facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco

     

    Menyadari bahwa banyak sekali hal yang sudah saya lewati dan belum saya tulis, sungguh saya merasa bersalah sekali dengan blog ini. Huhuhu. Meskipun begitu, saya mencoba menulis meski momennya sudah cukup lama terlewat, karena tetap ingin membekukan memori agar tidak menyesal di kemudian hari seperti saya menyesali tidak menulis cerita-cerita masa sekolah dan kuliah beberapa tahun lalu, huhu. Semoga mood menulis terus menyala seperti sekarang :D

    Mengawali kembalinya mood menulis saya, saya awali dengan ulasan mengenai salah satu kedai kopi favorit saya di Blitar, yang kebetulan baru re-opening beberapa hari yang lalu. Saya yang sudah lama tidak sambang-sambang kedai maupun kafe baru, tetiba langsung super tertarik untuk segera mengunjunginya. Kebetulan juga, mood untuk bersosialisasi sedang bagus akhir-akhir ini, biasanya mah mengurung diri di rumah mulu berminggu-minggu, AHAHAHA. Ya sudah, mari lanjut ceritanya~

    Ini kali kedua saya mendatangi kedai kopi yang sedang re-opening ini, yang pertama hari Minggu lalu tapi lupa buat foto-foto karena keasyikan ngobrol, hahaha. Kedatangan kedua hari ini baru saya bisa mengambil gambar karena memang niat untuk ke sini kembali (lebih tepatnya karena dikompori teman untuk datang ke sini lagi, sih. Dasar memang pada setan ~XD).

    Re-opening Split Espresso Coffee Shop: Kembalinya Kedai Kopi yang Menyenangkan dan Menenangkan

    Kembalinya kedai kopi kesayangan saya di Blitar ini merupakan salah satu hal yang saya syukuri. Pasalnya, kedai kopi ini bagi saya merupakan salah satu kedai ternyaman versi saya, haha. Sepertinya teman-teman dekat saya yang pernah mengunjungi kedai ini juga merasakan hal yang sama.

    Baca: Rekomendasi Kedai Kopi dan Kafe Nyaman di Blitar (Versi Saya, 2019)

    Sejak pertama kali berkunjung di lokasi yang lama tahun lalu hingga sekarang pindah di lokasi yang baru, kenyamanan itu tidak berubah, bahkan saya merasa semakin nyaman dan sayang, huhuhuu. Mas Ardi dan Mbak Kiki yang merupakan pemilik dari Split Espresso masih menyambut ramah saya dan teman-teman yang datang berkunjung, bahkan masih ingat nama saya! :’))


    Kedai ini kini berlokasi di Jalan Mawar no 73, Kota Blitar. Kedai yang minimalis, tapi justru saya menemukan ketenangan di sana. Desain yang minimalis, tembok yang dibiarkan tanpa cat dan pemakaian lampu kuning di kedai ini, membuat suasana kedai semakin tenang dan hangat. Ditambah, alunan musik di kedai ini memakai instrumen-instrumen kalem yang tidak bising. Dijamin, tambah betah nggak mau pulang! Hahaha.



    Tak Sekadar Menu Kopi

    Membicarakan tentang kedai kopi, rasanya tak afdol jika tidak membicarakan menu yang tersedia. Di Split Espresso, beragam menu yang bisa dipesan, mulai dari menu kopi, non kopi, menu teh, semua tersedia di sini dengan harga yang dibandrol mulai dari 8 ribu rupiah hingga 28 ribu rupiah. Beans kopi dan daun/bunga teh yang ditawarkan juga beraneka ragam, tergantung dengan stok yang ada, yang bisa ditanyakan langsung pada penyeduhnya.



    Dua kali mengunjungi kedai ini, saya memesan menu teh karena lambung sedang tak ramah dengan kopi. Kunjungan yang kedua kemarin saya mencoba menu teh Magic Hour, di mana saya notice ada rasa manis dan aroma bunga di teh ini. Oh iya, teh ini dibandrol dengan harga 16 ribu rupiah saja, loh!

    Beans dan daun teh yang berubah-ubah tergantung stok yang ada. Bisa ditanyakan langsung pada penyeduhnya, heuu.

    Magic Hour, salah satu menu teh yang tersedia di sini (IDR16.000)

    Kudapan, Teman Ciamik Menikmati Mimik (Minum) Enak

    Tak lengkap rasanya jika minum tanpa ditemani kudapan. Nah, di Split Espresso ini ada beberapa kudapan enak yang bisa dipesan, di antaranya ada Classic Cheese Pie, Banana Bread, Mac and Cheese Schotel, dan Morning Pizza, yang dibandrol mulai dari harga 8 ribu rupiah hingga 18 ribu rupiah.

    Sejujurnya, saya niat ke sini yang kedua hanya ingin mencoba Mac and Cheese Schotel karena waktu pertama kali ke kedai kopi ini saya sudah kehabisan duluan, huhu. Ya mungkin karena saya waktu awal kemarin datangnya sudah terlalu sore, jadinya nggak kebagian. Baru deh, yang kedua ini saya kebagian menunya, hahahah! Terima kasih teman-teman yang sudah menjadi kompor untuk menyuruh saya datang ke Split lagi! ~XD

    Tidak rugi bela-belain datang lagi ke sini selang dua hari dari kedatangan pertama, karena memang enak! Keju dan pasta yang melimpah, rasa bawang yang kuat, dagingnya yang nggak pelit, juara deh pokoknya. Untuk satu porsi kudapan Mac and Cheese Schotel ini dibandrol dengan harga 18 ribu rupiah.

    Dari Nongkrong, Quality Time dengan Teman, Ngerjain Tugas, Hingga Yhang-yhangan (Kencan Bersama Kekasih)

    Yak, bisa dibilang kedai kopi ini super menenangkan dan menyenangkan. Cocok sekali untuk sobat perkopian duniawi yang mencari ketenangan untuk ngobrol dari hati ke hati dengan teman maupun pasangan. Pun untuk sekadar menenangkan diri sambil mencari WIFI juga los dol.

    Spot menyenangkan untuk ngobrol dan yhang-yhangan~

    Mau mengerjakan tugas sekolah maupun kuliah? Bisa banget! Disediakan juga tempat dan colokan di beberapa sudut meja dan tentunya akses WIFI yang kencang, membuat makin betah dan tentunya sangat membantu menyelesaikan tugas-tugas dari dosen maupun guru tercinta tepat waktu~.

    Colokan yang tersedia cukup banyak, cocok bagi pelajar atau mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas.

    Sudah tertarik untuk mengunjungi kedai kopi ini? Yuklah, langsung agendakan merapat bersama orang kesayangan!

    -------------------------------------------------------------------

    Split Espresso Coffee Shop

    Instagram: @split.espresso

    Jalan Mawar no. 73, Kota Blitar, Jawa Timur

    Buka Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00-20.00

    Hari Minggu libur

     


    Love,



    Andhira A. Mudzalifa

    (Mengetik tulisan ini sambil membayangkan Mac and Cheese Schotel)

    Continue Reading


    Bersepeda adalah satu dari kegiatan yang akhir-akhir ini mulai saya gandrungi kembali gegara saya sudah punya sepeda baru (bukan karena lagi musim sepedahan seperti sekarang ini)! Hahaha. Ya sebenarnya nggak baru-baru juga, tetiba si Bapak bawa pulang sepeda punya temannya yang sudah tidak terpakai lagi. Daripada dianggurin, Bapak bawa pulang sepedanya dan diizinkan sama teman beliau hihi.

    Oke, dongeng tentang sepedanya nanti saja saya ceritakan di postingan lain.

    Kemarin Jumat, saya diajak salah satu teman mengopi saya, Mbak Tutut Yunita, untuk bersepeda santai tipis-tipis sore hari. Berhubung saya memang berniat untuk bersepeda, saya mengiyakan ajakan beliau, dan ternyata beliau ngajakin ke suatu tempat baru yang katanya saya bakal senang jika diajak ke sana (dan tempat yang tepat untuk berkonten ria, katanya). Oke, baiklah.

    Perjalanan santai menggunakan sepeda ini menempuh waktu sekitar 20 menit karena lokasi lumayan jauh dari rumah (ya sebenarnya juga nggak jauh-jauh amat sih, berhubung naik sepeda aja jadi kelihatan jauh). Sampai lokasi kebetulan juga tempatnya baru akan buka lapak, mbahahaha. Kami berdua pengunjung pertama pada hari itu, ceritanya.

    Sepedahan yang lumayan ngoyo saat itu. Bikin kembang kempis, mbhahahaha.

    Baru tahu ada tempat seperti ini di Blitar Kota bagian timur. Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage, nama tempanya (bukan Ningsih Tinampi, gaes. Tolong jangan salah baca). Lokasinya ada di Jalan Soedanco Supriyadi nomor 185, Kota Blitar. Masih dalam wilayah kota kok, meski agak timur sedikit sudah masuk wilayah kabupaten muahaha. Ngomong-ngomong nih ya, dari kemarin ngulas kedai kopi terakhir kenapa lokasinya selalu ada di perbatasan kota, ya? Hmm.....

    Baca: Waiki Coffee and Eat: Menyandingkan Kedinamisan Kultur Coffee Shop dengan Sajian Kuliner Nusantara


     Tampilan depan Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage. Berasa sedang berkunjung ke rumah nenek di desa.

     Tampilan depan Ningsih Galeri sudah terasa hawa-hawa vintage-nya.

    Kursi yang mencuri perhatian saya saat datang, yang belakangan saya ketahui ini beneran asli kursi jaman dulu, yang didapat dari Jawa Tengah.

    Beruntung sekali ketika datang ke tempat ini, saya dan Mbak Tutut Yunita –teman bersepeda saya hari itu sekaligus yang mengajak saya ke tempat ini— (dan kemudian ada teman blogger saya yang lain menyusul setelah magrib, Mbak Verwati Iriani) bisa bertemu dengan pemilik tempat unik ini. Mas Will, begitulah beliau biasa disapa. Mbak Tutut sudah bertemu dengan Mas Will ini sehari sebelumnya sih (karena udah nongkrong duluan di sini), jadi sudah kenal terlebih dahulu. Sedangkan saya baru bertemu dengan beliau pada hari itu. Tak lupa saya juga berkenalan dengan partner kerja beliau di sini, Mbak Sinta.

    Mas Will bercerita bahwa tempat ini buka kembali masih berjalan sekitar dua minggu. Sempat buka sebelum pandemi, namun saat ada berita semua kedai kopi dan kafe harus tutup untuk sementara, tempat ini juga ikut tutup. Baru buka kembali sekitar dua minggu yang lalu. Pantas saja saya baru ngeh, hahaha.

    Mengalirlah cerita dari Mas Will tentang tempat unik yang beliau dirikan ini. Diawali dengan mulai menjamurnya tempat tongkrongan di Blitar, Mas Will berinisiatif untuk membuka tongkrongan kopi juga. Namun agar menjadi pembeda dengan tempat lainnya, tempat milik Mas Will ini dihiasi oleh properti koleksi milik beliau pribadi mulai dari barang antik, barang klasik, hingga barang-barang vintage. Iya, beliau memang seorang kolektor, yang mana barang-barang yang beliau dapatkan ini rata-rata dari Jawa Tengah. Terlihat unik dan menarik, ya!

     Ruang depan Ningsih Galeri. Serasa ada di ruang tamu. Sudah disambut dengan barang-barang antik yang menyenangkan mata. Kursi yang digunakan juga menambah aura jaman dulu sekali. Ah, ya. Dulu saya sempat punya kursi ginian, wkwk.

     Mesin Ketik, telepon jaman dulu, mesin jahit, yang semuanya koleksi pribadi :D


     Kamera jadul juga ada di sini!

     Kamera jadul jenis lain dan sepatu roda yang masih jaman bertali.


     Setrika jaman dulu, yang panasnya bersumber dari arang. Hayo, dulu pernah lihat proses menyetrika menggunakan setrika ini, nggak? 

    Koleksi-koleksi yang beraneka ragam

    Dari Mas Will juga saya baru mengerti jika kuno, antik, klasik, dan vintage ini memiliki arti yang berbeda. Antik, barang-barangnya susah dicari, rentang waktu sekitar 1900-1950an. Klasik, pertengahan tahun 1950, identik dengan kayu dan besi. Sedangkan vintage, identik dengan besi dan plastik, rentang waktu sekitar tahun 1970-an. Saya kira jika ketiga kata ini sama artinya, hahaha.

     Berlanjut ke ruang tengah, yang juga menampilkan koleksi barang unik dan antik. Ada Radio, tempat minum perang, telepon kabel, koleksi uang lawas, termos, tumpukan buku lawas, bahkan ada teko lurik!

     Koleksi piringan hitam vinyl dan gambar khas Tionghoa dengan label toko pecinan Surabaya.

     Asli saya langsung excited ketika melihat ini! Ya ampun, rasanya seperti kembali di jaman dulu banget hahahaha :') ini kacang goreng yang dibungkus dengan kertas minyak, yang mana saya sudah mulai jarang menemui di Blitar.

     Koleksi kamera yang sukses membuat saya melongo, hahaha. Oh iya, di sini koleksinya juga dijual. Mas Will sempat bercerita ada koleksinya yang laku dibeli oleh sesama kolektor juga, haha.



    Tumpukan kaset, televisi lawas hitam putih, telepon, termos nasi, dan koleksi jam.

    Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage ini juga menyediakan menu makanan dan minuman, yang kesemuanya tidak ada menu diatas 10.000 rupiah. Memang tidak tersedia menu kopi kekinian sih, namun itu justru yang menambah keunikan tempat ini. Menu-menu yang tersedia ada kopi hitam, wedang uwuh, nasi kucing yang dibungkus dengan daun jati, menu mi instan, hingga terdapat juga menu camilan seperti tahu petis dan kacang yang dibungkus dengan kertas minyak. Benar-benar terasa makan di rumah nenek, haha.

     Menu yang memakai font ala mesin ketik, menambah kembali ke masa lalu.

     Menu nasi kucing dibungkus daun jati (IDR 5.000) dan wedang uwuh yang disajikan dengan cangkir lurik (IDR 7.000). Menambah suasana seperti makan di rumah nenek.

    Isinya lalapan sambal ijo, yang sambalnya cukup nampol di lidah saya yang tidak menyukai pedas ahahaha. Wedang uwuhnya juga enak! Bikin hangat saat musim bedinding seperti ini :D

    Sementara ini tidak ada WiFi di tempat yang unik ini. Justru bagi saya malah menambah kefokusan untuk eksplor dan mengamati tempat ini lebih banyak dan mendetail (dan foto-foto, tentunya!). Lebih menyenangkan lagi jika ke sini memakai kostum ala-ala klasik atau vintage, sekaligus menyesuaikan tema dan bonus foto, haha. Oh iya, tempat ini sudah pernah dijadikan tempat untuk pre wedding, loh!

     Ruangan ketiga alias ruangan samping ruang depan, yang membuat saya makin tercengang. Suasana klasiknya malah terasa banget di sini.

     Koleksi barang antiknya yang semakin beraneka ragam jenis. Huaaaa, saya tercengang!

     Biasanya tempat ini untuk timbangan ukuran ketika membeli minyak tanah. Masih mengalami jaman ini, nggak?

     Koleksi radio dan mesin tik yang cukup banyak.

     Telepon dan piringan hitam yang berjejer rapi. Yap, semuanya koleksi pribadi :D

     Tampilan keseluruhan dipotret dari belakang.

     Koleksi foto bangunan lawasnya Blitar, foto sebelah kiri merupakan perempatan Lovi jalan A. Yani (sampai sekarang tokonya masih ada, berupa apotek. Sedangkan foto sebelah kanan merupakan bangunan Dipayana, yang dulunya merupakan bioskopnya Blitar jaman dulu. Tapi Dipayana kini sudah nggak ada. Sayang sekali :'))

     Alun-alun Blitar (foto sebelah kiri) dan Kelenteng Blitar (foto sebelah kanan). Semuanya masih ada dan kini semakin bagus :D

    Koleksi uang lawas Indonesia.

    Kaleng Blue Band jaman dulu ternyata masih ada di sini. Saya, Mbak Tutut, dan Mbak Vera penasaran ini dulu produksi tahun berapa. Dicari-cari tapi nggak nemu tahunnya, hahaha.

    Overall, saya menikmati sekali tempat baru yang saya kunjungi ini. Sepertinya bakal menjadi basecamp nongkrong baru dengan teman-teman seperkopian duniawi. Akan kembali lagi ke sini dalam waktu dekat karena belum puas sama sekali, hahaha. Masih banyak yang perlu di-eksplor :D



    View this post on Instagram

    hey para sephiaaaa, terima kasih utk kemampirannya 😄 di sini #ningsih_gallery @tututyunita.s @andhirarum
    A post shared by @ m.will33 on Jul 3, 2020 at 7:05am PDT

    Jadi, gimana? Sudah cukup penasaran dengan tempat ini? Yuk, segera agendakan cussss bersama orang kesayangan!

    ------------------------------------------

    Ningsih Galeri: Ngopi dan Vintage

    • Lokasi: Jalan Soedanco Supriyadi no. 185, Sananwetan, Kota Blitar
    • Jam buka: 17.00-24.00 (Hari Minggu tutup)





    Love,



    Andhira A. Mudzalifa
    Continue Reading


    Berawal dari rasa penasaran akan postingan instagram story teman yang memotret sebuah sudut kedai kopi baru yang ada di Blitar, membuat saya mengagendakan untuk segera mengunjungi kedai kopi yang ada di daerah Blitar Kota bagian selatan ini. Tak terasa, sudah tiga kali ini saya berkunjung ke kedai kopi ini, dan saya malah lupa belum menulis ulasannya hahahaha. Oke, mari ditulis sebagai jurnal pribadi (dan buat isen-isen blog biar ada isinya, gitu).

    Waiki Coffee and Eat, Kedai Kopi Baru di Sisi Selatan Kota Blitar

    Berlokasi di Jalan Palem nomor 99 Rembang, Kota Blitar, kedai kopi ini berada di ujung selatan Kota Blitar, dimana tempat ini berada hampir di perbatasan antara Blitar kota dan Kabupaten Blitar. Bagi saya pribadi tak terlalu menjadi masalah, meski harus menempuh jarak yang lumayan hahaha. Toh juga terbayar dengan suasana kedai kopi ini, yang ternyata memang asyik dan menyenangkan.

    Atap Waiki Coffee and Eat yang belakangan saya tahu ini merupakan icon yang menonjol dari kedai kopi ini. Saya abadikan foto ini ketika kunjungan yang ketiga kalinya.

    Icon Waiki Coffee and Eat yang terpampang di depan kedai kopi. Menjadi salah satu spot foto. Pertama kali saya penasaran akan Waiki Coffee and Eat ini karena ada salah satu teman yang upload foto berlatar belakang icon ini hihi.

    Saat pertamakali berkunjung ke kedai kopi ini (yang mana kala itu hari ketiga pembukaan kedai kopi), saya merasa beruntung. Pasalnya, saya bisa bertemu dan berkenalan langsung dengan founder Waiki Coffee and Eat, Mbak Dipika Lauren dan Mas Daniel Bagas, dimana beliau berdua menyapa saya dan dua teman mengopi saya kala itu terlebih dahulu. Sebuah kesempatan bagi saya untuk mengulik lebih banyak dan lebih dalam lagi tentang kedai kopi ini (ya, saya selalu senang ketika berkunjung ke sebuah tempat baru dan bisa berinteraksi dengan pemiliknya langsung. Jadi tidak hanya untuk duduk, foto-foto, dan mecicipi saja).

    Menyandingkan Kedinamisan Kultur Coffee Shop dengan Sajian Kuliner Nusantara

    Mengalirlah cerita dibalik berdirinya Waiki Coffee and Eat dari Mbak Dipika dan Mas Bagas. Awal mulanya memang ingin mendirikan sebuah kedai kopi yang memiliki ciri khasnya sendiri, yang bisa menjadi pembeda dari kedai kopi lainnya di Blitar yang semakin menjamur. Akhirnya dipilihlah tema yang seperti diaplikasikan sekarang ini.

    Waiki, yang dalam bahasa jawa sendiri merupakan sebuah ungkapan senang akan hal yang telah dinanti telah datang seperti ‘Wah, ini!’. Menjadi sebuah doa dan harapan bahwa kafe ini nantinya akan tumbuh menjadi sebuah ruang favorit yang dinanti sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, tempat menuangkan pikiran, maupun hanya sekadar tempat melepas penat untuk mengopi.

    Salah satu spot foto, yang bagi saya ini menjadi icon utama dari Waiki Coffee and Eat.

    Bagi saya pribadi, kedai kopi ini terlihat unik. Saya melihat bagaimana kedai kopi ini menyatukan antara idealisme dan hobi para founder, kultur coffee shop dan sajian kuliner nusantara, yang dikemas dan ditata secara apik. Ini terlihat jelas pada interior kedai kopi ini yang banyak dihiasi oleh pernak-pernik barang vintage, koleksi buku, dan miniatur sepeda, yang merupakan koleksi dari kedua founder.

     Icon utama dari Waiki Coffee and Eat, yang berisi pernak-pernik koleksi dari para founder



     Koleksi kamera lawas, atau saya dulu menyebutnya tustel. Hahaha. Kamu pernah difoto pakai kamera ini, nggak?

     Koleksi buku yang bisa dibaca di tempat. Bisa sebagai teman mengopi juga :D


    Baru pertama kali ini saya mendapati ada zine di sebuah kedai kopi. Sebuah ide bagus yang menarik! Bisa lebih mendekatkan diri dengan pengunjung dan penikmat kedai kopi ini :D

    Nilai plus dari kedai kopi ini adalah kursi yang dipakai tidak paten alias mudah untuk digeser-geser, yang mana hal ini membuat saya lebih mudah untuk menyesuaikan duduk yang nyaman bersama teman. Ini juga termasuk salah satu hal yang diimpikan oleh Mbak Dipika dan Mas Bagas untuk membangun sebuah kedai kopi tanpa ada batasan ruang yang menjadikan sekat untuk berkumpul, bertukar ide, berdiskusi, maupun hanya sekadar untuk berkeluh kesah bersama teman-teman.


     Nilai plus dari kedai kopi ini adalah kursi yang geser-able alias mudah buat digeser-geser alias nggak paten. Lebih mudah untuk menyesuaikan :D



    Di beberapa sudut kedai kopi ini juga terdapat tulisan-tulisan yang unik dan anti mainstream. Pemilihan diksi yang tidak menye-menye dan terkesan nggak puitis, membuat saya tertarik untuk mengabadikan tulisan-tulisan yang terpatri di sudut-sudut kedai ini.







    Ruang Redam: Memberi Kenyamanan dan Memicu Kegelisahan dalam Waktu Bersamaan

    Hal yang mendasari saya untuk segera mengunjungi Waiki Coffee and Eat ini adalah adanya Ruang Redam, yang pada awal pembukaan lalu menampilkan instalasi audio visual dan cahaya yang berkolaborasi dengan Mosh Museum, salah satu instalasi audio visual yang berbasis di Yogyakarta. Saya yang penasaran akan instalasi audio visual ini (yang baru pertama kali saya tahu di kedai kopi Blitar) langsung berencana untuk berkunjung. Beruntungnya, saya masih bisa menikmati penampilan audio visual ini dikarenakan pada saat kunjungan saya yang pertama kali itu merupakan hari terakhir instalasi audio visual ditampilkan.



    Bagi saya yang memang penasaran sejak awal tentang audio visual seperti ini sangat menikmatinya. Apalagi instalasi ini hanya satu-satunya yang saya ketahui di Blitar (bahkan diadakan di sebuah kedai kopi, pula). Menarik!




    Bonus saya ikutan nampang huahahaha. Awalnya ingin kayak foto siluet ala-ala, tapi nggak jadi. Meh -_-

    Tak Hanya Tersedia Menu Kopi

    Seperti yang saya ceritakan di awal postingan, bahwa kedai ini tidak hanya tersedia menu kopi-kopian saja. Mulai dari menu susu dan non kopi, menu teh dan squash, makan santai alias camilan, hingga makanan berat yang merupakan kuliner khas nusantara dimana saya jarang menemui sebuah kedai kopi yang juga menyediakan makanan berat sebagai teman mengobrol.

    Dibandrol dengan harga mulai dari 4000 rupiah untuk camilan santai dan 13000 rupiah untuk minuman, kedai kopi ini masih cukup terjangkau untuk daerah Blitar.





    View this post on Instagram

    Nggak ada pikir 2x di kamus kami!! Langsung gas kan ke sini 🔥🔥
    A post shared by Waiki Coffee And Eat (@waiki.kopi) on Jun 26, 2020 at 10:50pm PDT

    Beberapa kali ke sini, saya mencoba 3 menu yang cukup membuat saya penasaran, diantaranya Waiki Signature, Waiki Palma, dan Nasi Gandul. Overall, semua menu ini cocok di lidah saya.


    Jika sedang bingung menentukan apa yang harus saya coba, saya selalu memesan menu khas atau signature menu dari kedai kopi atau kafe yang sedang saya kunjungi. Untuk kunjungan pertama ini, saya mencoba Waiki Signature (IDR 15.000), yang merupakan es kopi susu dengan citarasa irish (perpaduan rasa krim, kacang, cokelat, dan vanila), masala (racikan khas india yang berbentuk seperti rempah), dan cinnamon. Rasanya unik dan nge-blend banget di lidah saya! Es kopi susu bercampur dengan rempah-rempah. 



    Saya juga sempat mencoba Nasi Gandul (IDR 20.000), yang merupakan kuliner Indonesia khas Pati, Jawa Tengah. Dimana saya belum pernah menemukan menu ini di Blitar. Semacam soto santan, yang isinya ada jerohan daging sapi bersanding dengan emping dan irisan telur rebus. Disajikan di lemper, menambah rasa tradisional menu ini. Overall, cocok di lidah saya. Gurih santannya pas, bumbunya mantap.


    Kunjungan terakhir di kedai ini, saya gambling lagi. Atas saran penyaji, saya dipilihkan Waiki Palma (IDR 15.000), yang merupakan es kopi susu dengan gula palm (gula aren). Cocok untuk pecinta kopi susu yang menyukai kopi yang ramah lambung! Rasanya nge-blend antara kopi susu dan gula arennya.

    ------------------------------------------------------

    Overall, kedai kopi ini bisa menjadi rekomendasi kedai kopi Blitar yang patut dikunjungi ketika ingin nongkrong. Mulai dari perkopian duniawi, camilan, hingga makanan berat tersedia di kedai ini. Jadi nggak perlu bingung jika kelaparan, langsung cuss pesan menu makanan yang tersedia :D

    Sudah tertarik mengunjungi coffee shop ini? Yuk, agendakan berkunjung bersama orang-orang tersayang! Jangan lupa tetap memperhatikan protokol kesehatan, ya!

    ------------------------------------------------------

    Waiki Coffee and Eat

    Lokasi:
    Jalan Palem nomor 99, Rembang, Kota Blitar

    Instagram:
    @waiki.kopi

    Tentang Kedai Kopi:
    Salah satu rekomendasi menarik yang patut dicoba. Tempatnya nyaman, cocok untuk mengobrol, berdiskusi, berkeluh kesah, hingga mengerjakan tugas. Fasilitas ada kamar mandi dan tempat ibadah. Cukup lengkap.

    WiFi:
    Yes!



    Love,



    Andhira A. Mudzalifa

    Continue Reading
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ▼  2024 (17)
      • ▼  November 2024 (1)
        • Kenal Lebih Dekat dengan SoFresh: Sabun Cuci Pirin...
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ►  2023 (3)
      • ►  Juni 2023 (1)
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ►  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ►  Mei 2020 (22)
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top