#CatatanDuaEmpat: Hilang Arah

14.17.00



Semenjak memasuki umur 20-an ke atas, saya menyadari jika perasaan dan masalah yang dihadapi dalam hidup akan semakin kompleks. Masalah yang datang tidak hanya berupa hubungan asmara saja. Melainkan karir, kehidupan, dan permasalahan-permasalahan hidup lainnya.

Tujuh bulan menjalani usia dua puluh empat tahun, tidak terlalu ada masalah yang pelik. Rata-rata hanya berputar di masalah “Kapan”, yang semakin lama saya semakin gambling sekali untuk menjawabnya HAHAHA. Sempat saya bahas di postingan pembuka series #CatatanDuaEmpat , karena pertanyaan “Kapan” ini bagi saya lumayan membuat nganuh. Ehe.


Justru itulah ternyata yang menjadi masalahnya. Saking wolesnya saya menjalani hidup, ada satu waktu dimana hidup saya benar-benar kosong. Menjalani hidup hanya sebatas mengikuti arus, tidak ada gregetnya. Benar-benar merasa hidup segan mati tak mau, karena merasa diri ini nggak berguna sama sekali.

Akibatnya, saya melakukan salah satu hal yang saya hindari sebelum-sebelumnya yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Mulai minder dengan segala pencapaian-pencapaian yang orang lain capai. Krisis kepercayaan diri, rasa cemas yang berlebihan, overthinking, hilang arah dan tujuan hidup menjadi makanan selama beberapa minggu terakhir ini.



Efek dari ini semua adalah, saya menjadi cukup tertutup. Lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah daripada kumpul nongkrong bersama teman-teman (selain alasan bokek, sih. HAHAH). Susah dihubungi kalau bukan benar-benar teman yang dekat dengan saya. Me-mute story beberapa teman, yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Yap, karena se-minder itu.

Sempat saya tidak percaya jika diri saya mengalami quarter life crisis, karena saya merasa hidup baik-baik saja selama ini. Tapi ternyata, perasaan “merasa” itu ternyata membunuh saya. Quarter life crisis sungguh nyata adanya. Dan tentunya,  setiap orang mengalami krisis yang berbeda-beda.

Beberapa hari yang lalu, sempat saya bertemu dengan satu teman saya yang memberikan insight-nya atas keresahan yang saya alami belakangan ini. Dia berkata,

“Sekali-kali, bikin tantangan pada dirimu sendiri. Hidupmu tuh kalau tak lihat lihat kayak nggak ada gregetnya sama sekali. Ya buat tantangan kecil-kecilan aja, satu bulan ini targetmu harus ngapain. Biar kamunya semangat buat ngejalani hidup, tapi nggak usah ngoyo-ngoyo amat.”

Seketika saya langsung tersadar. Memang benar sih, dalam beberapa tahun terakhir ini saya tidak banyak mengatur target harus begini harus begitu (karena sedikit trauma HAHA). Eh, jatuhnya malah menjadi bumerang bagi saya pribadi. Mana saya anaknya gampang bosan, pula. Heuheu.

Kejadian ini membuat saya harus menata diri saya kembali. Belajar mengenali diri sendiri kembali, evaluasi, membuat skala prioritas (lagi), mulai kembali set target dan tujuan yang jelas agar hidup tidak hilang arah lagi. Heu. Semangat.

-------------------------------------------------------------------------

Menghadapi quarter life crisis di umur-umur menjelang dua puluh lima memanglah sebuah tantangan untuk diri sendiri. Setiap orang memiliki masalah dan krisis hidupnya sendiri-sendiri, yang tentu saja tidak bisa dibandingkan satu sama lain.

Menjadi sebuah pengingat untuk diri sendiri, bahwa hidup bukan ajang kompetensi. Bukan ajang saling membandingkan antara satu dengan yang lain. Hidup adalah sebuah perjalanan, yang selalu ada pasang surutnya. Ada waktunya untuk lari, ada waktunya istirahat, ada waktunya pula untuk berjalan santai.

Its okay not to be okay. Tidak apa-apa jika bersedih. Tidak apa untuk mengeluh. Ketika quarter life crisis ini melanda saya, tak satu dua kali saya menangis karena merasa hidup saya useless sekali. Tak sekali dua kali saya sambat ini itu. Tidak apa. Wajar.

Pelan-pelan saja. Berproses. Besok mungkin akan sampai pada tujuan.

Yok, semangat untuk bangkit lagi, yok!




Peluk jauh,


Andhira A. Mudzalifa

You Might Also Like

2 comments

  1. Menjadi sebuah pengingat untuk diri sendiri, bahwa hidup bukan ajang kompetensi. Bukan ajang saling membandingkan antara satu dengan yang lain. Hidup adalah sebuah perjalanan, yang selalu ada pasang surutnya. Ada waktunya untuk lari, ada waktunya istirahat, ada waktunya pula untuk berjalan santai.


    Aku setuju dan suka sama pernyataanmu itu dhir, smngatt selaluuu❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, Mbak. Terima kasih sudah baca tulisan abal-abal ini yaaa, hihihi. Semangat untuk kita! Sehat dan bahagia selalu, Mbak❤️

      Hapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.

Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^

Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)