Bersepeda Sore Berujung Mengunjungi Tempat Baru, Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage

07.40.00



Bersepeda adalah satu dari kegiatan yang akhir-akhir ini mulai saya gandrungi kembali gegara saya sudah punya sepeda baru (bukan karena lagi musim sepedahan seperti sekarang ini)! Hahaha. Ya sebenarnya nggak baru-baru juga, tetiba si Bapak bawa pulang sepeda punya temannya yang sudah tidak terpakai lagi. Daripada dianggurin, Bapak bawa pulang sepedanya dan diizinkan sama teman beliau hihi.

Oke, dongeng tentang sepedanya nanti saja saya ceritakan di postingan lain.

Kemarin Jumat, saya diajak salah satu teman mengopi saya, Mbak Tutut Yunita, untuk bersepeda santai tipis-tipis sore hari. Berhubung saya memang berniat untuk bersepeda, saya mengiyakan ajakan beliau, dan ternyata beliau ngajakin ke suatu tempat baru yang katanya saya bakal senang jika diajak ke sana (dan tempat yang tepat untuk berkonten ria, katanya). Oke, baiklah.

Perjalanan santai menggunakan sepeda ini menempuh waktu sekitar 20 menit karena lokasi lumayan jauh dari rumah (ya sebenarnya juga nggak jauh-jauh amat sih, berhubung naik sepeda aja jadi kelihatan jauh). Sampai lokasi kebetulan juga tempatnya baru akan buka lapak, mbahahaha. Kami berdua pengunjung pertama pada hari itu, ceritanya.

Sepedahan yang lumayan ngoyo saat itu. Bikin kembang kempis, mbhahahaha.

Baru tahu ada tempat seperti ini di Blitar Kota bagian timur. Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage, nama tempanya (bukan Ningsih Tinampi, gaes. Tolong jangan salah baca). Lokasinya ada di Jalan Soedanco Supriyadi nomor 185, Kota Blitar. Masih dalam wilayah kota kok, meski agak timur sedikit sudah masuk wilayah kabupaten muahaha. Ngomong-ngomong nih ya, dari kemarin ngulas kedai kopi terakhir kenapa lokasinya selalu ada di perbatasan kota, ya? Hmm.....



 Tampilan depan Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage. Berasa sedang berkunjung ke rumah nenek di desa.

 Tampilan depan Ningsih Galeri sudah terasa hawa-hawa vintage-nya.

Kursi yang mencuri perhatian saya saat datang, yang belakangan saya ketahui ini beneran asli kursi jaman dulu, yang didapat dari Jawa Tengah.

Beruntung sekali ketika datang ke tempat ini, saya dan Mbak Tutut Yunita –teman bersepeda saya hari itu sekaligus yang mengajak saya ke tempat ini— (dan kemudian ada teman blogger saya yang lain menyusul setelah magrib, Mbak Verwati Irianibisa bertemu dengan pemilik tempat unik ini. Mas Will, begitulah beliau biasa disapa. Mbak Tutut sudah bertemu dengan Mas Will ini sehari sebelumnya sih (karena udah nongkrong duluan di sini), jadi sudah kenal terlebih dahulu. Sedangkan saya baru bertemu dengan beliau pada hari itu. Tak lupa saya juga berkenalan dengan partner kerja beliau di sini, Mbak Sinta.

Mas Will bercerita bahwa tempat ini buka kembali masih berjalan sekitar dua minggu. Sempat buka sebelum pandemi, namun saat ada berita semua kedai kopi dan kafe harus tutup untuk sementara, tempat ini juga ikut tutup. Baru buka kembali sekitar dua minggu yang lalu. Pantas saja saya baru ngeh, hahaha.

Mengalirlah cerita dari Mas Will tentang tempat unik yang beliau dirikan ini. Diawali dengan mulai menjamurnya tempat tongkrongan di Blitar, Mas Will berinisiatif untuk membuka tongkrongan kopi juga. Namun agar menjadi pembeda dengan tempat lainnya, tempat milik Mas Will ini dihiasi oleh properti koleksi milik beliau pribadi mulai dari barang antik, barang klasik, hingga barang-barang vintage. Iya, beliau memang seorang kolektor, yang mana barang-barang yang beliau dapatkan ini rata-rata dari Jawa Tengah. Terlihat unik dan menarik, ya!

 Ruang depan Ningsih Galeri. Serasa ada di ruang tamu. Sudah disambut dengan barang-barang antik yang menyenangkan mata. Kursi yang digunakan juga menambah aura jaman dulu sekali. Ah, ya. Dulu saya sempat punya kursi ginian, wkwk.

 Mesin Ketik, telepon jaman dulu, mesin jahit, yang semuanya koleksi pribadi :D


 Kamera jadul juga ada di sini!

 Kamera jadul jenis lain dan sepatu roda yang masih jaman bertali.


 Setrika jaman dulu, yang panasnya bersumber dari arang. Hayo, dulu pernah lihat proses menyetrika menggunakan setrika ini, nggak? 

Koleksi-koleksi yang beraneka ragam

Dari Mas Will juga saya baru mengerti jika kuno, antik, klasik, dan vintage ini memiliki arti yang berbeda. Antik, barang-barangnya susah dicari, rentang waktu sekitar 1900-1950an. Klasik, pertengahan tahun 1950, identik dengan kayu dan besi. Sedangkan vintage, identik dengan besi dan plastik, rentang waktu sekitar tahun 1970-an. Saya kira jika ketiga kata ini sama artinya, hahaha.

 Berlanjut ke ruang tengah, yang juga menampilkan koleksi barang unik dan antik. Ada Radio, tempat minum perang, telepon kabel, koleksi uang lawas, termos, tumpukan buku lawas, bahkan ada teko lurik!

 Koleksi piringan hitam vinyl dan gambar khas Tionghoa dengan label toko pecinan Surabaya.

 Asli saya langsung excited ketika melihat ini! Ya ampun, rasanya seperti kembali di jaman dulu banget hahahaha :') ini kacang goreng yang dibungkus dengan kertas minyak, yang mana saya sudah mulai jarang menemui di Blitar.

 Koleksi kamera yang sukses membuat saya melongo, hahaha. Oh iya, di sini koleksinya juga dijual. Mas Will sempat bercerita ada koleksinya yang laku dibeli oleh sesama kolektor juga, haha.



Tumpukan kaset, televisi lawas hitam putih, telepon, termos nasi, dan koleksi jam.

Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage ini juga menyediakan menu makanan dan minuman, yang kesemuanya tidak ada menu diatas 10.000 rupiah. Memang tidak tersedia menu kopi kekinian sih, namun itu justru yang menambah keunikan tempat ini. Menu-menu yang tersedia ada kopi hitam, wedang uwuh, nasi kucing yang dibungkus dengan daun jati, menu mi instan, hingga terdapat juga menu camilan seperti tahu petis dan kacang yang dibungkus dengan kertas minyak. Benar-benar terasa makan di rumah nenek, haha.

 Menu yang memakai font ala mesin ketik, menambah kembali ke masa lalu.

 Menu nasi kucing dibungkus daun jati (IDR 5.000) dan wedang uwuh yang disajikan dengan cangkir lurik (IDR 7.000). Menambah suasana seperti makan di rumah nenek.

Isinya lalapan sambal ijo, yang sambalnya cukup nampol di lidah saya yang tidak menyukai pedas ahahaha. Wedang uwuhnya juga enak! Bikin hangat saat musim bedinding seperti ini :D

Sementara ini tidak ada WiFi di tempat yang unik ini. Justru bagi saya malah menambah kefokusan untuk eksplor dan mengamati tempat ini lebih banyak dan mendetail (dan foto-foto, tentunya!). Lebih menyenangkan lagi jika ke sini memakai kostum ala-ala klasik atau vintage, sekaligus menyesuaikan tema dan bonus foto, haha. Oh iya, tempat ini sudah pernah dijadikan tempat untuk pre wedding, loh!

 Ruangan ketiga alias ruangan samping ruang depan, yang membuat saya makin tercengang. Suasana klasiknya malah terasa banget di sini.

 Koleksi barang antiknya yang semakin beraneka ragam jenis. Huaaaa, saya tercengang!

 Biasanya tempat ini untuk timbangan ukuran ketika membeli minyak tanah. Masih mengalami jaman ini, nggak?

 Koleksi radio dan mesin tik yang cukup banyak.

 Telepon dan piringan hitam yang berjejer rapi. Yap, semuanya koleksi pribadi :D

 Tampilan keseluruhan dipotret dari belakang.

 Koleksi foto bangunan lawasnya Blitar, foto sebelah kiri merupakan perempatan Lovi jalan A. Yani (sampai sekarang tokonya masih ada, berupa apotek. Sedangkan foto sebelah kanan merupakan bangunan Dipayana, yang dulunya merupakan bioskopnya Blitar jaman dulu. Tapi Dipayana kini sudah nggak ada. Sayang sekali :'))

 Alun-alun Blitar (foto sebelah kiri) dan Kelenteng Blitar (foto sebelah kanan). Semuanya masih ada dan kini semakin bagus :D

Koleksi uang lawas Indonesia.

Kaleng Blue Band jaman dulu ternyata masih ada di sini. Saya, Mbak Tutut, dan Mbak Vera penasaran ini dulu produksi tahun berapa. Dicari-cari tapi nggak nemu tahunnya, hahaha.

Overall, saya menikmati sekali tempat baru yang saya kunjungi ini. Sepertinya bakal menjadi basecamp nongkrong baru dengan teman-teman seperkopian duniawi. Akan kembali lagi ke sini dalam waktu dekat karena belum puas sama sekali, hahaha. Masih banyak yang perlu di-eksplor :D


Jadi, gimana? Sudah cukup penasaran dengan tempat ini? Yuk, segera agendakan cussss bersama orang kesayangan!

------------------------------------------

Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage

  • Lokasi: Jalan Soedanco Supriyadi no. 185, Sananwetan, Kota Blitar
  • Jam buka: 17.00-24.00 (Hari Minggu tutup)





Love,



Andhira A. Mudzalifa

You Might Also Like

22 comments

  1. Wah tempatnya unik sekali ya, jadi ingat zaman dahulu kalo lihat koleksi barangnya. Ada kamera tempo dulu, mesin tik, telepon jadul dll. Harga menu nya juga murah ya, tak ada yang diatas 10 ribu.😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, ini tempatnya emang yang punya seorang kolektor benda-benda jaman dulu banget. Jadi kerasa pergi ke museum haha.
      Menunya menu khas angkringan sekali, tapi ya nggak angkringan-angkringan banget. Khas warteg gitu loh :D

      Hapus
  2. Lho, dikira ini rumahnya ibu Ningsih Tinampih 🤣
    Tapi suasananya beneran kayak di rumah nenek ya. Harga jual makanannya juga murah-murah banget, jadi sebenernya harga kaki lima tapi nuansa bintang lima ya, keren 😍

    Kalau lihat timbangan minyak itu, aku jadi ingat masa kecil, pas masih banyak tukang minyak keliling, pasti cedok minyaknya pakai timbangan itu. Beruntung masih bisa ngelihat hal kayak gitu hahaha.

    Aku kira antik, klasik dan vintage juga sama lho artinya! Ternyata beda ya 🙈 terima kasih udah mention hal ini hihihi.

    Anyway, another tempat kopi yang menyenangkan ya! 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakakaka, banyak orang yang mlesetin jadi Ningsih Tinampi, loh! Tapi malah jadi branding dan gampang diingat sih hahaha ~XD

      Iyaa, aku kaget pas tau harga-harga makanan di sini kok murah-murah sekali. Tapi emang memang bukan kopi kekinian sih, cenderung di masakan rumahan. Tapi justru itu yang menambah suasana jadulnya makin kerasa :D

      Eh, samaan! Masih mengalami era ada tukang minyak keliling yang pakai timbangan minyak juga :D paling suka waktu disuruh belanja minyak tanah terus mainin wadah jerigen yang bentuk kotak itu sampai bunyi 'dum dum dum', ahahah ~XD

      Aku ngiranya juga sama Mbak. Baru ngeh waktu berkunjung kemarin hihihi :D

      Menyenangkan sekali! Bakalan jadi basecamp baru buat nongkrong :D

      Hapus
  3. Saya kirain antik, sama klasik juga sama. Kalau vintage dari dulu saya emang nggak tahu😂
    Baru tahu sekarang.

    Itu kursi besi warna ijo sama kuning ngingetin saya sama masa lalu. Jadi dulu saya pernah jungkir balik dari kursi kayak gitu dan nggak berani duduk di kursi besi gitu sampai saya gede😂 sekarang sih enggak.

    Ngopi di sana pasti berasa kembali ke masa lalu ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha, sama Mbak. Aku kira juga sama. Baru ngehnya kalau beda ya saat berkunjung ke sini :D

      Astagaaaaa, waktu kecil dulu ya Mbak? Ini emang kursinya rawan banget sih huhu, tapi keren :D

      Serasa ngopi di rumah nenek, Mbaak :D

      Hapus
  4. Entah kenapa, saya juga masih bingung dengan musin sepedaan sekarang. Ramai-ramai orang membeli sepeda dan gowes bersama-sama. Saya mau tahu aja, motifnya. Kalau ingin sehat, ada banyak alternatif. Kalau ingin nostalgia masa sepedaan pas kecil, tidak semendadak itu. Ada satu sih, kecurigaan saya dan mungkin kita semua 😁

    Eh tapi tempatnya itu asli keren. Yang demen retro pasti ini eyegasm sekali. Salam kenal sebelumnya kak Andhira, saya baru main ke sini 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mas. Saya bingung sih sampai sekarang. Bahkan di toko sepeda kota saya katanya stok sepeda sudah habis. Saya kaget kok daya jual sepeda tinggi banget wkwk. Mari berpikir positif, mungkin pada jenuh di rumah ~XD

      Betul, Mas. Yang suka jalan-jalan ke museum dan suka barang-barang antik, pasti merasa menemukan surga hahaha. Salam kenal juga, Mas Rahul Syarif! Terima kasih telah berkenan berkunjung ke mari :D

      Hapus
  5. Wuah ini namanya olahraga berbuah manis namanya ...,nemu spot unik buat diulas :).

    Tjakep bener koleksi Ningsih galeri.
    Kesan vintagenya kuat banget.

    BalasHapus
  6. Unik sekali nih Mbak tempatnya.. Penuh barang-barang antik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, beda dari tempat-tempat lainnya. Kebetulan baru pertema kali ini saya menemukan tempat seperti ini di Blitar selain tempat wisata yang dibuka untuk umum :D

      Hapus
  7. tempatnya kece banget sih, jadi berasa kembali ke masa lalu :D

    Itu kaleng margarinnya mengingatkan saya akan masa kecil dulu, jadi kebayang wanginya kue tolban namanya yang sering saya makan dan melekat di ingatan :D

    Btw, tema-tema kayak gini, yang antik gini banyak banget ya diminati zaman now :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tertarik buat ngulas karena baru pertama kali ini ketemu dengan tempat kopian yang propertinya full dengan barang antik, hahaha :D

      Wah, itu kue apa Mbak? Semacam kue bolu kah?

      Iya Mbaaak, banyak tempat yang mulai dihiasi sama properti jaman dulu di jaman now :D

      Hapus
  8. Ruang depannya bagus. Saya lama tadi terhenti di foto ruang depan untuk menikmati suasananya.
    Suka dengan keseluruhan ide coffee shop ini. Seperti ngopi di rumah zaman dulu.

    Blitar nampaknya masih bersahabat ya untuk pengguna sepeda di jalan raya. Kalau di Jakarta, hanya di beberapa ruas jalan saja yang aman untuk pesepeda, itu pun kebanyakan di pusat kotanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mengunjungi langsung tempatnya, bakalan betah, Mas. Saya kemarin sempet nggak mau pulang gegara masih tertarik buat mengamati detail-detailnya, hahaha. Rasanya masih kurang puas :D

      Sejauh ini masih bersahabat, Mas. Kebetulan juga merupakan kota kecil, bukan jalan-jalan yang banyak dilalui kendaraan, apalagi memang banyak yang mulai sepedahan hehehe.
      Wah, Jakarta-nya daerah mana aja itu Mas? Sudirman situ ya yang masih ramah untuk bersepeda?

      Hapus
  9. Wadidaw ini sih tempat untuk berkontenria syekali dhira ahhahaha
    Maklum aku emang angkatan jadoel yang hobi dengan segala sesuatu berbau vintage..

    Koleksinya meuni lengkap pisan
    Aku suka yang bab perintilan alat makan minum and masaknya, kayak ada cangkir lurik2 ijo yang lejen itu, juga termos ahahhaha, ini dulu pernah ngalami minum dari tempat ginian pas masa kecilku soale

    Btw, ga kok aku ga bacanya ningsi tinampi hahahah,
    Tapi serius unik banget loh namanya, njawani banget
    Patut kucoba deh, mana tau kapan kapan bisa nyampek blitar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya aku nggak pingin ngonten karena pingin menikmati suasana, Mbak. Tapi jebul ndilalah kok ya eman haha. Buat refrensi sekaligus kenang-kenangan kalau pernah ke sini, Mbak :D

      Asli lengkap kayak mbalik masa kecil ini Mbak. Ditambah suasana di Blitar juga masih ada ndeso-ndesonya gitu, tambah syahdu hihihi.

      Harus dicobaaaa kalau main ke Blitar, Mbaaak :D

      Komentare sampeyan yang bawah tak bales di sini sekalian yo Mbak ~XD
      Mungkin biar tertarik plus jaman dulu kayake belum eksis pakai bungkus plastik kayake ya Mbak. Terus maleh keterusan sampai sekarang gitu :D

      Hapus
  10. E komen atu lagi deh, tanggung ahhaha
    Aku kok kepikiran ya, kacang dibungkus pake kertas minyak sih gimana wkwkwk

    BalasHapus
  11. Aselikkk, aku terbengong-bengong melihat foto-foto di dalam 'kafe' ini. Ini mah kayak rumah sendiri tapi dijadikan galeri koleksi serta warung untuk ngopi dan ngemil-ngemil yaa huahaha Rasanya pengen ngetok-ngetok pintu depannya sebelum masuk, "Permisiii..." 🤣

    Ada beberapa barang vintage yang pernah aku lihat sendiri di masa kecil lho. Mesih jahit itu pernah ada di rumah nenekku, terus papaku juga punya mesin tik yang 'berisik' itu, kalo salah ketik nggak bisa di-backspace wkwkwk lalu ada termos plus cangkir-cangkir vintage yang masih mamaku simpan sebagai koleksi pribadi di rumah hihi

    Yakin ini, kalau aku ajak suamiku ke Blitar, dia pasti betah nongkrong di tempat ini. Mudah-mudahan si corona cepat kelar, jadi bisa menyambangi Blitar secepatnya. Thank youu Andhira udah 'memperkenalkan' banyak tempat seruuu di Blitar :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serius Ci, ini rasanya bukan kayak ngopi, tapi bertamu di rumah teman hahahaha.

      Wah seru banget masih punya barang-barang vintage yang menyenangkan :D itu mesin ketik emang rada nyebelin nggak bisa dibackspace dan ngehapus tulisan, mbahahaha. Harus ngehapus manual ~XD

      Ayok sini main ke Blitar, Ciiii :D
      Yay, sama-sama ya Ci! Semoga tulisan ini membantu Ci Jane yaaaa :D

      Hapus
  12. Wow. aku jadi pengen ke Blitar rasanya!!! Keren banget cafenya. harganya di bawah 10k semua gilaaaaaaaaaaaaaaa ::))))))) Makasih udah share ini yaa Andiraaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoook sini-sini Mbak main ke Blitar! Ku tunggu, looooh :p
      Sama-sama ya Mbaaak. Semoga tulisan ini membantu yaaaa ^^

      Hapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.

Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^

Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)