facebook instagram twitter

andhirarum

    • Home
    • Tentang Andhira
    • Product
    • _aderation project
    • _dapoer eco

    Sudah berapa lama vakum menulis di sini? Sepertinya sudah puluhan purnama, wkwk. Sebenarnya enggak berhenti menulis. Hanya saja berpindah media sejenak, karena merasa tulisan yang saya tulis bukan sesuatu yang ndakik-ndakik bila ditulis di blog, yang ternyata lambat laun nyali saya menciut untuk menulis sesuatu di sini.


    Kemudian saya berpikir jauh lagi, 'Lah, ini kan, blog punya saya, ya? Mengapa harus ribet harus gini-gitu buat mulai?' Menepiskan pikiran harus tampil ndakik-ndakik tersebut, akhirnya langsung saja eksekusi. Toh, dulunya, blog ini juga berangkat dari tulisan-tulisan saya yang receh apa adanya, hihihi. Akhirnya, ya, semuanya akan dimulai kembali. Semoga bisa terus konsisten meski enggak ada yang baca sekalipun. ~XD


    Dimulai dari mana, ya? Ah, iya. Kan sudah ada judulnya, wkwkwk. Iya, saking lama enggak nulis di blog jadi gugup mau nulis apa. Plis, kok jadi kayak masa pedekate gini main gugup-gugupan hah? *brb memukul diri sendiri -___-*


    Yak. Jadi, beberapa waktu terakhir ini saya jagong bayi ke tempat dua teman. Kedua teman saya ini sudah pada lahiran di bulan Maret kemarin (hanya berbeda tanggal), namun saya baru mengunjungi mereka setelah dua bulan bayi mereka lahir. Memang sengaja enggak segera menjenguk. Alasan saya adalah, saya memberi ruang pada teman saya untuk adaptasi dengan kebiasaan, rutinitas, waktu, dan banyak hal baru, yang tentunya hampir sebagian besar berubah setelah menambah status baru menjadi seorang ibu. Jeda waktu dua bulan saya ambil dengan ilmu kira-kira saja. Karena menurut saya, di umur dua bulan ini, si bayi (dan ibunya) pelan-pelan sudah mulai menemukan ritmenya.


    Ternyata dugaan saya cukup tepat. Memilih waktu berkunjung setelah salat magrib, kok ya teman saya juga waktunya pas banget sudah mulai longgar. Bayinya sedang istirahat setelah kekenyangan minum asi, jadi ada kesempatan ngobrol banyak dengan ibu bayi. Dari awal saya memang berniat hanya melihat dan mengajak main bayi secukupnya saja. Saya justru ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibu bayi. Memancing mereka satu pertanyaan setelah menanyakan kabar,


    “Gimana rasanya jadi seorang ibu?”


    Satu pertanyaan tercetus, jebul cerita mengalir begitu deras dari mereka. Semua tidak jauh-jauh dari proses kehamilan, kelahiran, adaptasi, dan tantangan yang terjadi di setiap fasenya. Seakan-akan pertanyaan tersebut jadi hal yang dinanti-nanti mereka setelah sekian lama, wkwkwk (menurut saya sendiri sih ~XD). Terlihat bagaimana mereka begitu antusias bercerita apa pun yang mereka rasakan sejauh ini dengan jujur dan terbuka tanpa ditutupi, tanpa pura-pura, tanpa harus terlihat kuat di depan saya.


    Saya, yang memang di awal kunjungan sudah meniatkan menjadi pendengar cerita mereka, begitu senang dengan respons positif mereka. Entah mengapa, saya merasakan bahwa teman-teman saya setelah bertambah peran ini membutuhkan telinga seorang teman lain sesama perempuan untuk bercerita secara blak-blakan. Sambat ini itu, curhat ini itu tanpa dihakimi, juga divalidasi segala emosinya. Maka dari itu, saya meminimalisir diri sendiri untuk bercerita banyak dalam jagong bayi. Memperluas rasa empati, membuka telinga lebar-lebar untuk mereka, tidak banyak komentar ini itu. Sesekali saya menimpali guyonan untuk mencairkan suasana, hahaha. Selebihnya, full senyum dan mendengarkan pengalaman yang mereka bagikan.


    Dari cerita-cerita yang saya dapat sejauh ini, saya dapat menarik kesimpulan bahwasanya seorang perempuan yang bertambah status barunya jadi ibu adalah sosok yang harus banyak diberi ruang dan dukungan dari berbagai pihak. Saya memang belum menjadi ibu (bahkan saya belum menikah), namun rasanya, saya bisa memahami apa yang mereka rasakan. Bagaimana rasanya ingin didengarkan, ingin diberi ruang untuk belajar dan mengenal makhluk baru yang dilahirkan dari rahimnya. Tidak banyak disalahkan, tidak banyak diatur ini itu, tidak mencekoki mereka dengan banyak teori dan mitos-mitos yang belum jelas kebenarannya.


    Ah, ternyata saya juga harus belajar banyak saat jagong bayi. Datang tanpa membawa banyak cerita yang dibagikan, memosisikan diri menjadi pendengar dan mengedepankan empati kepada perempuan yang sedang belajar menjadi ibu. Selain dua hal tersebut, hal-hal yang saya lakukan saat jagong bayi di antaranya:

    • Membawa bingkisan untuk orangtua bayi dan bayi

    Sebenarnya yang ini enggak harus dilakukan. Namun yang namanya berkunjung, mustahil bila berangkat dengan tangan kosong. Saya membawa bingkisan untuk bayi, juga tak lupa membawa bingkisan untuk orangtua bayi. Tidak perlu sesuatu yang mewah dan ndakik-ndakik. Bisa dengan makanan atau minuman kesukaan orangtua bayi tersebut. Sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan dan kerja sama mereka selama beberapa waktu terakhir menjadi orangtua baru. 


    • Memilih waktu yang tepat saat berkunjung

    Hal yang pertama kali saya lakukan ketika ingin mengadakan jagong bayi kepada teman adalah menanyakan kapan waktu mereka senggang untuk menerima tamu. Tentu saya paham bila ibu menyusui ini lebih sering ada waktu di rumah, namun saya tetap menanyakan kondisi mereka apakah punya energi untuk bertemu orang atau tidak. Bila tidak, bisa ditunda di kesempatan lain. Tapi syukurnya, sejauh ini waktu kunjungan saya tepat sekali. Kuncinya adalah mengedepankan kenyamanan ibu bayi lebih dahulu (tidak memilih sesegera mungkin berkunjung setelah mereka lahiran, memilih waktu saat ibu bayi mulai senggang dan sudah menyesuaikan ritme bayi).

    • Tidak sembarangan uyel-uyel bayi tanpa diizinkan

    Sampai sekarang, saya belum berani untuk uyel-uyel bayi yang berumur di bawah 6 bulan. Selain saya sendiri tidak berani, saya menyadari bahwa bayi masih rentan dengan penyakit. Saya takut bahwa saya jadi pembawa virus/bakteri tanpa saya sadari. Bila ingin menggendong pun, harus dengan seizin orangtua bayi dan tidak banyak uyel-uyel dengan mencium atau menyentuh mereka. Minim interaksi fisiklah pokoknya. Takut menyentuh mereka dengan tangan tak suci milik saya inih. ~XD


    Story dari salah satu teman yang saya jagongi beberapa waktu lalu. Hangat sekali hati ini. :'))


    —-----------------------------------------------


    Saya mungkin belum menjadi seorang ibu, bahkan saya juga belum menikah. Meski begitu, saya akan terus belajar banyak terkait fase ini, agar nanti ketika jagong bayi kembali tidak salah memilih langkah. Si bayi tenang, Ibu Bayi senang karena dikunjungi teman dan ada kesempatan ngobrol, saya pun turut lega karena bisa mengadakan waktu bertemu.


    Semoga terus dimampukan. 💕



    Salam hangat,


    Andhira A. Mudzalifa


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Holla!

    Untitled-design-2

    Saya Andhira A. Mudzalifa, seorang perempuan biasa di balik semua postingan di blog ini yang suka bercerita, makan, dan jalan-jalan.

    Menyibukkan diri di Aderation Project, Dapoer Eco, dan Kerja Sama Kirana.

    Untuk menyapa lebih lanjut, bisa menghubungi lewat surel di andhira(dot)dee(at)gmail(dot)com

    Terima kasih telah mampir ke tempat di mana saya menuangkan segala cerita! Selamat membaca dan menikmati :)

    Temukan Saya Di

    • facebook
    • instagram
    • twitter

    Teman-teman

    Label

    #AyoNulis #BPNRAMADAN2024 #BPNRamadan2020 #BPNRamadan2021 #CatatanDuaEmpat #DiRumahAja Aderation Project Beauty Bodycare Cooking Crafting DIY Informasi Jelajah Blitar Journey Jurnal Tahunan Kafe Kuliner Life Lovely Place Makeup Pantai Blitar Rekomendasi Review Scarlett Smartfren Thoughts Tips Travelling Vaksinasi Writing Challenge cerita jalan-jalan

    Arsip Blog

    • ►  2024 (17)
      • ►  November 2024 (1)
      • ►  Oktober 2024 (1)
      • ►  April 2024 (6)
      • ►  Maret 2024 (9)
    • ▼  2023 (3)
      • ▼  Juni 2023 (1)
        • Jagong Bayi: Sebuah Seni Mendengarkan Cerita dan M...
      • ►  Februari 2023 (1)
      • ►  Januari 2023 (1)
    • ►  2022 (3)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (1)
      • ►  Januari 2022 (1)
    • ►  2021 (51)
      • ►  Desember 2021 (2)
      • ►  November 2021 (1)
      • ►  Oktober 2021 (1)
      • ►  September 2021 (1)
      • ►  Agustus 2021 (3)
      • ►  Juli 2021 (1)
      • ►  Juni 2021 (1)
      • ►  Mei 2021 (17)
      • ►  April 2021 (17)
      • ►  Maret 2021 (4)
      • ►  Februari 2021 (2)
      • ►  Januari 2021 (1)
    • ►  2020 (55)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (2)
      • ►  Oktober 2020 (2)
      • ►  September 2020 (4)
      • ►  Juli 2020 (4)
      • ►  Juni 2020 (4)
      • ►  Mei 2020 (22)
      • ►  April 2020 (11)
      • ►  Maret 2020 (1)
      • ►  Februari 2020 (1)
      • ►  Januari 2020 (3)
    • ►  2019 (48)
      • ►  Desember 2019 (3)
      • ►  November 2019 (1)
      • ►  Oktober 2019 (3)
      • ►  September 2019 (5)
      • ►  Agustus 2019 (3)
      • ►  Juli 2019 (2)
      • ►  Juni 2019 (1)
      • ►  Mei 2019 (6)
      • ►  April 2019 (3)
      • ►  Maret 2019 (9)
      • ►  Februari 2019 (11)
      • ►  Januari 2019 (1)
    • ►  2018 (10)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  Oktober 2018 (3)
      • ►  September 2018 (2)
      • ►  Mei 2018 (3)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (9)
      • ►  November 2017 (1)
      • ►  Oktober 2017 (1)
      • ►  Juli 2017 (1)
      • ►  Mei 2017 (1)
      • ►  April 2017 (1)
      • ►  Maret 2017 (2)
      • ►  Februari 2017 (1)
      • ►  Januari 2017 (1)
    • ►  2016 (16)
      • ►  Desember 2016 (3)
      • ►  November 2016 (2)
      • ►  Oktober 2016 (2)
      • ►  Agustus 2016 (2)
      • ►  Juli 2016 (2)
      • ►  Juni 2016 (1)
      • ►  Januari 2016 (4)
    • ►  2015 (4)
      • ►  Maret 2015 (1)
      • ►  Februari 2015 (3)
    • ►  2011 (1)
      • ►  Juli 2011 (1)

    Popular Posts

    • Usia Kepala Dua?
    • Sebuah Cerpen: Tentang Mengikhlaskan
    • A Flashback to Senior High School: Kangen!

    Saya Bagian Dari

    Logo-Blogger-Perempuan-Network-round-7

    Aderation Project

    Untitled-design-20240826-113829-0000
    Facebook Instagram Pinterest Tumblr Twitter

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top