merangkul dalam nestapa, membasuh luka dalam dada. Karya-karyamu selalu abadi dalam hati. Kini, hingga nanti. Tak akan pernah terganti.

    Tetiba Bapak japri saya seperti ini. Kata-kata yang diambil dari judul lagu-lagunya Pakdhe Didi. Entah siapa yang membuat ini (Bapak juga dapat forward-an, soalnya), tetapi saya ucapkan terima kasih. Bagus banget :')




    Yang sedang ambyar,



    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading



    “Malam tahun baru free nggak Dhir? Lek (kalau)  free, bisa ikutan Ketemukita. Aku sih mau ngajak lek kita ketemu ae (aja), lek free gitu mau ku jelasin. Nanti jam 7 malam free nggak? Ikutan kumpul sekalian, ya!”

    Sebuah pesan WhatsApp dari Mbak Verwati Iriani tanggal 27 Desember 2019 yang lalu membuat saya cukup penasaran. Saya menduga ini semacam komunitas sosial, sih. Berhubung saya rindu ikutan komunitas seperti ini di Blitar, saya pun membalas, “Free, Mbak. Yuk, aku ikut kumpul!”

    Malam hari tanggal 27 Desember 2019 itulah saya ikutan kumpul pertamakalinya bersama Mbak Verwa dan banyak teman-teman baru yang saya kenal saat itu juga. Tidak butuh waktu lama untuk bisa cair dengan mereka, karena pertemanan kita yang ternyata cukup mbulet. Si A yang ternyata kenal dengan beberapa teman saya diluar komunitas ini. Si B yang ternyata tetangga saya, Si C yang ternyata tetangga dari teman. HAHAHA.

    Ini pertamakalinya saya ikutan rapat. Dan ternyata pertemanan kita cukup mbulet HAHAHAHA. Padahal sebagian besar dari mereka baru saya temui hari itu.

    Ternyata, ini sudah rapat untuk yang ke-2 kalinya. Disitu saya baru tahu tentang komunitas Ketemukita yang ternyata memang benar merupakan komunitas sosial yang baru dibentuk dua hari yang lalu (25 Desember 2019). Dan untuk program pertama dari komunitas ini adalah New Year, New Tumbler, yang merupakan program berbagi tumbler disaat malam tahun baru (31 Desember 2019) dengan cara menukarkan sampah botol plastik air mineral atau gelas plastik terlebih dahulu (dengan jumlah yang sudah ditentukan), baru akan mendapatkan satu buah botol tumbler cantik.

    ‘Wow, bakal jadi program yang menyenangkan, nih!’ Kata saya, dalam hati.

    Titik lokasi pembagian tumbler yang kita pilih untuk acara pertama ini adalah di sekitar Alun-alun Blitar, yang notabene memang pusat keramaian disaat malam pergantian tahun baru. Tempat yang strategis, mengingat disana pasti ada banyak orang yang berkumpul.

    Visi dari program pertama ini cukup sederhana. Hanya ingin mengingatkan untuk lebih peduli dengan sampah plastik, terutama botol plastik, sesuai dengan campaign kali ini. Turut andil untuk menyayangi Bumi, dengan cara mengurangi pemakaian botol plastik sekali pakai dan menggantinya dengan botol air minum atau tumbler ini. Di program Ketemukita kali ini, rencananya akan dibagikan botol tumbler sebanyak 100 buah. Lumayan banyak juga. Dan tentunya, gratis!

    Ini termasuk campaign yang cukup dadakan sih menurut saya. Waktu yang dibutuhkan hanya sekitar kurang dari seminggu. Tapi alhamdulilaahnya, semua berjalan dengan baik. Mulai dari pemesanan tumbler 100 buah yang cepat datangnya (padahal pesan di luar kota), promosi secara gencar ke media sosial (yang dibantu oleh semua teman-teman volunteer Ketemukita), persiapan perlengkapan lain yang semuanya dimudahkan. Membuat saya jadi percaya 1 hal; Jika segala niat yang baik, akan selalu diberi kemudahan oleh Tuhan Yang Maha Baik.

    Rapat final, H-1 acara.

    Ketemukita juga diberikan kesempatan untuk promosi melalui radio, oleh salah satu radio yang terkenal di Kota Blitar. Saya berkesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya siaran langsung di radio (yang sejujurnya saya pernah berangan-angan, ‘Gimana ya, rasanya siaran langsung di radio?’ Eh, ternyata kesempatan itu datang juga!). Meskipun saya tidak banyak ngomong, banyak salah dan gugupnya, tapi saya senang sekali! Terima kasih, Ketemukita. Terima kasih, Radio Mahardika FM!


    Akhirnya ngerasain langsung gimana rasanya siaran di radio HAHAHAH.
    Maaf ndeso ~xD

    Terima kasih, Radio Mahardika FM atas kesempatan yang diberikan!

    Tanggal 31 Desember pun tiba. Semua persiapan pun sudah dipersiapkan dengan baik. Titik kumpul volunteer yang dipilih kali ini adalah rumah saya, yang cukup dekat dari Alun-alun Blitar. Jam yang dipilih untuk berkumpul sekitar pukul setengah 5 sore.

    Sempat ada drama sebelum acara yaitu hujan deras banget-bangetan di sore hari sebelum acara. Sehingga waktu berkumpul sempat molor karena hujan. Kita semua banyak-banyak berdoa semoga hujan cepat reda. Alhamdulillaah, hujan pun reda sekitar pukul 7 malam. Kita pun langsung cuss bergerak ke lokasi dengan berjalan kaki.

    Pembagian botol tumbler dimulai sekitar pukul setengah 9 malam. Tempat yang dipilih ada di depan Toko Pelangi, timur Alun-alun Blitar. Selain ada stay di tempat, ada juga yang keliling sekitar Alun-alun, Taman Pecut, Masjid Agung Kota Blitar, dan Kantor Walikota Blitar. Saya termasuk dari salah satu yang keliling, sih. Pembagian dari tim acara, soalnya. Heuheuheu.

    Ternyata, banyak orang lebih memilih langsung datang ke booth penukaran di depan Toko Pelangi, daripada keliling seperti saya dan beberapa volunteer lain yang bertugas untuk keliling. Mungkin orang-orang sudah persiapan terlebih dahulu sebelumnya untuk membawa botol air mineral bekas dari rumah. Hihi.



    Ada adik perempuan yang tetiba minta foto dua kali setelah foto wajib untuk dokumentasi hihihi. Terima kasih ya Dek!

    Bersama teman-teman Ketemukita!

    Alhamdulillaah, target 100 botol tumbler yang tersedia nyaris ludes dalam waktu dua jam. Hanya tersisa beberapa belas botol tumbler saja. Ini termasuk pencapaian yang cukup keren, mengingat hanya butuh beberapa hari untuk promosi. Botol air mineral bekas yang dikumpulkan juga banyak sekali. Ada sekitar 2 atau 3 karung besar, yang saat selesai acara langsung disalurkan pada Bank Sampah dekat salah satu rumah volunteer Ketemukita.

    Btw, di komunitas ini saya juga bertemu dengan salah satu customer Aderation Project! Yang mana malah beliau duluan yang ingat sama saya. HAHAHAHA. Maafkan saya ya Mbak, paling lemah kalau disuruh mengingat :') 

    Semoga komunitas Ketemukita menjadi salah satu komunitas di Blitar yang tumbuh besar bestari di tahun 2020 ini. Menebar manfaat bagi lingkungan dan sekitar. Saling berkolaborasi, berkontribusi, dan memberi makna pada sesama. Ada aamiin?

    Semangat untuk bergerak bermanfaat, Ketemukita!




    Love,



    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading


    Berbicara tentang wisata yang ada di Blitar memang tak ada habisnya. Selalu ada tempat baru (yang sebenarnya mungkin sudah lama tapi baru-baru saja saya ketahui keberadaannya) yang menarik untuk dijelajahi. Rasa-rasanya setelah jelajahi tempat satu, eh ada info tentang tempat wisata lainnya. Duh, tergoda banget buat jelajahin semua. Sampai-sampai saya pernah sekelebat kepikiran sebelum menikah harus udah tuntas buat main-main keliling Blitar HAHAHAHA. Tapi sepertinya itu wacana aja, sih. Hmm.

    Salah satu wisata alam yang menarik untuk ditelusuri di Blitar ialah pantainya. Ada sekitar kurang lebih 50 pantai yang terbentang dari ujung timur Blitar hingga ujung barat, yang kesemuanya punya ciri khas masing-masing. Saya belum mengunjungi semuanya, sih. Karena keterbatasan waktu dan..... akses jalan (dan juga teman jalan. Wk wk wk). Semoga masih diberi waktu buat jelajahin seluruhnya! Ya... minimal separuh atau paling enggak seperempatnya ajalah biar nggak parah-parah amat. BHAHAK.

    Sekitar 3 mingguan lalu, saya diajak oleh ‘pakarnya’ pariwisata di Blitar yang sudah saya anggap seperti Mbahkung alias kakek sendiri, Pak Hary Segocontong, untuk ikutan mencicipi sate gurita di Pantai Jolosutro, Wates, Kabupaten Blitar. Ini dalam rangka menghibur saya yang kebetulan waktu itu sedang ada di masa-masa pemulihan dari patah hati HAHAHA. Yaa, mumpung saya hari itu tidak ada agenda, jadinya cusss berangkat aja.

    Kami berangkat sekitar pukul 9 pagi. Mengingat lokasi yang akan kami kunjungi jaraknya sekitar 40km lebih, yang memakan waktu hampir 2 jam jika dari Blitar Kota. Kebetulan juga kami akan mampir terlebih dahulu ke Konservasi Ikan Badher Bang, yang lokasinya satu arah dengan Pantai Jolosutro.

    Baca: Melepas Penat Sejenak di Omah Iwak Badher Bang, Tawangrejo

    Sekitar pukul 11 siang, kami baru cuss ke Pantai Jolosutro setelah melipir sejenak di Omah Iwak Badher Bang, yang jaraknya lumayan dekat dengan pantai. Yaaa, kurang lebih sekitar setengah jam-an, lah.

    Akses jalan menuju Pantai Jolosutro sudah enak dan mudah dilalui. Nggak ada kendala yang terlalu berarti. Ya ada sih, satu dua jalan yang berlubang. Tapi masih bisa dilalui dengan mudah. Yang membuat rada nganu sih.... capek di jalan alias lama di jalan! HAHAHA. Mengingat Pantai Jolosutro merupakan pantai yang terdapat di ujung timurnya Blitar.

    Jadi teringat juga jika beberapa waktu lalu saya juga main-main ke pantai yang ada di ujung barat Blitar, Pantai Pasur, dalam rangka mengikuti kegiatan menanam bersama SahabatMenanam. Keseluruhan ceritanya bisa dibaca di postingan sebelum ini, ya!

    Baca: Ngopi dan Nandur Bareng SahabatMenanam di Pantai Pasur, Blitar

    Kami tiba di lokasi sekitar pukul setengah 12-an lebih. Langsung masuk parkir di area pantai. Oh iya, waktu kemarin kesini sih belum ditarik biaya masuk, karena bukan hari libur. Dulu waktu saya pertamakali kesini sekitar tahun 2018, ditarik biaya masuk, sih. Sayangnya saya lupa berapa harga tiket masuknya. Eheheu.

     Pantai Jolosutro. Berlokasi di Desa Ringinrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar




    Pantai Jolosutro termasuk dalam jajaran pantai di Blitar dengan bentang pantai terpanjang. Lokasinya ada di Desa Ringinrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar. Pantai ini berpasir hitam, karena mengandung besi di dalamnya. Jadi harap hati-hati jika melepas alas kaki ketika menyusuri Pantai Jolosutro. Bisa-bisa kakinya melepuh! (Kejadian di saya kemarin yang nekat lepas alas kaki waktu pantai sedang terik-teriknya. Gak mau ngulangi lagiiiiii hiks)




     Pantai ujung timur Blitar yang cantik berpasir hitam

     Sisi barat dari Pantai Jolosutro. Keliatan luas banget, kan?


    Mencicipi Sate Gurita, Kuliner Viral dari Pantai Jolosutro

    Agenda utama kesini selain main-main air pantai adalah mencicipi kuliner yang sedang viral di Pantai Jolosutro. Adalah ia, si Sate Gurita! Ehehehehehek. Saya yang sebenarnya tidak menyukai seafood, dibuat penasaran dengan bentukan dari sate gurita ini. Soalnya baru pertamakali ini saya tahu ada sate gurita, yang kata Mbahkung Hary sih, enak. Jadi, mari melupakan sejenak ketidaksukaan terhadap seafood demi bisa mencicipi sate gurita ini~

    Salah satu warung yang menyediakan sate gurita ini adalah Warung Puntodewo (kalau saya tidak salah ingat). Lokasinya ada di sisi timur pantai, dan cukup mudah ditemukan. Berdasarkan penuturan dari Mbahkung, dulunya warung ini hanya stok sekitar 12kg sate gurita saja. Tapi lama-kelamaan, pengunjung membludak hingga pernah produksi mencapai 50kg perhari, loh! Wow. Kereeeeeen!




    Sekitar 20 menit, kuliner yang kami tunggu-tunggu sudah datang! Yeeyyy. Dan ternyata, penampakannya persis seperti sate ayam. Bhaiq. Marikicob alias mari kita coba~

    Untuk penampilannya, persis seperti sate ayam. Potongan daging kecil, disiram dengan bumbu kacang dan irisan bawang merah. Seporsi yang berisi 10 tusuk sate gurita ini dibandrol dengan harga IDR 25.000 saja, loh! Harga yang menurut saya cukup murah, mengingat ini adalah seafood yang biasanya punya harga yang mihil-mihil.

    Sate Gurita, kuliner viral dari Pantai Jolosutro yang endeus mantuls! Penampakannya mirip banget dengan sate ayam.

    Yang saya suka dari sate gurita ini adalah baunya nggak amis sama sekali dan nggak alot, dong! Tekstur dan potongan sate yang menurut saya juga pas, nggak besar maupun nggak kecil-kecil amat. Bumbu kacangnya juga nggak bikin mblenger. Gurih manisnya pas kalau di lidah saya. Mantul, lah.

    Tertarik untuk mengunjungi Pantai Jolosutro dan mencicipi sate guritanya yang endeus abis ini? Kuy, agendakan bersama orang-orang tersayang! (Atau kalau mau nraktir saya juga boleh loh ehehehehehehek dengan senang hati~)




    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading

    Sedari dulu saya ingin merutinkan menulis jurnal mingguan di blog. Tapi entah mengapa, rasa malasnya lebih dominan daripada rasa rajinnya HAHAHAHA. Terlebih lagi, rasanya saya seperti orang sok penting banget, apa-apa kok diceritakan. Tapi disisi lain saya juga berpikir, ini kan blog milik pribadi. Ya suka suka saya dong mau nulis apa~. Jadi, sok atuh, tulis sesuka hati saja demi membekukan memori hihi.

    Apa kabar minggu keempat bulan Oktober 2019?

    Alhamdulillaah, luar biasa. Banyak hal-hal menyenangkan yang terjadi di minggu ini! Tapi kesemuanya memiliki benang merah yang sama; bertemu kawan.

    Dimulai dari hari Jumat yang dibuka dengan jadwal kondangan di teman saya, Diana Cahyani, yang ada di daerah Selokajang, Srengat. Kebetulan, circle pertemanan saya dengan Diana ini ada yang sama. Jadinya berangkat barenglah saya bersama 5 teman saya; Ainulla, Sendyta, Heni Ika, Mas Angga Salim, dan adik saya, Anggana Raras.

    Dan kondangannya sungguh hangat sekali. Berasa seperti nyangkruk di kafe daripada kondangan. HAHAHA. Pengantin perempuannya malah nemuin kita berenam, ngobrol ngalor ngidul. Nggak standby terus menerus di kuade. Selow abislah pokoknya.



    Kondangan rasa cangkrukan. Selamat menempuh hidup baru, Diana dan Mas Nanda!


    Setelah kondangan, rombongan ini berpisah. Saya bersama ketiga teman saya lanjut nongkrong di Senyawa Kopi, sedangkan dua teman saya yang notabene suami istri, cabut pulang duluan.

    Baca Senyawa Kopi Blitar: Nongkrong Tak Ada Canggung, Serasa Ngopi di Rumah Sendiri

    Di Senyawa Kopi pun saya juga bertemu teman lainnya, Mbak Verwati Iriani dan Mbak Tutut Yunita. Memang sebelumnya sudah diskusi via grup chat sih kalau mau meet up. Jadinya makin ramai ketika kumpul berenam. Apalagi kita mainan kartu UNO yang dimana bisa merubah kawan menjadi lawan wkwkwk. Seru abis!



    Meski muka saya tercoreng paling banyak berasa adonan, tapi saya bahagia bisa bertemu dengan mereka :)


    Berlanjut di hari Sabtu, dimana di hari itu saya ada kondangan di dua tempat yang jamnya berdekatan. Kondangan di Maya Karimatul, yang merupakan teman SMP saya, dan teman SMA, si Dilla Saezana. Sekalian reuni gitu deh ceritanya. Saya yang udah jarang bertemu dengan teman-teman sekolah pun turut menghadiri keduanya, meski tempatnya rada jauhan ~XD

    Definisi kekoplakan teman sekolah tak pernah lekang oleh zaman itu ternyata benar adanya. Saya dibuat tertawa terus oleh mereka, entah itu teman SMP maupun teman SMA. Nggak ada yang berubah dari mereka selain fisik. Gilanya, ramenya, koplaknya, alaynya, tetap aja. Malah makin parah kayaknya HAHAHAHA.

    Ini yang membuat saya semakin rindu masa-masa sekolah, terutama masa SMP dan SMA. Masa-masa dimana saya tumbuh menjadi gadis remaja yang (sempat) alay, mulai mengenal dunia, dan bertingkah sekarepnya dewe.

    Untungnya waktu sekolah dulu saya termasuk jadi anak yang 'edan dan koplak', jadi banyak hal yang bisa saya kenang di masa-masa putih-biru dan putih-abu-abu ini. Eheu~


    Kondangan berasa reuni angkatan, tapi ini belum semua yang hadir HAHAHA. Selamat menempuh hidup baru, Dilla dan Fatwa! Jodone koncone dewe alias teman satu angkatan sendiri :))) *mulai lirik-lirik teman sendiri*


    Definisi teman bertumbuh alias teman alay bersama waktu SMP. Selamat menempuh hidup baru, Maya dan Mas Wildan! Terimakasih telah mengundang. Kalau nggak gini, kita nggak bakal ketemu ~XD


    Teman sejak SD, SMP, SMA, hingga sekarang, Della Putri dan Dinta Maydita. Baru pertamakalinya foto bareng setelah 17 tahun pertemanan. Sungguhlah teman macam apa ini :)))



    Teman menggila waktu SMP, Tiara Ulantika dan Dinta Maydita! Kalau ketemu selalu hebring alias heboh sendiri ~XD ah, ya. Ini juga pertamakalinya kita foto bertiga, ya? HAHAHAHA.


    Keesokan harinya, hari Minggu tanggal 27 Oktober 2019 saya kedatangan satu tamu yang datang jauh-jauh dari Gresik, Hasbi Mei. Dia merupakan salah satu teman dekat saya waktu kuliah--partner Jomblo Beriman Sobat Ambyar, dimana saya dan dia sering nyeletuk hal-hal yang berbau (sok) puitis dan baper tingkat tinggi. Buat seru-seruan aja sih, bukan galau beneran. Heuheu.

    Sebenarnya, dia udah ada wacana mau ke Blitar sejak beberapa bulan yang lalu. Eh, lha kok baru keturutan hari Minggu kemarin. Nganter sepeda motor milik Andia Savitri, adik tingkat yang satu kota dengan saya, sekalian main-main ke Blitar, katanya. Ok.

    Tidak ada yang berubah. Malah makin parah kebaperannya. Apa-apa dibuat baper. Memanglah sobat ambyar tenan~

    Kami menghabiskan banyak waktu untuk ngobrol dan jalan-jalan di Alun-alun, Museum Bung Karno, Makam Bung Karno, dan juga mencicipi salah satu es legendaris khas Blitar, Es Pleret!

    Baca: Es Pleret Blitar, Sajian Legendaris Ini Wajib Kamu Coba

    Senang sekali bisa bertemu dengan mereka berdua! Secara, baru bertemu lagi setelah 2 tahun lulus kuliah. Ah, semoga selalu ada pertemuan-pertemuan selanjutnya!




    Dokumentasi di sesi terakhir sebelum terlupa HAHAHA. Maklum, terlalu banyak ngobrol :))) Terimakasih telah menyediakan waktunya!

    -------------------------------------------------------------------


    Bahagia rasanya bisa bertemu banyak teman. Mulai dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, hingga teman yang baru kenal beberapa tahun terakhir ini. Meski energi saya terkuras cukup banyak, tapi rasa bahagia mengalahkan segalanya *ceileeh*

    Semoga kelak ada pertemuan selanjutnya yang tetap menjadi pemantik bahagia!




    With love,


    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading


    Awal Agustus, si Bapak sudah ngasih komando kalau sekitar tanggal 17-18 Agustus bakal diajakin nginep ke Mojokerto, buat ngerayain ultah Paklik saya, adik dari Bapak yang dari Sidoarjo, yang genap berusia 50 tahun. Sedikit mikir-mikir sih, soalnya pas itu ada beberapa kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Cuman bisa bilang, “Nggih, insyaa Allaah bisa ikutan”

    Terus dapet kabar lagi kalau bakal nginep di sebuah villa dan seru-seruan disana. ‘Oh okay, ini kayaknya waktu yang tepat buat saya refreshing sejenak dari rutinitas’. Akhirnya semua kerjaan saya kebut selesai sebelum berangkat tanggal 17 Agustus, demi bisa ikutan ke Mojokerto HAHAHAHAHA. Ya kapan lagi yekan bisa nginep senang-senang di villa, apalagi di daerah Mojokerto emang pemandangannya pada bagus-bagus semua. Jadi saya putuskan buat cuss ikutan. Hoho~

    Saya sekeluarga (Bapak, Ibu, Adek Rama, minus Adek saya satu lagi hiks) berangkat dari Blitar sekitar pukul 11 siang, setelah ngurusin tetek bengek rumah. Sedangkan rombongan Sidoarjo sudah berangkat duluan, jadi nanti bakal ketemu di lokasi aja. Berbekal hasil shareloc di grup keluarga dan Bapak juga tahu banyak tentang daerah Trawas Mojokerto, jadinya kami berempat ya percaya diri aja gak bakal nyasar wq wq wq~

    Yang namanya perjalanan mah, mustahil kalau nggak ada drama-dramanya. Sempat buta arah di daerah Dlanggu karena ada pengalihan jalan, yang menyebabkan kami dialihkan masuk ke jalan kecil. Bapak sempat nggrundel bentar, tapi lega karena nggak cuma kami berempat yang harus lewat sini. Ada beberapa pengendara lain yang sama terjebaknya dengan kami HAHAHAHAH.

    Setelah berkutat masuk ke gang-gang kecil (dan juga modal GPS), kami akhirnya bisa keluar tembus ke jalan besar. Uhuy~ kelihatan banget kalau Bapak lega, sih. Soalnya yang bisa nyetir cuma beliau doang, yang lainnya hanya tim penyemangat saja ~XD

    Perjalanan cukup menyenangkan, apalagi pemandangan sekitar juga nggak kalah mengasyikkan. Saya dan adik sampai buka kaca mobil gegara pemandangannya emang gak nyantai. BUAGUSSSSSS NDAK KALENG KALENG YA ALLAAAH MONANGIS AJA AKUTU.      




    Drama selanjutnya tentunya....... mencari lokasi villa!

    Sebelumnya, lokasi emang udah di share sama Paklik di grup keluarga. Tapi dasarnya Bapak gak sabaran banget, ‘INI KOK NGA NYAMPE-NYAMPE GINAME SEECHH’. Soalnya emang jalannya muter-muter teruuuus, pokoknya searah sama Candi Jolotundo. Ditambah jalan menuju lokasi yang memang blusukan masuk gang-gang rumah warga. Nggak keliatan sama sekali kalau ada villa, apalagi lokasi di perkampungan warga kayak gini. Bapak sampai berkali-kali mastiin ini bener apa enggak jalannya, kok mblusuk-mblusuk gini wkwkwkwkw. Tapi saya yakin-yakin aja, sih.

    Eh, ternyata beneran nyampe di tempat dong gaes! HUWAW~ Perjuangan terbayar sudah huhuhu terhura.



    Dan ternyata pemandangannya emang bagoooosssss nget! Dikelilingi sawah-sawah dan gunung yang viewnya oke punya! Wah, si Paklik emang gak salah pilih villa ini hihihi (dan saya juga bersyukur jadi ikutan kesini :p).

    Nama villanya adalah Villa HMD. Paklik tahu tempat ini gegara nongkrong di kopian gitu, dikasih tahu ama temennya kalau ada villa bagus di Mojokerto, gak jauh dari Sidoarjo. Awal pertama kesini juga kaget kok tempatnya ndlesep masuk di perkampungan warga. Tapi emang se-kece itu, sih.

    Villa HMD punya dua bangunan di sisi timur dan barat, yang sama-sama memiliki dua lantai. Untuk harga dan fasilitasnya, kemarin sempet dikasih tahu kalau harganya beda-beda. Heuheu.

    Dua villa yang ada di sisi timur (sebelah kanan) dan sisi barat (sebelah kiri)

    Kemarin, saya menempati bangunan sisi barat yang lantai satu. Dan yang pertamakali saya lakukan adalah....... leyeh-leyeh di kursi deket kamar wkwkwkwkwk. Kebetulan nyampe sini pas sore hari, pas sunset. Jadi sekalian nikmatin cantiknya matahari terbenam. Huehuehue.

    Duh, pemandangannya itu loh. Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan, gaes~

    Memasuki villa, saya langsung jatuh cinta sama interiornya. Homey dan asik banget! Bikin betah leyeh-leyeh seharian di kamar kayaknya ni (YA KALAU CUMAN LEYEH-LEYEH DOANG NGAPAIN IKUTAN LIBURAN, MALIH).



     Aslik, dari sini pemandangannya kece abisss

     Satu kamar bisa diisi 5 hingga 8 orang. Bisa minta bed tambahan juga loh!




     Di dalam lemari terdapat handuk dan bantal tambahan. Jadi, gausah khawatir yang gak bawa handuk wkwkwk :p


     Bisa diatur air panas maupun air dingin loh :D

     Sudut dapur yang jadi favorit saya, soalnya minimalis dan serba putih wkwkwk. Dapur impian saya :p

    Holla!

    Abis puas muterin kamar, saya memilih keluar kamar karena ada satu tempat dekat villa, yang menarik saya. Yes, kolam renang!

    Salah satu poin plus dari villa ini, sih. Punya kolam renang yang view-nya oke punya. Waktu yang pas kalau menurut saya adalah waktu pagi-pagi sama sore. Soalnya viewnya kereeen binggo!


     Villa yang dikelilingi oleh gunung :D


     Kolam renang yang bisa dipakai sepuasnya dan sewaregnya



    HUUHUHUUUUU NIKMAT TUHAN MANA YANG KAMU DUSTAKAN, GAESSSS

    Sedihnya, saya gak bisa ikutan renang gegara pas datang bulan. Ya sutralah, nikmatin sekitar saja yang uwu-uwu

    Malamnya, kami semua berkumpul buat inti acara nya yaitu perayaan ulangtahun Paklik saya di gazebo depan dekat pintu masuk villa. Mulai dari potong roti, potong tumpeng, karaokean, sampai bebakaran sosis dan juga jagung. Pokokmen seru-seruan sepuasnya. Malah ada yang berenang lagi malem-malem ~XD








    Saya milih buat karaokean, kemudian lanjut liat-liat orang bebakaran aja. Soalnya ngantuk wqwqwq. Abis itu milih leyeh-leyeh duduk di depan kamar aja. Liatin pemandangan depan yang penuh lampu-lampu yang masyaa Allaah cantik sekali. Huhuhu.

    Tetiba random langsung keinget sama Vision Board (klik klik) yang pernah saya buat di tahun kemarin, yang salah satu gambarnya ada pemandangan Kota Batu dan Malang pada waktu malam hari, dilihat dari Paralayang. Yap, saya memang sesuka itu sama pemandangan lampu-lampu yang dilihat dari atas.

    Eh, terkabul di tahun ini, dong! Meski nggak dari Paralayang, tapi dari sini nggak kalah cantiiiik! Masyaa Allaah, alhamdulillaah. Allaah kalau ngasih kejutan emang gak terduga, sih heheheu.

    Senang-senang pun berlanjut keesokan harinya. Agenda pertama di hari Minggu ceria yaitu senam pagi! Ada infrastruktur, eh instruktur senamnya juga loh.



    Oh iya, ini bajunya memang kompakan sejak kemarin, sih. Ada jadwalnya kalau gak salah. Urutannya hari pertama pakai tosca, malem warna putih. Terus buat hari Minggunya pakai merah fanta, sesi terakhir pakai merah hati. Tapi saya cuman ikut kompakan yang warna tosca sama merah fanta aja. Soalnya baju lainnya nggak punya wqwqwq. Itu aja yang tosca emang udah dikasih seragam dari sononya wqwqwq (balada baju-bajunya warna monokrom semua).

    Saya nggak ikut senam sampai akhir, soalnya lebih tertarik buat jogging di sekitar villa. Akhirnya melipirlah saya sama si Bapak dan sodara lainnya buat jalan-jalan sekitar villa.

    Dan ternyata...... emang sebagus itu, dong! HUHUHUHU MONANGEEEESSSSS!

     Villa dari kejauhan





    Abis acara senam (dan saya yang jogging), langsung cuss buat makan pagi. Kemudian lanjut acara selanjutnya yang tetap bikin senang, yaitu...... Outbond!

    Saya yang udah lama gak ikutan outbond (terakhir kayaknya waktu jaman kuliah kali ya), langsung gabung dalam rombongan. Serunya, ini langsung dipandu sama fasilitator yang emang mumpuni dalam bidang per-outbond-an eheheheu.



    Kami semua dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu Benang, Obras, sama Jarum. Nama kelompok disesuaikan dengan profesi Bulik yang memang punya Butik (klik disini kalau mau kepo :p). Oh iya, ini emang nggak cuma keluarga saya aja yang diajak, tapi juga karyawati Bulik. Jadinya ruame dan heboh betul ~XD

    Berbagai permainan seru kami lewati bersama, mulai dari permainan yang mengasah otak, otot, strategi, dan juga konsentrasi. Tentunya dengan diselingi banyak dagelan khas yang super bikin ngakak. Kocak lah. Salut sama kedua fasilitator outbond ini, bikin suasana outbond bener-bener hidup :D


     Mindahin bola dari gelas hanya disebul doang

     Pijet-pijetan dong ya~

     Main tangkap jari yang super seru!

    Ketawa gak berhenti-berhenti gegara kalah terus wqwqwq

    Acara berakhir sekitar pukul 10 pagi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Sembarang-Yowes-Karepmu. Saya memilih buat leha-leha di kamar aja, sebelum acara makan siang.

    Makan siang kali ini menunya enak sekali! Nasi ampok plus ikan asin dan sayur lodeh. Menggugah selera betul.


    Kemudian lanjut packing, beberes kamar dan checkout dari villa sekitar pukul 5 sore. Yap, cuma sehari semalam aja disini. Karena besoknya udah kerja lagi heuheuheu. Sehari semalam yang cukup bagi saya untuk merefresh pikiran saya agar segar kembali (buktinya ini udah ngetik dan ngonsep beberapa artikel dan kerjaan lain, termasuk artikel ini :p wqwqwq)

    Overall, saya senang sekali menginap di Villa HMD yang ada di Mojokerto ini! Pelayanan dan fasilitas yang super keren, pemandangannya yang bikin betah, dan tentunya kalau diajak nginep disini lagi, saya bakalan mau HAHAHAHA. Mau coba villa yang lantai dua ~XD





    View this post on Instagram



    Action Call booking 082282373900
    A post shared by Nur Alimin (@hmdresort) on Aug 18, 2019 at 1:40am PDT


    Villa HMD
    Lokasi: Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur
    Instagram: @hmdresort
    Contact person: 0822-8237-3900


    Love,

    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ▼  2024 (17)
      • ▼  November 2024 (1)
        • Kenal Lebih Dekat dengan SoFresh: Sabun Cuci Pirin...
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ►  2023 (3)
      • ►  Juni 2023 (1)
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ►  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ►  Mei 2020 (22)
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top