Mantra Mantra dan Pilu Membiru Experience: Teman Perjalanan Pemulihan Batin, Berdamai dengan Diri Sendiri dan Masa Lalu

06.52.00


Saya sudah cukup lama mendengar lagu-lagu dari Mas Kunto Aji. Mulai dari lagu yang sedang booming saat pertamakali saya dengar, yaitu Terlalu Lama Sendiri. Lagu yang asyik didengar kala single (memperhalus bahasa jomlo~). Musiknya juga enak, akustikan. Berasa punya teman seperjuangan kala itu, nggak ngenes-ngenes amat ahaha ahah ahahahahah. Ehem.

Kemudian seiring berjalannya waktu, hingga tahun lalu Mas Kun (Mas Kunto Aji) mengeluarkan satu album baru yang berjudul Mantra Mantra. Berisi 9 lagu yang dari judulnya saja sudah membuat saya tertarik dan penasaran untuk mendengarkan semua lagunya.

Ajaib. Benar-benar ajaib. Saya tak menyangka jika lirik lagu di dalam album ini ternyata "sedalam" itu.

Saya sering sekali mendengarkan lagu Rehat disaat perjalanan keliling kota untuk sekadar menyegarkan pikiran ketika sudah lelah dengan keadaan. Selalu saya dengarkan sebagai pengingat diri sendiri.

Bahkan, saya pernah menangis sesenggukan gara-gara lagu ini ketika nyetir dan di kamar waktu diam berkontemplasi. Berasa ditampar dan ditenangkan dalam satu waktu.


"Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi."

"Yang dicari, hilang
Yang dikejar, lari
Yang ditunggu
Yang di harap"

"Biarkanlah semesta bekerja untukmu."

Lagu Sulung berhasil membuat saya menangis sesenggukan beberapa hari yang lalu ketika harus merelakan seseorang yang memang tidak akan bisa saya miliki sampai kapanpun, karena sebuah perbedaan yang tak bisa ditoleransi.


Meski durasi lagunya tidak sepanjang lagu lain di album Mantra Mantra, tapi mendengar lirik dan intro pertamanya langsung membuat saya ambyar nangis nggugluk.


"Cukupkanlah ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

Yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri."

Lagu Sulung berhasil membuat saya berdamai cukup cepat dengan keadaan. Biasanya sih kalau lagi patah hati, saya butuh waktu yang lumayan lama untuk pulih. Susah move on gitu deh, kata orang-orang. Hahaha.

Sekarang, keadaan saya jauh lebih baik. Pelan-pelan sudah bisa menertawakan kesedihan yang kemarin. Bahkan, sudah bisa kontak kembali dan santai menanyakan si dia perihal hubungannya yang baru dengan orang lain. Ya. Salah satunya berkat mendengarkan lagu Sulung, dan banyak berkontemplasi pada diri sendiri juga.

Bisa jadi ini gegara sering patah hati juga, sih. Jadinya udah terlatih HAHAHAHA. Seperti otot yang terus dilatih, dia justru makin kuat, bukan? *apaan seeeeh*

Ada juga Saudade, yang mengingatkan saya tentang kedudukan saya sebagai anak pertama. Menginspirasi saya untuk menulis tentang lika-liku anak pertama beberapa bulan yang lalu.


Dikatakan oleh angin
Yang menghasilkan gelombang
Jadilah besar bestari
Dan manfaat tuk sekitar

Dikatakan awan hitam
Sebelum datangnya hujan
Biarlah aku dikutuk
Dan engkau yang dirayakan

Pilu Membiru mengingatkan saya untuk mencoba memaafkan dan mengikhlaskan apa-apa yang sudah lewat, meski banyak yang belum sempat terucap pada mereka semua yang ada di masalalu.

Melepaskan. Mengikhlaskan apapun yang telah terjadi, meski masih tersisa penasaran dalam hati.


“Tak tergantikan, walau kita tak lagi saling menyapa”

“Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu”

Lagu-lagu yang lain seperti Topik Semalam, Konon Katanya, Jakarta Jakarta, Bungsu, dan Rancang Rencana, juga nggak kalah menarik untuk didengarkan, loh. Tetap membuat maknyess di hati.

Dan beberapa hari yang lalu, di linimasa Twitter saya ramai sekali membahas Pilu Membiru Experience yang digarap oleh Mas Kunto Aji bersama teman-teman yang lain, seperti Mas Adjie Santosoputro, yang merupakan praktisi pemulihan batin.

Pilu Membiru Experience merupakan sebuah project untuk mengumpulkan pendengar album lagu Mantra Mantra untuk bercerita, khususnya yang memiliki kisah mendalam dengan lagu Pilu Membiru.

Ada tiga orang yang berbagi kisahnya dalam audio video ini, diantaranya Dede, Sasha, dan Rama. Didampingi oleh Mas Adjie Santosoputro yang merupakan seorang praktisi pemulihan batin, mereka bertiga bercerita, berkonsultasi, dan berbagi inspirasi tentang bagaimana mereka bisa melalui masa-masa sulit tersebut.


Diluncurkan pada tanggal 13 November 2019, Pilu Membiru Experience ini terdiri dari 7 track yang terdiri dari Prolog I: Kunto Aji, Prolog II: Adjie Santosoputro, Story I: Dede Yulia Oleh Najwa Shihab, Story II: Natasha Hangraini Oleh Nadin Amizah, Story III: Rama Faishal Oleh Iqbaal Ramadhan,  Pilu membiru (Live Experience) dan Kontemplasi.

Sejak pertamakali saya mendengar audio Pilu Membiru Experience di Spotify, air mata saya nggak berhenti bercucuran. Apalagi saat itu saya memang sedang dalam masa galau-galaunya. Nangis di jam setengah empat pagi, pula. HAHAHAHAHA.

Saya paling suka pada Prolog II yang dibawakan oleh Mas Adjie Santosoputro. Beliau mengajak kita untuk memaafkan, mengampuni apapun yang terjadi di masalalu. Mengikhlaskan hati untuk menerima kenyataan.

“Dengan melonggarkan mengharuskan hidup agar sesuai ingin, akan memperluas ruang kita untuk ikhlas menerima kenyataan. Yang berlalu, yaudah berlalu. Selalu tak ada kabar baru dari masalalu” – Prolog II: Adjie Santoso, Pilu Membiru Experience

Apalagi setelah Official Video-nya Pilu Membiru Experience keluar beberapa hari setelah audio-nya, saya tambah nangis sesenggukan. Ditambah lagi mendengar sambil membaca komentar video-nya. Ternyata, semua orang juga mengalami masalah yang berbeda kadarnya di masing-masing orang, yang tentu saja tak mungkin bisa dibandingkan satu sama lain.


Sekian banyak komentar-komentar yang ada di video, hanya satu suara yang saya dengar: bercerita untuk lega. Banyak orang---bahkan banyak sekali--- orang bercerita, saling menguatkan satu sama lain. Sama-sama melapangkan hati, memaafkan dan mengikhlaskan apapun yang telah terjadi. Menyembuhkan hati masing-masing.

“Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu....”

“Tak tergantikan. Walau kita tak lagi saling menyapa.”

-------------------------------

Mantra Mantra dan Pilu Membiru Experience. Dua karya yang luar biasa bagi saya. Bukan hanya sekadar lagu biasa untuk dinyanyikan, tapi lagu-lagunya merupakan obat bagi diri sendiri. Sebagai teman perjalanan dalam proses pemulihan diri ketika sedang terpuruk tak berharga, sedang lelah pada hidup, sedang patah hati, sedang krisis identitas pada diri sendiri. Menyadari bahwa saya tidak sendirian untuk melewati ini semua.

Terimakasih, Mas Kun. Terimakasih telah memeluk saya, memeluk kami semua melalui lagu-lagu yang sederhana dalam lirik tetapi sarat akan makna ini. Terimakasih atas ‘mantra-mantra’ hebatnya yang menjadikan kami untuk bertahan hidup. Untuk lebih menerima, memaafkan, dan mengikhlaskan apapun yang telah terjadi. Sehat-sehat dan bahagia selalu, Mas!

Jadi, seberapa besar dampak lagu-lagu Mas Kun pada hidupmu? Yuk, utarakan pendapatmu di kolom komentar, ya!



Peluk Jauh,


Andhira A. Mudzalifa

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih telah meninggalkan komentar di blog ini dengan bahasa yang santun, tidak spam, dan tidak mengandung SARA.

Jangan sungkan untuk meninggalkan komentar di blog ini, ya! Saya senang sekali jika teman-teman meninggalkan komentar di tulisan saya ^_^

Mari menyambung silaturahmi dan berkawan :) (saya anaknya nggak nggigit, kok :D)